Keaslian Penulisan Sistematika Penulisan

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Pemeriksaan tersangka Pada Penyidikan dengan Menerapkan Psikologi Kriminil Dikaitkan dengan Pasal 52 dan 117 KUHAP”. Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan studi kasus sepanjang yang diketahui belum dilakukan penulisan, oleh karena itu penulisan ini asli. Bila ternyata terdapat skripsi yang sama dengan skripsi ini sebelum dibuat penulis bertanggungjawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Psikologi Kriminil

Psykologi Kriminil diambil dari bahasa asing yang berlainan, yaitu terdiri dari: 1. Psikologi 2. Kriminil Psikologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu:”psike” yang artinya jiwa, nafas, roh, sukma dan “logos” artinya ilmu. Kemudian di Indonesia kedua kata tersebut digabungkan terjadilah kata psikologi yang secara etimologis artinya ilmu jiwa atau studi tentang jiwa, tentang roh, tentang sukma atau tentang nafas. Kata kriminil berasal dari bahasa Belanda yaitu”crimen” yang artinya kejam, ngeri, dan jahat seperti : pencurian, pembunuhan, penipuan dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris kriminil itu berasal dari kata “crime” yang artinya jahat atau kejahatan. Dari pengertian diatas dapat kita lihat bahwa arti psikologi kriminil secra etimologis adalah : ilmu jiwa tentang kejahatan. Universitas Sumatera Utara Chainnur Arrasjid, mengatakan bahwa pengertian psikologi kriminil adalah: Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari psikologi sipenjahat serta semua atau golongan yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan perbuatan yang dilakukannya dan keseluruhan akibat-akibatnya. 45 Dahulu Hakim dalam memberi hukuman hanya melihat akibat dari perbuatan penjahat itu saja. Apabila telah sesuai dengan rumusan delik dalam Undang-undang W.A. Bonger memberikan penggolongan terhadap psikologi kriminil dalam arti luas dan psikologi kriminil dalam arti sempit. Yang dimaksud dengan psikologi dalam arti sempit adalah meliputi kepribadian penjahat perseorangan. Sedangkan dalam pengertian luas psikologi kriminil berarti mempelakari suatu kelompok atau massa atau orang banyak secara langsung maupun tidak langsung serta apa yang menjadi akibatnya. Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa pengertian psikologi kriminil adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan psikologi penjahat serta semua atau golongan yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perbuatan yang dilakukan serta keseluruhan akibat-akibat dari kejahatan yang ditimbulkan. Psikologi kriminil merupakan suatu ilmu yang perlu sekali dipelajari oleh setiap orang, terutama penegak hukum untuk mengetahui tentang jiwa si penjahat dalam hal mencari sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan dan mempertimbangkan hukuman yang akan dijatuhkan. 45 Chainur Arrasjid, SH, Psikologi Kriminil, bagian Pertama, Penerbit fakultas Hukum USU, Medan, 1980, hlm. 3. Universitas Sumatera Utara yang dilanggarnya, maka hakim menjatuhkan hukumannya tanpa memperhatikan kiwa atau pribadi sipenjahat. Kini dengan adanya ilmu yakni psikologi kriminil semuanya itu mengalami perkembangan dan perubahan sehingga Hakim tidak lagi melihat dari perbuatannya saja, tetapi dari jiwa atau sebab-sebab mengapa orang itu melakukan kejahatan. Dalam hukum pidana bila seseorang melakukan suatu kejahatan agar dapat dituntut menurut peraturan yang berlaku haruslah memebuhi unsur-unsur daripada perbuatan itu yakni unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif yakni pendukung hak dan kewajiban yaitu manusia atau badan yang menurut hukum berkuasa menjadi pendukung hak. Unsur onjektif ialah: segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan yang dapat menjadi pokok suatu perhubungan hukum karena sesuatu itu dapat diikuasai oleh subjek hukum. Maka dalam hal ini faktor subjektif sangat diperhatikan guna meletakkan suatu keadilan yang material yaitu apakah seseorang itu mampu bertanggungjawab atas perbuatannya atau si pelaku mampu bertanggungjawab atas perbuatannya. Demikian juga dengan remaja yang melakukan perbuatan kejahatan, kita harus melihat dari psikologi kriminil untuk mengungkapkan latar belakang dari perilaku kejahatan dan jiwa si pelaku remaja yang melakukan perbuatan kejahatan itu. Dengan demikian pengetahuan tentang psikologi kriminil akan dapat menunjang pembentukan maupun penerapan hukum sedemikian rupa sehingga benar-benar berfungsi. 2 . Pengertian Psikologi Universitas Sumatera Utara Di Indonesia pengenalan psikologi semula melalui pemeriksaan tes yang banyak dilakukan oleh ahlinya. Sekitar tahun 1950 dibuka fakultas Psikologi di beberapa perguruan tinggi. Sejak itulah mulai jelas bahwa psikologi bukan sekedar untuk pemeriksaan terhadap seseorang atau hanya sekedar nekat bagi seseorang pendidik, melainkan juga untuk menambah pengetahuan tentang hal-hal yang dipelajari ilmu itu. 46 Psikologi terdiri kata “psyche” yang dalam nahasa Yunani-nya berarti “jiwa” kata “logos” berarti “ilmu”, sehingga kata psikologi diterjemahkan menjadi “ilmu jiwa”. Walaupun diterjemahkan menjadi ilmu jiwa, tetapi dalam penggunaanya tidak sama. Perbedaanya terletak pada: 47 a. Ilmu jiwa: - Merupakan istilah Indonesia sehari-hari dan dikenal setiap orang - Meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khayalan dan spekulasi mengenai jiwa - Istilah ilmu jiwa menunjukkan kepada ilmu jiwa pada umumnya. b. Psikologi - Merupakan istilah “ilmu pengetahuan” yang dipakai untuk menunjukkan kepada pengetahuan ilmu jiwa yang bercorak ilmiah. - Meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syarat seperti yang dimufakati sarjana-sarjana psikologi pada zaman sekarang ini. - Istilah psikologi menunjukkan ilmu jiwa yang ilmiah menurut norma-norma ilmiah, modern. 46 R. Abdul Djamali, Psikologi Hukum, CV, Armico, Bandung, 1984, hlm. 15. 47 Djoko Prakoso, Peranan Psikologi Dalam pemeriksaan Tersangka Pada Tahap Penyidikan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 113-114. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perbedaan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang disebut dengan ilmu jiwa belum tentu psikologi. Akan tetapi, setiap berbicara tentang psikologi senantiasa juga termasuk dalam ilmu jiwa. Banyak orang mengartikan psikologi dalam berbagai pengertian. Psikologi itu sendiri mengadung pengertian yang berbeda-beda sesuai perkembangan zaman. Pada awal perkembangannya, pengertian psikologi sebagai berikut: 48 - Menurut Woodworth dan Marquis tahun 1957 Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungannya dengan alam sekitarnya. 49 - Menurut Crow tahun 1958 Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang perilaku manusia dan hubungan manusia dengan yang lainnya. 50 - Menurut Morgan tahun 1961 Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dengan hewan. 51 - Menurut Moskowitz dan Orgel tahun 1969 Psikologi sebagai ilmu pengetahuan empirik yang berdasarkan atas observasi dan penelitian ekprimental, pokok persoalannya adalah tentang tingkah laku manusia. Tujuannya adalah untuk melengkapi terhadap pengertian mekanisme aktivitas 48 Soerjono Soekanto, Beberapa Catatan Psikologi Hukum, Alumni, 1979, Bandung . hlm 13 49 Safwan Amin, Pengantar Psikologi Umum, Yayasan Pena, 2005, Banda Aceh, hlm. 5-6 50 Ibid. 51 Ibid. Universitas Sumatera Utara manusia dan penyesuaian dirinya sehingga memungkinkan manusia untuk memperbaiki dirinya. 52 - Menurut Robert J. Wicks tahun 1974 Psikologi adalah suatu ilmu tentang perikelakuan. 53 - Menurut Mussen dan Resenzwieg tahun 1975 Pada masa lampau diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang mind pikiran atau the study of mind, tetapi dalam perkembangannya, kata mind berubah menjadi behavior tingkah laku, sehingga psikologi di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku. 54 - Menurut Th. F. Hoult 1977 Psikologi adalah suatu disiplin yang secara sistematis mempelajari perkembangan dan fungsinya faktor-faktor mental dan emosi manusia. 55 - Menurut Garden Murphy Psikologi mempunyai dua arti, yaitu: - Suatu ilmu yang menguraikan masalah kemauan serta motif dalam hubungannya dengan peranannya mempengaruhi pikiran serta perbuatan manusia. - Suatu ilmu yang mempelajari respn yang diberikan oleh hidup terhadap lingkungannya. 56 - Singgih Dirgagunarsa Psikologi adalah imu yang mempelajari tingkah laku manusia. 57 52 Ibid. 53 Djoko Prakoso, Op Cit, hlm. 114 54 Safwan Amin, Op Cit, hlm 5 55 Djoko Prakoso, Loc Cit. 56 Ibid. Universitas Sumatera Utara - Wilhelm Wundt Seorang tokoh psikologi eksperimental berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan. 58 - Johan Broadus Watson Memandang psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku nampak lahiriah dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dari jawaban respon. 59 1. Ilmu pengetahuan yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode ilmiah. Psikologi disamping merupakan ilmu juga merupakan “seni” karena dalam penerapan aplikasinya dalam berbagai seni kehidupan diperlukan keterampilan dan kreatifitas. Berdasarkan pengertian dapat dilihat adanya beberapa unsur-unsur sebagai berikut: 2. Tngkah laku atau perbuatan yaitu segala kegiatan yang lebih konkrit dan dapat diamati dengan pancaindera, maka perilaku lebih mudah dipelajari dari jiwa roh. Maka lewat proses pemahaman terhadap tingkah laku, kita akan dapat mengenal seseorang. Tingkah laku disini mempunyai arti yang luas yaitu meliputi ang kelihatan maupun tidak kelihatan, yang disadari atau tidak disadari oleh individu yang bersangkutan. 3. Lingkungan yaitu tempat dimana manusia hidup, berinteraksi, berkomunikasi, menyesuaikan diri dan mengembangkan diri. Menusia selain menerima pengaruh 57 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, 1998, Jakarta, hlm 3. 58 Ibid. 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara dari lingkungannya, juga merespon lingkungan sekitarnya. Lingkungan secara umum dapat dibedakan menjadi dua: 60 a. Lingkungan dalam internal environment yakni suatu yang berasal dari dalam diri individu, seperti keadaan di dalam tubuh manusia, perasaan, pikiran dan sebagainya. b. Lingkungan luar eksternal environment yaitu hal-hal yang datang dari luar diri individu, seperti mencontoh orang lain, belajar, berinteraksi sosial dan sebagainya.

3. Ruang Lingkup Psikologi a. Kajian Psikologi

Secara umum ruang lingkup psikologi dapat dibagi kedalam dua golongan besar yaitu: 61 1 Psikologi yang mempelajari atau menyelidiki manusia Ilmu ini akan mempelajari manusia secara utuh dalam lingkungan dimana manusia berada. Pengkajian lebih berfokus pada segala perbuatan, tindak tanduk, gerak-gerik dan kondisi yang dialami oleh individu di tempat mereka hidup, berkomunikasi dan berinteraksi. 2 Psikologi yang mengkaji dan menyelidiki hewan, yang umumnya lebih dikenal dengan psikologi hewan animal psyhology. Hewan direalitas kehidupannya juga “mempunyai kemiripan” perilaku dengan manusia. Misalnya, beranak-pinak, merawat dan mengasihi keluarganya. Hewan 60 Safwan Amin, Op Cit, hlm 6-7. 61 Ibid, hlm 7-8. Universitas Sumatera Utara juga mempunyai habitat dan komunitas yang didalamnya mereka juga berinteraksi dan penuh keakrapan satu sama lainnya.

b. Objek Psikologi

Objek psikologi, pada umumnya juga sama dengan ilmu pengetahuan lain, yakni ingin memfokuskan pada suatu hal yang hendak diselidiki atau diuji. Ketika psikologi dalam dunia filsafat sebelum masehi atau sebelum tahun 1900M. manusia membagi disiplin psikologi dalam dua topik yaitu: 62 a. Objek material, yaitu objek yang dipandang secara komprehensif menyeluruh. Objek ini dalam psikologi adalah manusia. Manusia disamping menjadi objek kajian psikologi juga menjadi objek disiplin ilmu lainnya, seperti; sosiologi, antropologi, sejarah, kedokteran, pendidikan, biologi, ilmu hukum dan sebagainya semua objek materialnya adalah manusia. b. Objek formal, yaitu objek yang terfokus pada aspek mana yang hendak di utamakan dalam penyelidikan. Dalam hal ini objek formal psikologi sangat beragam sesuai dengan perkembangan zaman, minat dan pandangan masing-masing. Pada zaman Yunani sampai abad pertengahan misalnya, yang menjadi objek formal psikologi adalah hakikat jiwa. Kemudian pada era Rene Descertes tahun 1996-1650 objeknya adalah gejala-gejala kesadaran kita, seperti; perasaan, tanggapan, emosi, hasrat, kemauan dan sebagainya.

c. Sistematika Psikologi

62 Safwan Amin, Op Cit, hlm 9. Universitas Sumatera Utara Setelah sikolgi menjadi ilmu pengetahuan yang otonom berdiri sendiri dan diakui oleh Universitas Leipzig pada tahun 1886 atau akhir abad ke-19, maka sistematika pembahasan psikologi juga telah dimilikinya sendiri, baik keteraturan dalam pencabangannya maupun keteraturan dalam bidang-bidangnya. Secara garis besar psikologi menuut Purwanto tahun 1991 dibagi ke dalam dua golongan utama: 63 1. Psikologi Metafisika, yaitu yang menyelidiki masalah hakekat jiwa seperti yang dilakukan Plato dan Aristoteles. 2. Psikologi Empiris, yaitu psikologi yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan dan perilaku manusia dengan menggunakan obsrvasi, eksperimen dan pengumpulan berbagai macam data yang berkaitan dengan gejala-gejala kejiwaan manusia. Menurut Ahmadi dan Supriona tahun 1991, bila diulus berdasarkan lapangan yang diselidiki, psikologi dapat dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Psikologi umum, yaitu suatu pengkajian psikologi mengenai gejala-gejala kejiwaan manusia pada umumnya. 2. Psikologi khusus, yaitu suatu penyelidikan psikologi tentang gejala-gejala kejiwaan manusia dengan minat, pandangan dan tujuan tertentu. Psikologi khusus ini ada bermacam-macam, antara lain: 64 1. Psikologi Perkembangan yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakup: a. Psikolgi anak mencakup masa bayi b. Psikologi puber adolesensi psikologi pemuda c. Psikologi orang dewasa 63 Safwan Amin, Op Cit, hlm 10 64 Abu Ahmadi, Op Cit, hlm 7-8. Universitas Sumatera Utara d. Psikologi orang tua 2. Psikologi sosial yaitu psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas manusia dalam hubungan dengan situasi sosial. 3. Psikologi pendidikan yaitu psikologi yang khusus menguaikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran mudah dietrima, bagaimana belajar dan sebagainya. 4. Psikologi keperibadian dan tipologi yaitu psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur peribadinya manusia, mengenai tipe-tipe keperibadian manusia. 5. Psikologi psikapatologi yaitu psikologi khusus mengenai keadaan psikis yang tidak normal abnormal 6. Psikologi kriminil yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau kriminal. 7. Psikologi perusahaan yaitu psikologi berhubungan dengan perusahaan. Sedangkan bila ditinjau dari sudut kegunaanya, Ahmadi dan Superiono tahun 1991, menerangkan bahwa disiplin ini dapat dibedakan menjadi: 65 1. Psikologi Teoritis yaitu psikologi yang mengkaji gejala-gejala kejiwaan untuk gejala-gejala itu sendiri. Jadi sebelum dihubungkan dengan praktek sehari-hari, mengembangkan teorinya saja untuk menambah wawasan tentang ilmu kejiwaan. 2. Psikologi Terapan, yakni psikologi yang mempelajari segala sesuatu tentang perilaku untuk dipergunakan dalam praktik. Misalnya, psikologi terapi, psikologi diagnotik, psikologi pendidikan dan sebagainya.

4. Kewenangan Polri Menurut KUHAP

65 Safwan Amin, Op Cit, hlm 11 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan KUHAP, maka kewenangan Polri sebagai aparat negara penegak hukum dapat dibedakan atas 3 yaitu: 1. Polri sebagai Penyelidik 2. Polri sebagai Penyidik 3. Polri sebagai Penyidik Pembantu Mengenai pemberian wewenang kepada penyelidik, penyidik dan penyidik pembantu bukan berdasarkan pendekatan kewajiban dan tanggungjawab yang diembankan, maka kepada masing-masing pejabat tersebut diberikan kewenangan yang disesuaikan atau diselaraskan dengan berat ringannya kewajiban dan tanggungjawab masing-masing serta kedudukan tingkat kepangkatan dan pengetahuannya. Oleh karena itu perumusannya digunakan kalimat: “… karena kewajibannya mempunyai wewenang…” Hal ini diatur dalam buku Pedoman Pelaksanaan KUHAP, yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman RI, yaitu:

a. Polri Sebagai Penyidik

Pasal 1 butir 1 KUHAP memberikan perumusan tentang penyidik yaitu sebagai berikut: Penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. 1 Penyidik adalah: a. Pejabat polisis negara Republik Indonesia b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang. Universitas Sumatera Utara 2 Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Penjelasan Pasal 6 ayat 2 KUHAP menyatakan bahwa kedudukan dan kepangkatan penyidik yang diatur dalam Peraturan Pemerintah diselaraskan dan diseimbangkan dengan kedudukan dan kepangkatan penuntut umum dan hakim peradilan umum. Dalam PP No. 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan Kitab UU Hukum Acara Pidana, pada pasal 2 dinyatakan: 1. Penyidik adalah: a Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi. b Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat 1 golongan IIb atau yang disamakan dengan itu. 2. Dalam hal disuatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a, maka komandan sektor Kepolisian yang berpangkat bintara Letnan dua Polisi karena jabatannya adalah penyidik. 3. Penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 3 dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 4. Wewenang penunjukkan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b diangkat oleh Menteri atas usul dari Departemen yang membawahi pegawai negeri tersebut, Menteri sebelum Universitas Sumatera Utara melaksanakan pengangkatan terlebih dahulu mendengarkan pertimbangan Jaksa Agung dan Kepala Keplosian Republik Indonesia. 6. Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 5 dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

F. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang akan ditempuh dalam memperoleh data-data atau bahan-bahan dalam penelitian meliputi:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yuridis normatif yang dilakukan dan ditujukan pada ketentuan pidana yang mengatur tentang pemeriksaan tersangka pada proses penyidikan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi sertra menganalisis berita suara pemeriksaan di Polres Langkat.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Polres Langkat dengan mengambil berita acara pemeriksaan yang sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini untuk dianalisis.

3. Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian skripsi ini adalah data sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya. b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang psokologi dan penyidikan seperti seminar hukum, majalah- majalah, karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan pokok penelitian, dan beberapa sumber dari situs internet yang berkaitan dengan persoalan di atas. c. Bahan hukum tertier, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus, ensiklopedia, bibliograpi, dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode Library Reseach Penelitian Kepustakaan, yakni melakukan penelitian dengan berbagai sumber bacaan seperti peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah, internet, wawancara, dan bahan lainnya.

5. Analisis Data

Data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif yaitu apa yang diperoleh dari penelitian di lapangan dipelajari secara utuh dan menyeluruh untuk memperoleh jawaban permasalahan dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Sitematika penyusunan skripsi ini oleh penulis dimaksudkan untuk memberikan perincian secara garis besar isi dari skripsi ini. Dalam penyusunannya skripsi ini akan dibagi menjadi 4 empat bab dengan susunan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara BAB I : Dalam bab I ini terdiri dari latar belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Dalam bab II ini diuraikan tentang proses pemeriksaan tersangka pada tahap penyidikan menurut KUHAP dan sistem Penyidikan yang dianut KUHAP serta pengertian penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan. BAB III: Dalam bab III ini diuraikan tentang pengertian Psikologi Kriminil di dalam Pemeriksaan tersangka pada proses penyidikan Polres Langkat. Serta peran psikologi kriminil dalam pemeriksaan tersangka pada proses penyidikan. BAB IV: Berisi tentang kesimpulan dan saran terkait dalam permasalahan dalam skripsi ini. Universitas Sumatera Utara

BAB II A.

Proses Pemeriksaan Tersangka pada Tahap Penyidikan Menurut KUHAP Titik pangkal pemeriksaan di hadapan penyidik adalah tersangka karena dari tersangka diperoleh keterangan tentang peristiwa pidana yang sedang diperiksa. Akan tetapi, sekalipun tersangka yang menjadi titik tolak pemeriksaan tersangka tidak boleh di pandang sebagai objek pemeriksaan inkuisator. Tersangka harus di tempatkan pada kedudukan manusia yang memiliki harkat dan martabat serta harus dinilai sebagai subjek, bukan sebagai objek. Perbuatan tindak pidana tersangka yang menjadi objek pemeriksaan, menurut Pasal 8 Undang-Undang No. 4 tahun 2004, tersangka harus dianggap tidak bersalah sesuai dengan prinsip hukum “praduga tak bersalah” sampai dipertoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. 66 66 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Prnuntutan Edisi Kedua, Sinar Grafika, 2000, Jakarta, hlm. 134. Pada pemeriksaan tersangka, seorang penyelidik harus memperhatikan keterangan yang berlaku dan tidak boleh bertindak diluar keterangan tersebut, salah satu ketentuan tersebut mengenai hak-hak tersangka di dalam pemeriksaan. Pada KUHAP dalam Pasak 14, 15 dan 32 di jumpai kata “tersangka”, “terdakwa” dan “terpidana” dalam setiap kedudukan tersangka pada proses pemeriksaan. Kata “tersangka” digunakan ketika iatersangka sedang atau berada dalam tingkat pemeriksaan permulaan, kata-kata “terdakwa” dipakai ketika tersangka masih dalam tingkat pemeriksaan dimuka hakim dan kata-kata “terpidana” digunakan ketika terdakwa telah menerima putusan hakim telah memperoleh ketentuan hukum tetap. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perendaman Dengan larutan Cuka 5% dan Air Panas Terhadap Perlepasan Kadar Formalin Pada Cumi-cumi, Ikan Gembung, Udang dan Ikan Dencis Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

6 57 132

Penerapan Pasal 52 Jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Harkat dan Martabat Tersangka Dalam Proses Penyidikan Di Kepolisian (Studi Di Polres Batu)

0 5 37

Peranan penasehat hukum dalam proses penyidikan di kepolisian resor boyolali ( studi implementasi pasal 115 kuhap )

0 7 70

BAB II A. Proses Pemeriksaan Tersangka pada Tahap Penyidikan Menurut KUHAP

0 3 27

Tinjauan mengenai pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana persetubuhan terhadap anak di bawah umur dengan pelaku anak di bawah umur dikaitkan dengan hak hak tersangka dalam KUHAP

0 10 79

PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN.

0 2 11

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN Perlindungan Hukum Bagi Tersangka Dalam Proses Penyidikan.

0 3 21

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN Perlindungan Hukum Bagi Tersangka Dalam Proses Penyidikan.

0 0 11

PERANAN PENASEHAT HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN (Studi Kasus Implementasi Pasal 115 KUHAP Peranan Penasehat Hukum Dalam Proses Penyidikan (Studi Kasus Implementasi Pasal 115 KUHAP Di Polres Karanganyar ).

0 1 10

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP SAKSI YANG MEMBERIKAN KETERANGAN PALSU DALAM PROSES PERADILAN PIDANA DIKAITKAN DENGAN PASAL 242 KUHP DAN KUHAP.

0 0 1