Efektivitas Organisasi KAJIAN PUSTAKA

dunia yang kita alami. Dengan demikian, fenomenologi dapat dijelaskan sebagai metode kembali kepada benda itu sendiri, dan ini disebabkan benda itu sendiri merupakan objek kesadaran langsung dalam bentuk yang murni.

2.3 Efektivitas Organisasi

Dalam literatur administrasi ataupun manajemen, kata efektivitas diartikan sebagai suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki Gie, 2002: 16. Menurut Putra 1998: 29, efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran kuantitas, kualitas, waktu telah tercapai. Sedangkan menurut Handayaningrat 2002: 16, efektivitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran yaitu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan telah dicapai sesuai dengan direncanakan sebelumnya adalah efektif, sebaliknya bila tujuan atau sasaran tidak selesai sesuai waktu yang ditentukan, pekerjaan itu tidak efektif. Pengertian efektivitas menurut Reddin seperti yang dikutip oleh Wahjosumidjo 2000: 21, ialah menghasilkan alternatif yang kreatif, mengerjakan hal-hal yang benar atau kepada apa yang seharusnya dikerjakan, optimalisasi pemanfaatan sumber, tercapainya hasil, dan meningkatkan keuntungan. Martoyo 2002: 4, mendefinisikan efektivitas sebagai suatu kondisi atau keadaan dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana atau peralatan yang digunakan, disertai dengan kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan. Sedangkan Drucker dalam Stoner, 1996: 14, memberikan pengertian efektivitas yaitu menjalankan atau melakukan pekerjaan yang benar atau juga sebagai kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Definisi efektivitas menurut Etzioni yang dikutip Balls dan Bruno 1999: 73, adalah tingkat pencapaian tujuan atau lebih lanjut dijelaskannya, besarnya kebutuhan-kebutuhan sumber daya organisasi untuk digunakan dalam rangka memproduksi unit hasil. Menurut Uris dalam Gie, 2002: 16, menyatakan bahwa efektivitas dapat dipahami sebagai berikut: a. Tercapainya sasaran, target, tujuan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.b. Sasarantargettujuan yang direncanakan. c. Sasarantargettujuan yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan.Selanjutnya Osborne dan Gaebler 1995: 389, mengemukakan pengertian efektivitas adalah ukuran kualitas output: bagaimana mencapai outcome yang diharapkan. Ketika mengukur efektivitas, kita tahu apakah investasi kita berguna.Menurut Steers 1980: 9, seringkali dikemukakan bahwa batu uji yang sebenarnya untuk manajemen yang baik sebagai yaitu: kemampuan mengorganisasikan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam Universitas Sumatera Utara tugas mencapai dan memelihara suatu tingkat operasi yang efektif. Kata kunci pengertian ini ialah : kata efektif, karena pada akhirnya keberhasilan kepemimpinan dan organisasi diukur dengan konsep efektivitas itu. Georgopoulos dan Newhauser dalam Mokoginta, 1992: 53, mengatakan bahwa konsep efektivitas organisasi kadang disebut sukses organisasi atau nilai organisasi, biasanya digunakan untuk menunjukkan pencapaian tujuan. Dalam studi efektivitas organisasi dikenal adanya dua faktor yang saling berhubungan yaitu faktor-faktor yang berfungsi membantu pencapaian tujuan dan sasaran-sasaran yang hendak dicapai yang lazim disebut faktor penentu keberhasilan dan determinan efektivitas organisasi dan faktor yang berkenan dengan ukuran-ukuran seberapa jauh keberhasilan pencapaian tujuan, yang biasa disebut indikator- indikator keberhasilan organisasai Mokoginta, 1992: 133. Setiap organisasi terdiri dari sejumlah manusia untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada melalui kegiatan-kegiatan. Suatu tujuan atau sasaran organisasi yang tercapai sesuai dengan rencana atau target, dapat dikatakan efektif atau berhasil dilaksanakan dengan sempurna dan tepat waktu. Organisasi sebagai wadah sekelompok individu yang ingin mencapai tujuan bersama, pada prinsipnya berusaha agar dapat mewu- judkan sasaran yang ingin dicapai. Dinamika organisasi, kegiatannya ialah dengan mengarahkan dan menggerakkan semua faktor-faktor organisasi dan sumber daya organisasi agar sesuatu sasaran dapat direalisasikan. Tercapainya tujuan atau sasaran organisasi, berkaitan erat dengan konsep organizational performance atau penampilan prestasi organisasi dan konsep efektivitas organisasi organizational effectiveness. Efektivitas dan performance menurut Lawler et. al. dalam Mokoginta, 1992: 54, adalah titik tolak dalam melakukan penilaian terhadap organisasi. Performance adalah suatu konstruk yang kompleks yang mencerminkan kriteria dan standar- standar yang digunakan oleh pengambil keputusan dalam menilai berfungsinya suatu organisasi. Kriteria-kriteria yang dimaksud antara lain adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berhubungan dengan ratio output dan input atau keuntungan dengan biaya. Efektivitas berhubungan dengan tujuan organisasi baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan rencana. Masalah efektivitas kerja sangat berhubungan dengan kemampuan, tanggung jawab serta peran dari para karyawan dalam suatu organisasi. Handoko 2001: 44, mengemukakan efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gie 2002: 16, mengemukakan kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau mencapai maksud sebagaimana dikehendaki. Gie 2002: 17, mengatakan bahwa efektivitas dijabarkan berdasarkan Universitas Sumatera Utara kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya secera sepandai mungkin dalam usahanya mencapai tujuan operasionalnya. Pengukuran efektivitas kerja suatu kelompok biasanya ditentukan oleh variasi kelompok dapat dianggap berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama dan untuk kepentingan bersama dari anggota kelompok. Selanjutnya Siagian 2004: 50, mengemukakan bahwa secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan, dan tidak terutama menjawab bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu. Menurut Davis dan Newstrom 1995: 215, bahwa unsur-unsur tim atau kelompok yang efektif, yaitu: 1. Lingkungan yang suportif, kerja tim paling besar kemungkinannya berkembang apabila pimpinan menciptakan lingkungan yang suportif baginya. Tindakan suportif membantu kelompok mengambil langkah pertama yang diperlukan untuk membina kerja tim. Langkah ini menjadi landasan bagi pertumbuhan lebih lanjut kearah kerja sama, saling percaya, dan kecocokan, sehingga tercipta kondisi iklim tersebut. 2. Kejelasan peran, kelompok hanya dapat bekerja sama sebagai suatu tim apabila semua nggotanya mengetahui peran sesama anggota yang lain dengan siapa mereka akan berinteraksi. Seluruh anggota juga harus cukup cakap untuk melaksanakan pekerjaan mereka dan mau bekerja sama. Apabila tingkat pemahaman ini tercapai, para anggota dapat segera bertindak sebagai sebuah tim berdasarkan kebutuhan situasi yang bersangkutan, tanpa menunggu seseorang untuk memberikan hadiah. Dengan kata lain, anggota tim menanggapi pekerjaan secara sukarela dan melakukan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan kerja tim. 3. Tujuan tinggi, tanggung jawab utama para manajer adalah berusaha menjaga anggota tim agar tetap berorientasi pada tugas mereka secara menyeluruh. Akan tetapi adakalanya kebijaksanaan organisasi, keperluan pencatatan, dan sistem imbalan memilah upaya individu dan tidak mendorong kerja tim. 4. Kepemimpinan yang sesuai, sebahagian tim tugas menunjukkan kurva prestasi serupa dengan daur hidup produk awal tentatif, tahap pertengahan yang produktif, dan berangsur-angsur menurun setelah beberapa tahun. Para anggota memerlukan waktu untuk saling mengenal, tetapi kemudian mereka mungkin menutup diri terhadap cara baru mengkaji masalah pada saat mereka semakin terisolasi dari lingkungan mereka. Untuk mencegah stagnasi ini, mereka mungkin memerlukan tambahan anggota.Sebuah kelompok dikatakan efektif menurut Cushway dan Lodge 1993: 121, dapat dilihat dari: 1. Semua anggota kelompok memahami dan menerima tujuan-tujuan kelompok. 2. Suasana kerja Universitas Sumatera Utara sesantai dan seinformal mungkin apabila lingkungan memungkinkan. 3. Semua anggota kelompok terlibat dan memberikan sumbangan kepada pembicaraan dan terdapat tukar-menukar bebas tentang pandangan dan perasaan-perasaan pribadi. 4. Tidak ada orang tertentu didalam organisasi yang mendominasi, tetapi peran kepemimpinan berubah apabila keadaan membutuhkannya. 5. Ketidaksepakatan dibicarakan dan diselesaikan dengan keputusan yang dicapai melalui kesepakatan bersama. 6. Terdapat suatu pengertian tentang keputusan yang dicapai, tindak lanjut yang harus diambil serta hasil dan skala waktu yang diperkirakan. 7. Kelompok itu disiapkan untuk menilai kembali kinerjanya dengan kritis dan berupaya untuk memperbaiki kinerja tersebut setelah setiap tugas khusus atau proyek selesai.Organisasi pemerintah yang berorientasi pada hasil menurut Osborne dan Plastrik 2000: 324 merupakan pemerintah yang result-oriented mengubah fokus dari input kepatuhan pada peraturan dan membelanjakan anggaran sesuai ketetapan menjadi akuntabilitas pada keluaran atau hasil. Mereka mengukur kinerja badan publik, menetapkan target, memberi imbalan kepada badan- badan yang mencapai atau melebihi target, dan menggunakan anggaran untuk mengungkapkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam bentuk besarnya anggaran. Namun ada juga pendapat yang menyatakan bahwa efektivitas organisasi pada tingkat paling dasar dilihat dari efektivitas individu atau hasil karya individu anggota organisasi. Pandangan dari segi individu ini melihat prestasi kerja individu dinilai secara rutin lewat proses evaluasi hasil karya yang merupakan dasar bagi kenaikan gaji, promosi dan imbalan lain Gibson et. al., 1997: 25. Menurut Mokoginta 1992: 142, beberapa ilmuwan memandang kaitan yang erat antara efisien, efektivitas, produktivitas, prestasi organisasi, nilai organisasi, kesehatan organisasi dan sebagainya. Bahkan diantara mereka ada yang memandangnya merupakan suatu pengertian yang sinonim dengan konsep keberhasilan organisasi efektivitas organi-sasi. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson 2001: 30, efektivitas organisasi sering didefinisikan sebagai tujuan organisasi yang dapat dicapai. Kontribusi unit sumber daya manusia atas efektivitas organisasi dan efisiensi dari kegiatan departemen sumber daya manusia harus diukur. Ghorpade 1971: 19 mengutip pandangan beberapa ilmuwan mengenai keberhasilan organisasi yang dimaksud di atas seperti diuraikan berikut. Menurut Georgepoulos dan Tannenbaum 1957: 109, konsep efektivitas organisasi kadang-kadang disebut sukses organisasi atau nilai organisasi biasanya digunakan untuk mewujudkan pencapaian tujuan. Dimaksud dengan nilai organisasi organizational worth menurut Bennis 1996: 37, sekalipun keberhasilan program pengembangan seperti produktivitas, keuntungan dan efisiensi, tetapi juga perlu dievaluasi sejauh mana peningkatan nilai organisasi yaitu sejauh mana sukses organisasi mempunyai nilai Universitas Sumatera Utara bagi anggota-anggota organisasi secara perorangan dan mempunyai nilai bagi masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya, dalam kaitan dengan makna keberhasilan organisasi, Bennis 1996: 38 menggunakan istilah kesehatan organisasi organizational health yaitu tingkat sejauh mana organisasi memelihara keharmonisan dan pengetahuan tentang dan diantara situasi yang nyata, situasi yang diperkirakan, situasi yang ada dan situasi yang dibutuhkan. Dari berbagai pandangan mengenai konsep efektivitas sebagai-mana diuraikan Campbell menyimpulkan, sebagaimana dikutip oleh Mokoginta 1992: 55 bahwa efektivitas organisasi yang disingkat EO organizational efectiveness disingkat OE didefinisikan secara luas sebagai keberhasilan organisasi. Istilah lain yang ditemukan dalam buku-buku pustaka dengan konotasi yang sama, seperti kesehatan organisasi, nilai organisasi dan kinerja organisasi organizational performance . Hal ini sejalan dengan pendapat Drucker 1964: 5 yang menyatakan bahwa efektivitas adalah kunci keberhasilan organisasi. Efektivitas kerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Emerson dalam Handayaningrat, 2002: 15, mengatakan bahwa effectiveness refers to the degree to which the organization performs its intended mission . Efektivitas harus diletakkan dalam konteks yang tepat, yaitu memperhatikan pula pencapaian sasaran misi yang diemban dari organisasi yang bersangkutan. Selanjutnya Barnard seperti dikutip oleh Gibson et al. 1997: 25, mengatakan bahwa efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas. Menurut Mokoginta 1992: 38 dalam studi efektivitas, dikenal adanya dua faktor yang saling berhubungan yaitu faktor-faktor yang berfungsi membantu pencapaian tujuan dan sasaran- sasaran yang hendak dicapai yang lazim disebut faktor-faktor penentu keberhasilan atau determinan efektivitas organisasi EO, dan faktor yang berkenaan dengan ukuran-ukuran seberapa jauh keberhasilan pencapaian tujuan dicapai yang biasa disebut indikator-indikator keberhasilan organisasi atau kriteria efektivitas organisasi EO. Uraian menyangkut keduanya berturut-turut akan dijelaskan berikut ini. ▪ Faktor-faktor penentu pencapaian keberhasilan organisasi.Penilaian efektivitas organisasi berkenaan dengan hubungan antara sarana-sarana organisasi organizational means dengan tujuan-tujuan organisasi organizational ends.Adapun faktor-faktor penentu efektivitas organisasi ialah faktor-faktor eksternal dan internal dari organisasi yang membantu atau meramalkan keberhasilan organisasi. Faktor-faktor penentu efektivitas organisasi adalah persyaratan institusional yang memberikan kondisi yang diperlukan untuk pencapaian kriteria efektivitas organisasi Bennis dalam Mokoginta, 1992: 56. Faktor-faktor penentu efektivitas organisasi adalah rangkaian faktor-faktor anteseden yang berpengaruh terhadap pencapaian keberhasilan organisasi. Karena fenomena-fenomena yang diukur dalam studi efektivitas organisasi adalah fenomena-fenomena organisasi dan mana-jemen, maka penentu efektivitas Universitas Sumatera Utara organisasi biasanya diidentifikasi-kan dari aspek organisasi dan aspek manajemen Bennis, dalam Mokoginta, 1992: 142. Steers 1980: 10, merinci faktor-faktor penyumbang efektivitas organisasi, yang terdiri atas: Karakteristik organisasi. Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi. Struktur meliputi faktor-faktor desentra-lisasi, spesialisasi, formalisasi, rentang kendali, besarnya organisasi dan besarnya unit kerja. Teknologi organisasi dapat memiliki berbagai bentuk, termasuk variasi-variasi dalam proses operasi yang digunakan dalam produksi, variasi dalam bahan yang digunakan dan variasi pengetahuan teknis. Karakteristik lingkungan organisasi. Lingkungan mencakup dua aspek yang walaupun berbeda, namun berhubungan yaitu lingkungan ekstern dan lingkungan intern. Lingkungan ekstern terdiri atas derajat kestabilan, derajat kompleksitas dan derajat ketidakpastian lingkungan, sedangkan lingkungan intern meliputi bermacam akibat seperti pekerja sentris, orientasi pada prestasi, orientasi imbalan hukuman, keamanan versus resiko dan keterbukaan versus pertahanan. Karakteristik pekerja. Terdiri dari keterikatan pada organisasi dan prestasi kerja. Keterikatan pada organisasi meliputi ketertarikan, kemantapan kerja dan keikatankomitmen, sedangkan prestasi kerja mencakup motivasi, tujuan dan kebutuhan, kemampuan dan kejelasan peran. Kebijakan dan praktek manajemen. Terdiri dari penyusunan tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi dan proses komunikasi. Selanjutnya mencakup aspek kepemimpinan dan pengambilan keputusan, inovasi dan adaptasi organ-isasi.Menurut Lawler et. al. dalam Mokoginta, 1992: 54, dengan model efektivitas organisasi merinci variabel-variabel bebas yang berfungsi sebagai faktor-faktor penentu efektivitas organisasi EO yang terdiri dari : – Tingkat perorangan; menyangkut atribut-atribut fisik, atribut-atribut psikis dan faktor keahlian teknik. – Tingkat kelompok; variabel-variabel struktural, variabel-variabel tujuan dan keadaan lingkungan. – Tingkat organisasi; variabel struktural, variabel-variabel tugas, keadaan lingkungan, sistem kontrol, sistem perangsang dan pegawai-pegawai yang ada.Sanusi dalam Mokoginta, 1992: 60 juga mengajukan serangkaian faktor-faktor penentu EO yang meliputi :1. Faktor-faktor internal ciri-ciri deskriptif dan perilaku yang terstruktur dan tidak terstruktur, dari perorangan, kelompok dan keseluruhan fak-tor- faktor organisasi dari organisasi yang sedang dipelajaridibahas. 2. Faktor-faktor eksternal ciri-ciri deskriptif dan perilaku yang terstruktur dari perorangan, kelompok dan keseluruhan faktor-faktor organisasi dari organisasi lain.Dalam hubungan ini, ada juga pandangan lain yang merinci sejumlah faktor yang berpengaruh pada efektivitas organisasi seperti struktur, teknologi, ciri-ciri individu, reaksi dan kepercayaan pegawai. Contoh beberapa faktor penentu yang berasal dari faktor struktural seperti diajukan oleh Hage dalam Mokoginta, 1992: 61 digolongkan sebagai sarana organisasi, yaitu : a. Kompleksitas atau sentralisasi, diukur dengan banyaknya jabatan atau pekerjaan, bidang-bidang keahlian khusus dan tingkat latihan yang dibutuhkan. b. Sentralisasi atau hirarki kekuasaan, diukur dengan proporsi kedudukan atau para pejabat yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan banyaknya bidang-bidang dimana mereka berpartisipasi. c. Formalita atau standarisasi, diukur dengan banyaknya peraturan yang berlaku yang mencakup sejumlah bidang tugas yang telah disusun dan berjenis-jenis tugas yang diakui didalam pekerjaan. d. Sertifikasi atau sistem status, diukur dengan pendapatan dan kedudukan antara jabatan dan tingkat mobilitas antara tingkat jabatan rendah dan jabatan tinggi. ▪ Indikator-indikator keberhasilan organisasi. Penentuan indikator-indikator keberhasilan, tidak terlepas dari tujuan dan sasaran organisasi yang hendak dicapai. Karena berfungsinya suatu organisasi, kegiatannya terarah pada pencapaian tujuansasaran yang telah ditentukan. Menurut Lawler et al. dalam Mokoginta, 1992: 55, jika keseluruhan definisi efektivitas organisasi adalah tingkat sejauh mana tujuan dan kriteria yang ditentukan sebagai sasaran yang dicapai, maka suatu penilaian efektivitas adalah mungkin dengan mengoperasionalisasi- Universitas Sumatera Utara kan dan mengukur hanya kriteria tujuan yang hendak dicapai. Dalam menentukan kriteria- kriteria EO dikenal dua cara pende-katan, yaitu pendekatan tujuan goal approach yang menggunakan goalistic criteria dan pendekatan sistem system approach yang menggunakan sytemic criteria . Kriteria yang berdasarkan tujuan berasal dari beberapa konseptualisasi tujuan yang diharapkan akan dicapai oleh organisasi. Suatu praktek yang umum ialah menggunakan keterangan tujuan organisasi sebagai kriteria efektivitas. Kriteria-kriteria EO yang berdasarkan sistem, berasal dari konseptualisasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh organisasi sebagai suatu sistem sosial yang hidup. Dalam konteks ini kebutuhan menunjukkan pada syarat-syarat yang harus dimiliki oleh organisasi agar organisasi dapat hidup terus atau dapat bekerja secara efektif dalam situasi apapun Ghorpade, dalam Mokoginta, 1992: 144. Perpaduan antara segenap aturan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem reward, sistem kontrol dan lain-lain sebagai karakteristik organisasi dengan karakteristik individu yang telah diuraikan di atas akan menghasilkan perilaku individu dalam organisasi. Efektivitas adalah keberhasilan mencapai tujuan organisasi. organisasi yang efektif adalah organisasi yang mencapai tujuan. efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas selalu berkait dengan tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas hasil yaitu mengarah pada pencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telah dicapai. Di mana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu system dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya. Efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan”. Jadi, efektivitas organisasi adalah tingkat keberhasilan orgnaisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran. Dengan demikian, pengertian efektivitas dalam beberapa definisi di atas menunjukkan pada kualifikasi sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Jadi efektivitas adalah pengukuran keberhasilan dalam Universitas Sumatera Utara pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan pemakaian proses yaitu pemilihan cara-cara yang sesuai dengan tujuan. Keefektifan adalah derajat di mana organisasi mencapai tujuannya. Sedangkan efektivitas adalah kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Sedangkan efisien organisasi menunjukkan hematnya organisasi atau bayaknya input atau sumber yang diperlukan organisasi untuk menghasilkan satu satuan output Lubis, 2009. Pengukuran Efektifitas Organisasi Pendekatan sasaran goal approach dalam pengukuran pengukuran efektivitas organisasi memusatkan perhatian terhadap aspek output, yaitu mengukur keberhasilan dalam usaha mencapai tingkatan output yang direncanakan. Pendekatan sumber sytem resources approach mencoba mengukur efektivitas dari sisi input, yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi dalam usaha memperoleh berbagai sumber yang dibutuhkan, untuk mencapai performansi yang baik dalam Lubis, 2009. Sasaran Goal Organisasi Sasaran goal organisasi adalah suatu keadaan atau kondidi yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Berbagai jenis sasaran dalam organisasi: 1. Organisasi bisa mempunyai sasaran lebih dari satu. 2. Organisasi dimungkinkan mempunyai sasaran yang berlawanan. 3. Sasaran saling berkaitan satu sama lain. 4. Ada berbeda pandanga terhadap sasaran yang akan ditetapkan. Sasaran Goal Organisasi dan Pengukuran Efektifitas 1. Sasaran ataupun tujuan merupakan alasan bagi eksistensi organisasi. 2. Sasaran ataupun tujuan sangat penting bagi proses manajemen yang dijalankan dalam suatu organisasi. Memberi pengakuan, Arah bagi organisasi, pengukuran organisasi, mengurangi ketidakpastian. Jenis-jenis Sasaran Organisasi 1. Sasaran Resmi Official goal 2. Sasaran yang sebenarnya diinginkan Operative goal Penanganan berbagai sasaran yang saling berlawanan 1. Menerima performansi yang secukupnya satisficing Universitas Sumatera Utara 2. Perhatian bertahap sequential attention 3. Preferensi sasaran preference ordering 4. Perubahan sasaran goal changes Pihak yang menetapkan sasaran Organisasi 1. Pemimpin Tunggal, terjadi pada perusahaan berukuran kecil dimana pemimpin dipegang oleh pemilik. 2. Koalisi Kelompok Pimpinan, terjadi pada organisasi besar. Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas output barang dan jasa. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif. Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani dan Lubis 1987: 55, yakni: 1. Pendekatan Sumber resource approach yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. 2. Pendekatan proses process approach adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi. 3. Pendekatan sasaran goals approach dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil output yang sesuai dengan rencana. Selanjutnya Strees dalam Tangkilisan 2005: 141 mengemukakan 5 lima kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu: 1. Produktivitas 2. Kemampuan adaptasi kerja 3. Kepuasan kerja 4. Kemampuan berlaba 5. Pencarian sumber daya Sedangkan Duncan yang dikutip Richard M. Steers 1985:53 dalam bukunya “ Efektrivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut: 1. Pencapaian Tujuan Universitas Sumatera Utara Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit. 2. Integrasi Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi. 3. Adaptasi Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja. Dari beberapa pendekatan yang dipaparkan di atas, peneliti menggunakan kriteria pengukuran efektivitas yang dikemukakan oleh Steers dalam Tangkilisan, karena dianggap sesuai dengan Pers Mahasiswa SUARA USU yang terbilang organisasi kecil. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Penelitian mengembangkan konsep dan menghimpun data, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis Singarimbun, 1995. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Metode ini juga mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi Rakhmat, 2004: 34. Seperti juga teori, metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak bisa dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah hasil penelitian secara benar, kita tidak cukup sekadar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuan berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakannya. Menurut Whitney 1960, metode deskriptif kualitatif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaru-pengaruh dari suatu fenomena Nazir, 1988: 63.

3.2 Objek Penelitian

Objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan serta dijadikan sasaran untuk diteliti, diperhatikan. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara kongkret tergambarkan dalam fokus permasalahan dalam penelitian Bungin, 2008: 76. Objek penelitian ini adalah pengurus Pers Mahasiswa SUARA USU yang akan diambil dengan teknik pengumpulan data Purposive Sampling.

3.3 Subjek Penelitian

Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu penelitian dilakukan. Karena itu, pada riset kualitatif tidak mengenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut subjek penelitian atau informan, yaitu orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset bukan objek karena Universitas Sumatera Utara