2. Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
Istilah belajar learning menurut kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan pengalaman. Definisi tersebut didukung oleh beberapa pendapat para ahli, diantaranya adalah James O. Whittaker menyatakan  belajar adalah
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman, sedangkan   Winkel   menyatakan   belajar   adalah   aktivitas   mental   atau   psikis,   yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Cronchbach
menyatakan  belajar  adalah  suatu aktivitas  yang ditunjukkan  oleh perubahan  tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. M. Ngalim Purwanto menyatakan   belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
Berdasarkan   beberapa   pendapat   di   atas   maka   inti   dari   belajar   adalah   proses perubahan yang berkelanjutan dan ditandai oleh beberapa ciri-ciri adanya kemampuan
baru   atau   perubahan.   Perubahan   tingkah   laku   bersifat   pengetahuan   kognitif, keterampilan   psikomotorik,   maupun   nilai   dan   sikap   afektif,   perubahan   itu   tidak
berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan, perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi
dengan lingkungan, perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik kedewasaan,   tidak   karena   kelelahan,   penyakit   atau   pengaruh   obat-obatan.   Selain
memiliki   ciri-ciri   terdapat   beberapa   faktor   pendorong   mengapa   manusia   memiliki keinginan untuk belajar diantaranya adalah adanya dorongan rasa ingin tahu, adanya
keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya, mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas
manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri, untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya, agar
mampu   bersosialisasi   dan   beradaptasi   dengan   lingkungannya,   untuk   meningkatkan intelektualitas   dan   mengembangkan   potensi   diri,   untuk   mencapai   cita-cita   yang
diinginkan, dan untuk mengisi waktu luang. Jika belajar adalah suatu proses yang menimbulkan kematangan, maka mengajar
didaktik merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani “didoskein”, yang berarti pengajaran atau “didaktos” yang berarti pandai mengajar. Di Indonesia didaktik berarti
Produksi dan Pengunaan Media Pembelajaran-
3
ilmu   mengajar.   Karena   didaktik   berarti   ilmu   mengajar,   maka   pengertian   didaktik menyangkut pengertian yang sangat luas. Dalam kaitan pembicaraan tentang didaktik,
pengertian   didaktik   akan   difokuskan   pada   bagaimana   perlakuan   guru   dalam   proses belajar mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern berarti aktivitas guru
dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar. Nasution 1935 : 5. Selanjutnya ahli-ahli didaktik mengarahkan
perhatiannya pada tingkah laku guru sebagai organisator proses belajar mengajar. Maka timbulah  prinsip-prinsip didaktik atau azas-azas mengajar,  yaitu kaidah atau rambu-
rambu   bagi   guru   agar   lebih   berhasil   dalam   mengajar.   Jadi,   dalam   uraian   ini   yang dimaksud azas-azas didaktik ialah prinsip-prinsip, kaidah mengajar yang dilaksanakan
oleh guru secara maksimal, agar lebih berhasil. Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik.
Dalam   hal   ini   guru   memegang   peranan   utama,   sedangkan   siswa   tinggal   menerima, bersifat pasif. Pengajaran yang berpusat kepada guru bersifat teacher centered. Ilmu
pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya diambil dari buku-buku pelajaran, tanpa dikaitkan dengan realitas kehidupan sehari-hari siswa. Pelajaran serupa
ini   disebut   intelektualistis.   Sebagian   para   ahli   lainnya   mengatakan   bahwa   mengajar merupakan usaha penyampaian kebudayaan kepada anak didik.
Berdasarkan definisi di atas belajar dan mengajar adalah aktivitas done. Dalam belajar  dan mengajar memerlukan  evaluasi, rencana pelaksanaan, media, sarana dan
prasarana.   Interaksi   yang   terjadi   dan   melibatkan   seluruh   komponen   belajar   dan mengajar   dinamakan   pembelajaran   instrucion.  Pembelajaran  juga   dapat   diartikan
sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan aspek kognitif, juga dapat memengaruhi perubahan
sikap   aspek   afektif,   serta   keterampilan   aspek   psikomotor   seorang   peserta   didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari
motivasi   pelajar   dan   kreatifitas   pengajar.  Pembelajar   yang   memiliki   motivasi   tinggi
Produksi dan Pengunaan Media Pembelajaran-
4
ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada   keberhasilan   pencapaian   target   belajar.  Target   belajar   dapat   diukur   melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
3. Media dalam Pembelajaran