Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa Di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan
ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT
BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NIM : 090200039 MONICA SYLVANA
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT
BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN Oleh :
MONICA SYLVANA 090200039
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN : PERDATA BW
Disetujui Oleh :
KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum NIP. 196033185081001
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum NIP. 196033185081001 NIP.196602021991032002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
ABSTRAK
ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT
BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN
Nama Penulis : Monica Sylvana
Dosen Pembimbing I : Dr. H. Hasim Purba., SH., M.Hum Dosen Pembimbing II : Dr. Rosnidar Sembiring., SH., M.Hum
Pengadaan barang/jasa sangat diperlukan oleh suatu instansi atau lembaga di Indonesia dalam rangka mensukseskan pembangunan di segala bidang. Oleh karena itu dalam proses pembangunan perlu adanya partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat agar terciptanya tujuan dari pembangunan nasional. Pembangunan Nasional tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak seperti pemborong, pemberi tugas, arsitek, dan sebagainya. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa memerlukan kontrak untuk mengikatkan dirinya. Kontrak tersebut harus sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor70 tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa. Perjanjian pengadaan barang dan jasa termasuk dalam perjanjian pemborongan yang terdapat dalam KUHPerdata Pasal 1601,Pasal 1601b dan Pasal 1604 dan sampai dengan Pasal 1616. Kenyataan yang sering terjadi dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan jasa sering bertentangan dengan pasal 1616 karena pelaksanaannya tidak efektif, tidak sesuai dengan prinsip persaingan sehat, dan tidak transparan. Permasalahan penelitian ini adalah Apakah Kontrak Pengadaan Brang Dan Jasa Di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan telah sesuai dengan undang-undang nomor 70 tahun 2012? Bagaimanakah pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan ? Bagaimana penyelesaian terhadap kontrak yang bermasalah?
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data sekunder (secondary data).
Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode pengumpulan data Field research
(penelitian lapangan) dan Library research (penelitian kepustakaan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan dalam segi bentuk dan jenis kontrak serta proses pelaksanaannya telah sesuai dengan Perpres nomor 70 tahun 2012 dan KUHPerdata .
Kata Kunci :
Analisis hukum terhadap kontrak pengadaan barang dan jasa Kontrak pengadaan barang dan jasa
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini mengenai “Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan
Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh pihak- pihak tertentu baik berupa bimbingan, kritik, saran bahkan pengarahan, oleh karenanya penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas orang-orang yang berbuat baik dan menolong saudaranya. Terima kasih saya ucapkan kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara .
2. H. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum, Selaku Ketua Jurusan Keperdataan
3.
Ibu Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.4.
Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini.(5)
kakak ku Visca Sylvia, abang ku Dhika Dirgantara dan Agus Tianly, serta seluruh Keluarga Besar Muhammad Irfan dan Noviyanti, yang sudah memberikan dukungan, semangat dan bantuan moril maupun materil yang begitu besar serta selalu mendoakan di tiap langkah ku.
6. Terima kasih juga buat Andri Yanto,S.Kom yang telah mengisi hati dan hidupku, memberikan semangat serta mendukung dalam tiap langkah ku.
7. Buat sepupu-sepupu ku Asifa Indriyani, Hanna Shofia, Khalisa Alma dan Cynthia Dewi yang selalu mewarnai hari-hari ku dan menghibur ku dikala jenuh dalam proses pembuatan skripsi ini. 8. Buat sahabat-sahabat ku, teman-teman seperjuangan ku di
Fakultas Hukum terutama di Group G ,Tim Klinis ku dan semua nama yg tidak bisa disebut satu persatu. Kebersamaan menjadi indah karena berbagi tawa dan airmata.
9. Kepada pegawai di Fakultas Hukum yang telah membantu selama pengurusan akdemik penulis selama di Fakultas Hukum USU.
(6)
10.Kepada semua orang yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu yang telah mencintaiku dan memberikan motivasi dalam hidup ku selama 22 tahun ini.
Terimakasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Oktober 2013 Penulis,
Nim. 090200039 Monica Sylvana
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Metode Penelitian ... 4
E. Keaslian Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA ... 11
A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata ... 11
1. Adanya kaidah hukum ... 12
2. Subjek hukum ... 13
3. Adanya Prestasi ... 13
4. Kata sepakat ... 13
5. Akibat hukum ... 13
(8)
C. Dasar Hukum Pengadaan Barang dan Jasa ... 19
D. Materi-materi dalam pengadaan barang dan jasa ... 21
E. Siapa saja yang berhak melakukan Kontrak pengadaan barang dan Jasas 22 F. Syarat terjadinya kontrak pengadaan barang dan jasa ... 23
BAB III DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT BALAI KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN ... 27
A. Latar belakang didirikan dan dasar hukumnya... 27
B. Tujuan pokok dan visi-misinya ... 30
C. Manfaat didirikannya BBLKI ... 31
BAB IV ANALISIS TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN ... 36
A. Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan telah memenuhi Perpres No. 70 Tahun 2012 ... 36
B. Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan ... 55
C. Penyelesaian terhadap kontrak yang bermasalah ... 64
(9)
A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN
(10)
ABSTRAK
ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT
BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN
Nama Penulis : Monica Sylvana
Dosen Pembimbing I : Dr. H. Hasim Purba., SH., M.Hum Dosen Pembimbing II : Dr. Rosnidar Sembiring., SH., M.Hum
Pengadaan barang/jasa sangat diperlukan oleh suatu instansi atau lembaga di Indonesia dalam rangka mensukseskan pembangunan di segala bidang. Oleh karena itu dalam proses pembangunan perlu adanya partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat agar terciptanya tujuan dari pembangunan nasional. Pembangunan Nasional tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak seperti pemborong, pemberi tugas, arsitek, dan sebagainya. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa memerlukan kontrak untuk mengikatkan dirinya. Kontrak tersebut harus sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor70 tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa. Perjanjian pengadaan barang dan jasa termasuk dalam perjanjian pemborongan yang terdapat dalam KUHPerdata Pasal 1601,Pasal 1601b dan Pasal 1604 dan sampai dengan Pasal 1616. Kenyataan yang sering terjadi dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan jasa sering bertentangan dengan pasal 1616 karena pelaksanaannya tidak efektif, tidak sesuai dengan prinsip persaingan sehat, dan tidak transparan. Permasalahan penelitian ini adalah Apakah Kontrak Pengadaan Brang Dan Jasa Di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan telah sesuai dengan undang-undang nomor 70 tahun 2012? Bagaimanakah pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan ? Bagaimana penyelesaian terhadap kontrak yang bermasalah?
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data sekunder (secondary data).
Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode pengumpulan data Field research
(penelitian lapangan) dan Library research (penelitian kepustakaan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan dalam segi bentuk dan jenis kontrak serta proses pelaksanaannya telah sesuai dengan Perpres nomor 70 tahun 2012 dan KUHPerdata .
Kata Kunci :
Analisis hukum terhadap kontrak pengadaan barang dan jasa Kontrak pengadaan barang dan jasa
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa telah dirubah dan digantikan dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang secara hukum resmi dinyatakan berlaku sejak ditanda tangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Perpres No. 70 Tahun 2012 Pasal 1, memberikan definisi tentang Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa1
Pengadaan barang/jasa sangat diperlukan oleh suatu instansi atau lembaga di Indonesia dalam rangka mensukseskan pembangunan di segala bidang. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.2
1
Republik Indonesia, Perpres No. 70 Tahun 2012, Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta : Fokusmedia, 2010, hal 2
Oleh karena itu dalam proses pembangunan perlu adanya partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat agar terciptanya tujuan dari pembangunan nasional
2
Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Rhineka Cipta, 2006, hal 1
(12)
tersebut dan hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan bathin secara adil dan merata.
Pembangunan Nasional sangat banyak jenis dan macamnya, salah satu bentuk realisasi dari pembangunan yaitu pembangunan proyek-proyek sarana dan prasarana umum. Sebagai contohnya adalah pembangunan saluran-saluran air, jalan-jalan, jembatan, perkantoran,perumahan rakyat,dan masih banyak lagi.
Pembangunan Nasional tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak seperti pemborong, pemberi tugas, arsitek, dan sebagainya. Disamping itu perlu diperhatikan peralatan-peralatan yang canggih yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.
Pihak-pihak yang melaksankan pembangunan ini memerlukan adanya suatu perjanjian, salah satu bentuk perjanjian itu adalah perjanjian/ kontak pengadaan barang dan jasa. Perjanjian pengadaan barang dan jasa termasuk dalam perjanjian pemborongan yang terdapat dalam KUHPerdata Pasal 1601,Pasal 1601b dan Pasal 1604 dan sampai dengan Pasal 1616 bahwa agar pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien, dengan prinsip persaingan sehat, transparan,terbuka dan perlakuan yang adil dan layak bagi semua pihak,sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan.
kenyataan yang sering terjadi dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan jasa sering bertentangan dengan pasal 1616 karena pelaksanaannya tidak efektif, tidak sesuai dengan prinsip persaingan sehat, dan tidak transparan. Oleh karena itu penulis mengangkat judul “Analisis Hukum Terhadap Kontrak
(13)
Pengadaan Barang dan Jasa Di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan” agar dapat menjelaskan kontrak pengadaan barang dan jasa yang sesuai dengan UU Nomor 70 tahun 2012 dan KUHPerdata.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas ada beberapa permasalahan yang dapat dibahas dalam skripsi ini, yaitu
1. Apakah Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatra Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan telah memenuhi Perpres No. 70 Tahun 2012?
2. Bagaimana Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan ?
3. Bagaimana penyelesaian terhadap kontrak yang bermasalah di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatra Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian skripsi ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan telah memenuhi Perpres No. 70 Tahun 2012
(14)
2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan.
3. Untuk mengetahui penyelesaian terhadap kontrak yang bermasalah.
D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan
yuridis digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan terkait dengan perjanjian perjanjian pengadaan barang dan jasa.. Sedangkan pendekatan normatif digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai prilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan.3
2. Spesifikasi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, maka hasil penelitian ini nantinya akan bersifat deskriptif analitis yaitu memaparkan, menggambarkan atau mengungkapkan pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa. Hal tersebut kemudian dibahas atau dianalisis menurut ilmu dan teori-teori atau pendapat peneliti sendiri, dan terakhir menyimpulkannya.4
3
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia,1986, hal 43-36.
4
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 26-2 7
(15)
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data sekunder (secondary data). Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumen yang biasanya disediakan di perpustakaan, atau milik pribadi.
Adapun data sekunder tersebut antara lain :
1) Bahan hukum primer, yang merupakan bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat dan terkait dalam dengan perjanjian pengadaan barang dan jasa, yaitu : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan peraturan perundang-undangan.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa bahan hukum primer yaitu : Buku-buku ilmiah, Makalah-makalah, Hasil-hasil penelitian dan wawancara
3) Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang relevan untuk melengkapi data dalam penelitian ini, yaitu seperti kamus umum,
(16)
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Field research (penelitian lapangan)
Sehubungan dengan pengumpulan data atau bahan-bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, juga dilakukan studi lapangan, yaitu pengumpulan data-data mengenai objek yang diteliti dalam hal ini dilakukan melalui wawancara di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan. Wawancara tersebut dilakukan dengan bapak Hasaya, S.pd selaku kepala bidang penyelenggara dan kerjasama, serta dengan bapak Drs. Boyke Simanjuntak selaku seksi program.
b. Library research (penelitian kepustakaan)
Yakni mengumpulkan bahan-bahan penulisan melalui bacaan-bacaan seperti buku, majalah ilmiah, hasil-hasil seminar, surat kabar, pendapat sarjana dan bahan-bahan bacaan yang relevan sebagai dasar pengembangan uraian teoritis penulisan ini.
5. Analisa Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dengan menggunakan metode kuantitatif. Setelah memperoleh data wawancara maka data tersebut dikumpulkan diolah dan selanjutnya disajikan melalui pendekatan kuantitatif
(17)
kemudian dilakukan analisa (pembahasan) dengan cara membandingkan teori-teori hukum atau pendapat-pendapat para ahli. Akhirnya ditarik suatu kesimpulan. Di dalam penelitian hukum normatif, maka analisis data pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan
kontruksi.5
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian yang dimaksud. Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Analisis hukum terhadap kontrak pengadaan barang dan jasa di dinas tenaga kerja dan transmigrasi unit balai besar latihan Kerja industri (BBLKI) Medan. Judul yang terdapat diperpustakaan Universitas antara lain :
Endang Pakpahan, NIM 040200125, judul ; Aspek Hukum Lemahnya Kedudukan Konsumen sebagai Pengguna Barang dan Jasa atas daya tawar terhadap pelaku usaha sebagai penyedia barang dan jasa.
5
(18)
Kiki Fitri M. Manurung, NIM 060200149, judul ; Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara.
Oloan Exodus Hutabarat, NIM 990200129, judul ; Perlindungan Hukum Terhadap Peserta Asuransi Jiwa Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 (Studi Kasus pada PT. Jamsostek (Persero) Cabang Belawan dan di Dinas Tenaga Kerja Kota Medan).
Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam kegiatan penelitian tentang Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa Di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan adalah, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan membahas Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, Sistematika Penulisan
(19)
Pada bagian ini akan membahas mengenai kontrak menurut KUHPerdata, Pengertian Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa, Dasar Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, Materi-materi dalam pengadaan barang dan jasa, Siapa saja yang berhak melakukan Kontrak pengadaan barang dan jasa dan syarat terjadinya kontrak pengadaan barang dan jasa.
BAB III DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN
Bab ini akan membahas tentang latar belakang didirikan dan dasar hukumnya, tujuan pokok dan visi-misinya, Struktur Organisasi serta Manfaat didirikannya BBLKI
BAB IV ANALISIS TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN
Bab ini menguraikan tentang Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan telah memenuhi Perpres No. 70 Tahun 2012, Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan serta penyelesaian terhadap kontrak yang bermasalah
(20)
(21)
BAB II
KONTRAK PENGADAAN BARANG
A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata
Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian kontrak, tetapi menurut Para pakar hukum bahwa kontrak adalah ” Kaidah/ aturan hukum yang mengatur hubungan hukum antar para pihak berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum untuk melaksanakan suatu prestasi/obyek perjanjian” .Pengaturan umum tentang kontrak diatur dalam KUHPerdata buku III.
Pengadaan Barang/ jasa antara antara perorangan/ badan hukum dengan perorangan/badan hukum, diatur secara umum dalam KUH Perdata, tetapi tidak diatur secara khusus. Dalam hal terjadi kesepakatan antara para pihak untuk melakukan pengadaan barang/ jasa, harus sesuai dengan persyaratan perjanjian sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.
Istilah hukum perjanjian atau kontrak merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu contract law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah overeenscomsrecht.6 Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.7
6
Salim H.S, “Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak,” Cet. II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 3
Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dengan demikian perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam
7
(22)
bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Maka hubungan hukum antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan. Hubungan hukum adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum disebabkan karena timbulnya hak dan kewajiban, dimana hak merupakan suatu kenikmatan, sedangkan kewajiban merupakan beban.
Adapun unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian/kontrak dapat dikemukakan sebagai berikut:8
1. Adanya kaidah hukum
Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti: jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat.
8
(23)
2. Subjek hukum
Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang.
3. Adanya Prestasi
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: memberikan sesuatu;berbuat sesuatu;tidak berbuat sesuatu.
4. Kata sepakat
Di dalam Pasal 1320 KUHPer ditentukan empat syarat sahnya perjanjian seperti dimaksud diatas, dimana salah satunya adalah kata sepakat (konsensus). Kesepakatan ialah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak.
5. Akibat hukum
Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Pengertian perjanjian sebagai kesepakatan yang dibuat oleh para pihak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Adapun pengertian kontrak tidak disebut secara tegas dalam literatur hukum. Kontrak lebih merupakan istilah yang digunakan dalam perikatan-perikatan bisnis disamping MoU dan LoI, yang pemakaian istilahnya bersifat khusus untuk perikatan bisnis. Kontrak yang dibuat dalam hubungan bisnis memiliki sifat yang tidak berbeda dengan perjanjian, yaitu ikatan yang memiliki akibat hukum.
(24)
Disamping perjanjian dan kontrak, masih dikenal istilah persetujuan atau dalam bahasa Inggris disebut agreement. Sama seperti yang dimaksud oleh perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata, pengertian agreement dalam pengertian luas dapat berarti sebagai kesepakatan yang mempunyai konsekuensi hukum dan juga kesepakatan yang tidak mempunyai konsekuensi hukum.
Agreement akan mempunyai kualitas atau pengertian perjanjian atau kontrak apabila ada akibat hukum yang dikenakan terhadap pelanggaran janji (breach of contract) dalam agreement tersebut. Dalam pengertian kesepakatan para pihak yang mempunyai konsekuensi hukum yang mengikat, maka agreement sama artinya dengan perjanjian. Dari uraian ini dapat disimpulkan istilah kontrak juga merupakan agreement karena agreement dalam bahasa Indonesia merupakan perjanjian, sedangkan sebuah perjanjian merupakan persetujuan yang melahirkan perikatan, maka istilah perjanjian, kontrak, ataupun agreement memiliki pengertian yang sama. Dalam paparan tulisan ini, penggunaan ketiga istilah itu merujuk kepada hal yang sama.
Sekalipun dalam KHUPerdata definisi dari perikatan tidak dipaparkan secara tegas, akan tetapi dalam Pasal 1233 KUHPerdata ditegaskan bahwa perikatan selain dari Undang-undang, perikatan dapat juga dilahirkan dari perjanjian. Dengan demikian suatu perikatan belum tentu merupakan perjanjian sedangkan perjanjian merupakan perikatan. Dengan kalimat lain, bila definisi dari pasal 1313 KUHPerdata tersebut dihubungkan dengan maksud dari pasal 1233 KUHPerdata, maka terlihat bahwa pengertian dari perikatan, karena perikatan tersebut dapat lahir dari perjanjian itu sendiri. Sebagai bahan perbandingan untuk
(25)
membantu memahami perbedaan dua istilah tersebut, perlu dikutip pendapat Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian mengenai perbedaan pengertian dari perikatan dengan perjanjian. Beliau memberikan definisi dari perikatan sebagai berikut:
“Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.”9
“Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal 10
Perbedaan antara perikatan dan perjanjian juga terletak pada konsekuensi hukumnya. Pada perikatan masing-masing pihak mempunyai hak hukum untuk menuntut pelaksanaan prestasi dari masing-masing pihak yang telah terikat. Sementara pada perjanjian tidak ditegaskan tentang hak hukum yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang berjanji apabila salah satu dari pihak yang berjanji tersebut ternyata ingkar janji, terlebih karena pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata menimbulkan kesan seolah-olah hanya merupakan perjanjian sepihak saja. Definisi dalam pasal tersebut menggambarkan bahwa tindakan dari satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih, tidak hanya merupakan suatu perbuatan hukum yang mengikat tetapi dapat pula merupakan perbuatan tanpa konsekuensi hukum.
Konsekuensi hukum lain yang muncul dari dua pengertian itu adalah bahwa oleh karena dasar perjanjian adalah kesepakatan para pihak, maka tidak dipenuhinya prestasi dalam perjanjian menimbulkan ingkar janji (wanprestasi),
9
Subekti, “Hukum Perjanjian,” Cet. XII, Jakarta: Intermasa, 1990, hal. 9
10
(26)
sedangkan tidak dipenuhinya suatu prestasi dalam perikatan menimbulkan konsekuensi hukum sebagai perbuatan melawan hukum (PMH).
Pemahaman tersebut menjelaskan bahwa adanya perbedaan pengertian antara perjanjian dan perikatan hanyalah didasarkan karena lebih luasnya pengertian perikatan dibandingkan perjanjian. Artinya didalam hal pengertian perjanjian sebagai bagian dari perikatan, maka perikatan akan mempunyai arti sebagai hubungan hukum atau perbuatan hukum yang mengikat antara dua orang atau lebih, yang salah satu pihak mempunyai kewajiban untuk memenuhi prestasi tersebut. Bila salah satu pihak yang melakukan perikatan tersebut tidak melaksanakan atau terlambat melaksanakan prestasi, pihak yang dirugikan akibat dari perbuatan melawan hukum tersebut berhak untuk menuntut pemenuhan prestasi atau penggantian kerugian dalam bentuk biaya, ganti rugi dan bunga.
Uraian ini memperlihatkan bahwa perikatan dapat meliputi dua arti, yaitu pada satu sisi sebagai perjanjian yang memang konsekuensi hukumnya sangat tergantung pada pihak-pihak yang terikat didalamnya, dan pada sisi lain merupakan perikatan yang mempunyai konsekuensi hukum yang jelas. Sekalipun perjanjian sebagai suatu perikatan muncul bukan dari undang-undang tetapi memiliki kekuatan hukum yang sama dengan perikatan yang muncul dari undang-undang, yaitu berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang diikat didalamnya.
(27)
B. Pengertian Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan dasar hukum dalam penyelenggaraan pengadaan barang/jasa pemerintah yang berlaku secara efektif sejak diundangkan pada tanggal 3 Nopember 2012 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 120. Sebelumnya mendasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 1999, serta Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah menurut undang-undang nomor 70 tahun 2012 adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh Kementrian/ Lembaga/
(28)
Satuan Kerja Perangkat Daerah/ Instansi sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
Kontrak pengadaan barang dan jasa pemerinah dikatakan sesuai dengan undang-undang Nomor 70 Tahun 2012 apabila telah memenuhi seluruh proses pengadaan barang/jasa pemerintah, harus memenuhi prosedur yang diatur dalam undang-undang tersebut serta memenuhi syarat terjadinya kontrak. Dalam pelaksanaannya Kontrak pengadaan barang/jasa perlu dilakukan pengawasan atau audit pengadaan barang/jasa (APBJ) agar tidak terjadi penyimpangan dalam pembuatan kontrak maupun pelaksanaan kontrak. Ruang lingkup APBJ adalah seluruh kegiatan pengadaan barang/jasa sesuai dengan pasal 2 Perpres No.70 Tahun 2012 yaitu pengadaan yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD; yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri (PHLN); dan pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan BI/BHMN/BUMN/ BUMD yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.
Beberapa permasalahan yang umumnya terjadi terkait Kontrak pengadaan barang/jasa, antara lain keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan pembayaran yang tidak sesuai dengan prestasi pekerjaan.
Keterlambatan penyelesaian pekerjaan harus disikapi secara arif oleh masing-masing pihak yang terikat dalam Kontrak. Menjadi tidak adil ketika Penyedia/Kontraktor harus selalu disalahkan akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Keterlambatan tidak perlu terjadi jika PPK benar-benar melaksanakan
(29)
tugasnya sebagai pelaksana dan pengendali Kontrak . PPK dan semua tim pendukungnya (terutama Konsultan Pengawas Konstruksi) seharusnya mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan sejak awal. Jika hal ini benar-benar dilakukan, indikasi keterlambatan dapat diketahui dan ditangani lebih cepat. Dalam praktiknya, seringkali justeru PPK-lah yang lalai dalam melakukan tugas pengendalian Kontrak. Pada akhirnya, Penyedia harus menanggung denda keterlambatan, tindakan pemutusan Kontrak secara sepihak, bahkan pengenaan sanksi pencantuman dalam daftar hitam (blacklist).
Permasalahan berikutnya adalah pembayaran yang tidak sesuai dengan prestasi pekerjaan. Tindakan tersebut seringkali dilakukan pada saat mendekati akhir tahun anggaran. Alasan klasiknya tidak lain adalah untuk “menyelamatkan”
anggaran, sehingga walaupun pekerjaan belum selesai atau bahkan belum dilaksanakan sama sekali namun pembayarannya sudah seratus persen. Akibatnya, tidak sedikit yang harus berurusan dengan aparat berwenang karena diduga melakukan tindakan merugikan keuangan Negara.
C. Dasar Hukum Pengadaan Barang dan Jasa
Dasar hukum pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah sebagai berikut :11
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
11
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Bahan Ajar DTSS Pengadaan Barang dan Jasa, (Jakarta, 2007), hal 3
(30)
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 199 tentang Jasa Konstruksi
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN.
7. Undang-Undang Nomor Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.
10.Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
11.Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
12.Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
13.Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 Tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
14.Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kelima atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
(31)
15.Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2005 Tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
16.Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
D. Materi-materi dalam pengadaan barang dan jasa
Kontrak sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut :12
1. Para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama, jabatan, dan alamat;
2. pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan;
3. Hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian; 4. Nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran; 5. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci;
6. Tempat dan jangka waktu penyelesaian/penyerahan dengan disertai jadwal waktu penyelesaian/penyerahan yang pasti serta syarat-syarat penyerahannya;
7. Jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelaikan;
8. Ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajibannya;
12
Keppres No 70 tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
(32)
9. Ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak; 10.Ketentuan mengenai keadaan memaksa;
11.Ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan;
12.Ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja;
13.Ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan; 14.Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.
E. Siapa saja yang berhak melakukan Kontrak pengadaan barang dan Jasa Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Perpres 70/2012, penyedia Barang/Jasa adalah:
1. Badan usaha; atau
2. Orang perseorangan, yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa konsultansi/Jasa Lainnya.
Dalamhal melakukan suatu perbuatan hukum (dalam hal ini mengikuti tender pengadaan barang/jasa Pemerintah), suatu badan usaha diwakili oleh orang yang berwenang mewakili badan usaha tersebut. Pada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (“PT”) (baik terbuka maupun tertutup) dan pada
Commanditaire Vennootschap (“CV”), perusahaan diwakili oleh Direksi atau kuasa Direksi.
Terkait dengan tender pengadaan barang/jasa Pemerintah, disebutkan dalam Pasal 86 ayat (5) dan ayat (6) Perpres 70/2012:
(5) Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas nama Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam
(33)
Akta Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(6) Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, sepanjang mendapat kuasa/ pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
Jadi, dalam hal suatu perusahaan mengikuti tender pengadaan barang/jasa Pemerintah dan memenangkannya, baik Kuasa Direksi PT ataupun Kuasa Direksi CV dapat mewakili perusahaannya menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
F. Syarat terjadinya kontrak pengadaan barang dan jasa
Dalam Burgerlijk Wetboek (BW) yang kemudian diterjemahkan oleh Prof. R. Subekti, SH dan R. Tjitrosudibio menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa mengenai hukum perjanjian diatur dalam Buku III tentang Perikatan, dimana hal tersebut mengatur dan memuat tentang hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak-pihak tertentu. Sedangkan menurut teori ilmu hukum, hukum perjanjian digolongkan kedalam Hukum tentang Diri Seseorang dan Hukum Kekayaan karena hal ini merupakan perpaduan antara kecakapan seseorang untuk bertindak serta berhubungan dengan hal-hal yang diatur dalam suatu perjanjian yang dapat berupa sesuatu yang dinilai dengan uang. Keberadaan suatu perjanjian atau yang
(34)
saat ini lazim dikenal sebagai kontrak, tidak terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat mengenai sahnya suatu perjanjian/kontrak seperti yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata, antara lain sebagai berikut:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Berikut penjelasannya, yaitu:
1. Berdasarkan kesepakatan para pihak
Kesepakatan merupakan faktor esensial yang menjiwai perjanjian, kesepakatan biasanya diekspresikan dengan kata “setuju” disertai pembubuhan tanda tangan sebagai bukti persetujuan atas segala hal yang tercantum dalam perjanjian. Dalam perjanjian suatu kesepakatan dinyatakan tidak sah, apabila kesepakatan yang dicapai tersebut terjadi karena kekhilafan atau dibuat dengan suatu tindakan pemaksaan atau penipuan.
2. Pihak-pihak dalam perjanjian harus cakap untuk membuat perjanjian
Setiap orang dan badan hukum (legal entity) adalah subjek hukum, namun KUHPerdata membatasi subjek hukum yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian. Untuk itu kita perlu mengetahui siapa saja yang menurut hukum tidak cakap atau tidak mempunyai kedudukan hukum untuk membuat perjanjian. Berikut adalah pihak-pihak yang tidak cakap secara hukum untuk membuat perjanjian:
(35)
2. Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, misalnya: anak-anak, orang yang pikirannya kurang sehat atau mengalami gangguan mental. 3. Semua pihak yang menurut undang-undang yang berlaku tidak cakap atau
dibatasi kecakapannya untuk membuat perjanjian, misalnya; istri dalam melakukan perjanjian untuk transaksi-transaksi tertentu harus mendapatkan persetujuan suami.
3. Perjanjian menyepakati suatu hal
Hukum mewajibkan setiap perjanjian harus mengenai sesuatu hal sebagai objek dari perjanjian, misalnya tanah sebagai objek perjanjian jual beli.
4. Dibuat berdasarkan suatu sebab yang halal
Perjanjian menuntut adanya itikad baik dari para pihak dalam perjanjian, oleh karena itu perjanjian yang disebabkan oleh sesuatu yang tidak halal, misalnya karena paksaaan atau tipu muslihat tidak memenuhi syarat sebagai suatu perjanjian. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.
Syarat-syarat kontrak dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah merupkan ketentuan yang umum harus ada pada kontrak pekerjaan dengan tujuan untuk memberikan pengertian, pedoman dan batasan-batasan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam pelaksanaan kontrak. Syarat-syarat umum dalam suatu kontrak biasanya berisikan tentang peristilahan yang digunakan; hak, kewajiban dan tanggung jawab, sanksi-sanksi penyelesaian perselisihan dan peraturan
(36)
perundang-undangan yang berlaku. Selain syarat umum tersebut juga ditetapkan syarat khusus kontrak pengadaan barang dan jasa.
Syarat khusus kontrak merupakan atau tambahan data-data dari syarat umum kontrak yang disebabkan oleh karena keadaan atau ada hal-hal yang perlu disesuaikan. Syarat khusus berisikan hal-hal berikut :
1. Nama pengguna jasa pemborong/barang/jasa lainnya dan direksi pekerjaan 2. Nomor kontrak
3. Besarnya pekerjaan utama 4. Daftar tenaga kerja utama
5. Laporan penyelidikan dan kondisi lapangan (apabila ada) 6. Hal-hal yang berkaitan dengan asuransi (apabila ada) 7. Rencana penyelesaian pekerjaan
8. Waktu pemeliharaan (apabila ada) 9. Penyelesaian harga (ekalasi) 10.Index mata uang rupiah 11.Denda
12.Bonus 13.Uang muka
14.Bentuk standar jaminan pelaksanaan 15.Manual pemeliharaan (apabila ada)
(37)
BAB III
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN
A. Latar belakang didirikan dan dasar hukumnya
Rencana pembangunan Balai Besar Latihan Kera Industri Medan (BBLKI) sudah dirintis sejak tahun 1959. Namun mulai tahun 19/1, atas Bantuan Pemerintah Daerah Tingkat Provinsi Sumatera Utara. BBLKI Medan mendirikan pada tahun 1974 dengan nama Pusat Latihan Kerja Industri (PLKI) Medan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transigrasi dan Koperasi Nomor 147 Tahun 1974, kemudian beberapa kali mengalami perubahan nama dan akhir pada tahun 2006 menjadi Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan.
Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan beralamat di Jl. Gatot Subroto KM 7,8 Medan Sumatera Utara, terletak di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, merupakan wilayah strategis yang dekat dengan Perumahan, Pertokoan, Perkantoran dan Pelayanan jasa/produksi di kota Medan.13
BBLKI Medan merupakan UPT Pusat dibidang pengembangan dan perluasan kerja yang berkedudukan di Provinsi Sumatera Utara dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Ditjen Binalattas) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
Bangunan megah BBLKI ini dibangunan pada tahun 1971, di atas tanah sekitar +15 Ha, dan saat itu dikenal sebagai Pusat Pelatihan Kerja – Kejuruan Industri (PLKI) dibawah koordinasi Kanwil Naker Provinsi Sumatera Utara sesuai
13
(38)
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Kep. 1476/M/1974 tanggal 26 September 1974. Tahun 1997, perubahan tata kerja dari PLKI menjadi Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) dengan Keputusan Kep.Menakertrans Kep.88/MNE/1997 20 Mei 1997.
Dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan lagi berdasarkan Surat Keputusan No. 06/MEN/III/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis lingkungan Depnakertrans sebagai unit eselon II b Balai Latihan Kerja Industri Medan Ditjen Binalattas Depnakertrans. Selanjutnya ada perubahan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER.16/MEN/VII/2007 tanggal 19 Juli 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga dan Transmigrasi No. PER.06/MEN/III/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana. BBLKI Medan ini mempunyai tugas melaksanakan pelatihan, peningkatan produktivitas, uji kompetensi, sertifikasi, konsultasi, kerjasama dan pemberdayaan lembaga pelatihan.
Gagasan pendirian BBLKI Medan sudah dirintis sejak tahun 1959 dan baru diwujudkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara dengan peletakan batu pertama pembangunan pada tahun 1971, di atas tanah sekitar +15 Ha, wilayah Kampoeng Lalang Kecamatan Medan Sunggal, Kodya Medan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan menjawab kebutuhan masyarakat yang lebih luas, BBLKI Medan berkembang dengan perubahan scope kerja, antara lain yaitu:
(39)
1. Tahun 1974-1997, sebagai Pusat Pelatihan/Kejuruan Industri (PLKI) dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Kep. 1476/M/1974 tanggal 26 September 1974, dibawah koordinasi Kanwil Nakertrans provinsi Sumatera Utara.
2. Tahun 1997-2001, sebagai Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep.88/MNE/1997 tanggal 20 Mei 1997, BLK Medan berubah nama menjadi Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Medan, melekat pada tugas dan fungsi Ditjen Binapendagri Depnakertrans.
3. Tahun 2001-2005, menjadi Unit Pelaksana Teknis Pusat di lingkungan kerja Ditjen Binapendagri, unit eselon III, berdasarkan Kepmenakertrans No. 137/MEN/2001 tanggal 25 Juli 2001 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis di lingkungan Depnakertrans.
4. Tahun 2006, BLKI Medan menjadi Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP), unit eselon II b di lingkungan kerja Binapendagri Depnakertrans, yang disebut Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan, berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga dan Transmigrasi No. PER.06/MEN/III/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang organisasi dan tata kerja di lingkungan Depnakertrans.
Perubahan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 16/MEN/VII/2007 tanggal 19 juli 2007 tentang perubahan atas Peraturan No. PER.06/MEN/III/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Depnakertrans. Selanjutnya ditetapkan Peraturan MenteriTenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 07/MEN/IV/2011
(40)
tanggal 29 april 2011 tentang organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis (UPTP) dilingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi . Peraturan ini menggantikan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER. 12/MEN/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
B. Tujuan pokok dan visi-misinya Tujuan Pokok
Melaksanakan program pelatihan tenaga kerja, uji coba program pelatihan, uji kompetensi sertifikasi, konsultasi dan kerjasama serta pemberdayaan lembaga pelatihan dibidang industri.
Fungsi
1. Menyusun rencana, program dan anggaran dan pelaporan.
2. Melaksanakan pelatihan tenaga kerja, uji coba program pelatihan dan uji kompetensi kerja.
Melaksanakan evaluasi program pelatihan kerja, uji kompetensi, kerjasama kelembagaan dan melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga Visi dan Misi
Visi
Menyiapkan dan melatih Tenaga Kerja Indonesia agar memiliki kompetensi dan berdayasaing di pasar kerja global.
Misi
(41)
2. Mengembangkan SDM (Instruktur dan Tenaga Pelatihan( masyarakat bagi angkatan kerja dan masyarakat Indonesia.
3. Memelihara, meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana pelatihan
4. Membangun dan mengembangkan jejaring kerja dengan berbagai
stakeholder. Motto
”Cerdas Dalam Produktifitas”.
C. Manfaat didirikannya BBLKI Manfaat bagi Pencari Kerja:
1. Tersedianya informasi yang aktual dan terkini tentang kegiatan pelatihan, sertifikasi dan lowongan/kesempatan kerja yang mudah untuk diakses; 2. Mendapatkan pekerjaan lebih mudah, cepat dan murah.
Manfaat bagi Perusahaan:
1. Mendapatkan tenaga kerja yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dengan mudah dan cepat dan dengan biaya lebih murah;
2. Tersedianya informamsi tentang pelatihan, sertifikasi dan lowongan kerja yang dapat digunakan oleh peprusahaan sebagai sumber bahan penyediaan dan pengembangan SDM perusahaan.
Manfaat bagi Pemerintah (Pengambil Kebijakan di Bidang Ketenagakerjaan): 1. BBLKI dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi
(42)
serta perluasan kesempatan kerja dalam rangka penanggulangan pengangguran;
2. Mempermudah melakukan pemetaan kebutuhan (demand) dan persediaan (supply) tenaga kerja.
A. Struktur organisasi
Susunan organisasi yang terdapat di BBLKI Medan dipimpin oleh Kepala Balai Besar (pejabat setingkat eselon II B). Memiliki 3 bidang kerja yang dikepalai oleh para pejabat setingkat eselon III B, mencakup Kabag Tata Usaha, Bidang Program dan Evaluasi dan Bidang Penyelenggaraan dan Kerjasama. Masing-masing bidang yang terdapat di BBLKI Medan didukung oleh para pejabat eselon IV sebanyak 6 Sub Bagian/Seksi Bidang, yaitu :14
1. Bagian Tata Usaha: Sub Bagian Umum dan Rumah tangga, Sub Bagian Kepegawaian dan Keuangan;
2. Bidang Program dan Evaluasi terdiri atas Seksi Program dan Seksi Evaluasi Pelaporan.
3. Bidang Penyelenggaraan dan kerjasama terdiri atas Seksi Penyelengaraan dan Seksi Kerjasama Antar Lembaga.
4. Kelompok Instruktur Struktur Organisasi
1. Kepala Balai Besar Latihan Kerja Industri, Nurmia Sinaga, MA 2. Bagian Tata Usaha, Drs. Usman Hasibuan, M.Si
14
(43)
3. Bidang Program dan Evaluasi, Ir. Nana Mulyana 4. Bidang Penyelenggaraan dan Kerjasama, Hasaya, S.Pd 5. Sub Bagian Kepegawaian dan Keuangan, Anwar Wahid
6. Sub Bagian Umum dan Rumah Tangga, Huminsa Tambunan, ST 7. Seksi Program, Drs. Boyke Simanjuntak
8. Seksi Kerjasama Antar Lembaga, Tohap Simangunsong, Spd 9. Seksi Penyelenggara, Edi Hernanto, SPd
10.Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional, Pardamean Pardede 11.Ketua Sektor Otomotif, Effendi Siregar, ST
12.Ketua Sektor Teknologi Mekanik, Meryandri, ST 13.Ketua Sektor Tata Niaga, Aja Rukayah
14.Ketua Sektor Listrik, Johni Sihombing, ST 15.Ketua Sektor Konstruksi, Mangapul Siburian 16.Ketua Sektor Agro Industri, Labora Pasaribu, SP
17.Ketua Sektor Industri Kreatifitas, Sion Haro Rajagukguk 18.Ketua Sektor Teknologi dan Informasi, Wawan Haryanto, ST Sumber Daya Manusia
Dengan tugas dan fungsi yang berskala nasional, BBLKI Medan memiliki tenaga-tenaga profesional pengelolaan manajemen, Tenaga ahli pelatihan dan instruktur dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman dari dalam dan luar negei, serta memperoleh sertifikasi yang layak untuk melakukan pelatihan berbasis kompetensi dan pelatihan-pelatihan berbasis pengguna yang disebut customized program serta pelayanan konseling pelatihan dan uji kompetensi
(44)
berbagai kejurun, antar lain: Logam mesin, automotive, las dan listtrik. BBLKI Medan senantiasa berupaya melakukan pelayanan prima sesuai dengan trend pasar, kegiatan prioritas adalah pengembangan tenaga kerja terapill level ahli dan teknisi yang sudah dirintis selama ini dengan berbagai lembaga profesional dalam dan luar negeri seperti GTZ Jerman, Belanda, JICA, KOICA, ILO dan Bank Dunia.
Pengelola BBLKI Medan
Pengelola BBLKI Medan terdiri dari Pimpinan, Struktural dan koordinator kelompok instruktur dan tim tempat uji kompetensi (TUK).
Personil
Jumlah personil BBLKI Medan ada 110 orang. Dikelompokkan menurut jabatan dan tingkat pendidikannya. Pada jabatan fungsional atau instruktur telah memiliki keahlian dan sertifikasi uji kompetensi dan penataran bagi tenaga pelatihan dan instruktur di UPTD wilayah Sumatera.
Jabatan
1. Struktural : 10 orang
2. Non Struktural : 26 orang 3. Fungsional : 74 orang
Tingkat Pendidikan
1. Pasca Sarjana (S2) : 3 orang 2. Sarjana (S1) : 67 orang 3. D2/D3: 6 orang
(45)
5. SLTP: 4 orang 6. SD: 5 orang Sarana dan Prasarana
Pelayanan teknis BLKI Medan memiliki sarana dan prasarana secara komprehensif diatas lhan seluas 7,9 Ha, dengan fasilitas workshop untuk delapan kejuruan, ruang teori, perkantoran, mesin-mesin dan laboratorium serta Tempat Uji Kompetensi (TUK) dan lain sebagainya.
(46)
BAB IV
ANALISIS TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNIT BALAI BESAR
LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) MEDAN
A. Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan telah memenuhi Perpres No. 70 Tahun 2012
Jenis kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi unit Balai Besar Latihan Kerja Inustri Medan dapat digolongkan dalam beberapa jenis sesuai dengan peraturan presiden R.I nomor 70 tahun 2012 pada pasal 50 yang menggolongkan jenis kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan:
a. Cara pembayaran;
b. Pembebanan tahun anggaran; c. Sumber pendanaan; dan d. Jenis pekerjaan
Berdasarkan cara pembayaran, kontrak dikelompokkan dalam 5 (lima) jenis kontrak yaitu:
1) Kontrak Lump sum;
Kontrak Lump sum diuraikan dalam pasal 51 ayat (1) Perpres 70 yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
(47)
b. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi kontrak;
d. Sifat pekerjaan berorientasi pada keluaran (output based); e. Total harga penawaran bersifat mengikat;
f. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang 2) Kontrak Harga Satuan;
Kontrak harga satuan diuraikan dalam pasal 51 ayat (2) Perpres 70 yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu;
b. Volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat kontrak ditandatangani;
c. Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa; dan
d. Dimungkingkan adanya pekerjaan tambah kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan
(48)
Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan diuraikan dalam pasal 51 ayat (3) Perpres 70 yaitu kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.
4) Kontrak Persentase
Kontrak persentase diuraikan dalam pasal 51 ayat (4) Perpres 70 yaitu merupakan kontrak pengadaan konsultansi/jasa lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyedia jasa konsultansi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan
b. Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak
5) Kontrak Terima Jadi (turnkey contract)
Kontrak terima jadi diuraikan dalam pasal 51 ayat (5) Perpres 70 merupakan kontrak pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan; dan
b. Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang ditetapkan.
Berdasarkan pembebanan tahun anggaran, kontrak digolongkan dalam 2 (dua) jenis kontrak yaitu:
(49)
2) Kontrak tahun tunggal
Kontrak tahun tunggal diuraikan dalam pasal 52 ayat (1) Perpres 70 yaitu merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama 1 (satu) tahun anggaran.
3) Kontrak tahun jamak
Kontrak tahun jamak diuraikan dalam pasal 52 ayat (2) Perpres 70 merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran, yang dilakukan setelah mendapat persetujuan:
a. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya di atas Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);
b. Menteri/Pimpinan lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai kontraknya sampai dengan Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) bagi kegiatan: penanaman bibit dan pengadaan obat di rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah, dan pengadaan jasa cleaning service. Khusus untuk kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah menurut pasal 52 ayat (3) harus disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan sumber pendanaan, kontrak digolongkan dalam 3 (tiga) jenis kontrak yaitu:
(50)
Kontrak pengadaan tunggal diuraikan dalam pasal 53 ayat (1) Perpres 70 yaitu merupakan kontrak yang dibuat oleh 1 (satu) PPK dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
2) Kontrak pengadaan bersama
Kontrak pengadaan bersama diuraikan dalam pasal 53 ayat (2) Perpres 70 yaitu merupakan kontrak antara beberapa PPK dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK yang menandatangani kontrak. 3) Kontrak payung (Framework contract)
Kontrak payung (Framework contract) diuraikan dalam pasal 53 ayat (3) Perpres 70 merupakan kontrak harga satuan antara pemerintah dengan penyedia barang/jasa yang dapat dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah/Institusi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diadakan untuk menjamin harga barang/jasa yang lebih efisien, ketersediaan barang/jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat kontrak ditandatangani; dan
b. Pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/satuan kerja yang didasarkan pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa secara nyata.
(51)
Berdasarkan jenis pekerjaan, kontrak digolongkan dalam 2 (dua) jenis kontrak yaitu:
1. kontrak pengadaan pekerjaan tunggal
Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal diuraikan dalam pasal 54 ayat (1) Perpres 70 yaitu kontrak pengadaan barang/jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan
2. kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi
Kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi diuraikan dalam pasal 54 ayat (2) Perpres 70 merupakan kontrak pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan
Pihak PPK diharuskan untuk memilih jenis kontrak yang tepat untuk digunakan. Jenis kontrak yang akan digunakan harus sesuai dengan kegiatan pengadaan barang/jasa yang akan dilaksanakan. Jenis kontrak tersebut harus dicantumkan oleh Pokja ULP dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan harus dijelaskan kepada peserta lelang dalam acara penjelasan dokumen lelang (aanwijzing) serta dijadikan salah satu acuan dalam menetapkan pemenang lelang. Proses pemilihan penyedia barang/jasa Pokja ULP dan peserta lelang harus memiliki persepsi yang sama terhadap jenis kontrak yang digunakan karena perbedaan jenis kontrak akan mempengaruhi proses evaluasi dokumen penawaran.
PPK harus memilih jenis kontrak yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Dilihat dari pembebanan tahun anggaran, sumber pendanaan, dan jenis pekerjaan,
(52)
pada umumnya kontrak yang dipilih adalah kontrak tahun tunggal, kontrak pengadaan tunggal, dan kontrak pekerjaan tunggal. Konsekuensi dari perbedaan jenis kontrak berdasarkan pembebanan tahun anggaran, sumber pendanaan, dan jenis pekerjaan tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap jalannya proses lelang. Karena semua jenis kontrak tersebut dapat digunakan untuk hampir setiap jenis pekerjaan. Pengaruh dari pemilihan jenis kontrak lainnya yaitu kontrak tahun jamak, kontrak pekerjaan bersama, kontrak payung, dan kontrak pekerjaan terintegrasi akan terjadi pada tahapan setelah proses lelang sebagai berikut:
Kontrak tahun jamak mengharuskan penandatangan kontrak dilakukan setelah mendapat persetujuan dari:
a. Menteri/Pimpinan Lembaga untuk kontrak yang bernilai sampai dengan Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah)
b. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya di atas Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) yang tidak termasuk dalam kriteria kegiatan tersebut pada huruf a di atas.
c. Kepala daerah untuk kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah.
Kontrak pekerjaan bersama ditandatangani oleh lebih dari satu PPK dan satu penyedia barang/jasa. Kontrak payung dilakukan antara pihak yang mewakili pemerintah dengan penyedia barang/jasa untuk digunakan sebagai acuan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Insitusi dalam melaksanakan barang/ jasa. Kontrak payung menetapkan item barang serta harga setiap item barang namun tidak membebankan pelaksanaan kontrak kepada salah satu DIPA atau
(53)
instansi tertentu. Karena itu kontrak payung dapat dimanfaatkan oleh semua Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah/Insitusi.
Penyesuaian jenis pekerjaan dengan jenis kontrak perlu dilakukan terhadap jenis kontrak yang dibedakan berdasarkan cara pembayaran (kontrak lump sum, kontrak harga satuan, kontrak gabungan, kontrak persentase, dan kontrak terima jadi).
Pada umumnya setiap surat penawaran peserta lelang disertai dengan lampiran berupa daftar kuantitas dan harga yang memuat semua item barang, jumlah unit setiap item barang, harga satuan masing unit barang, jumlah harga setiap item barang, serta total harga seluruh item barang, untuk mengetahui kebenaran dari penawaran lelang tersebut pihak Pokja ULP pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi unit Balai BesarLatihan Kerja Industri Medan harus melakukan koreksi aritmatika. Koreksi aritmatik adalah koreksi terhadap hitungan-hitungan seperti perkalian, pembagian, dan penjumlahan yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Pelaksanaan koreksi aritmatik memiliki keterkaitan dengan jenis kontrak karena perbedaan jenis kontrak menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap hasil koreksi aritmatik sebagai berikut:
1. Jika terdapat perbedaan harga penawaran yang tertulis dengan angka dengan nilai penawaran yang tertulis dengan huruf, maka perlakuannya adalah:
• Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum maka yang berlaku adalah nilai yang tertulis dengan huruf. Nilai penawaran tersebut diberlakukan sebagai dasar penentuan urutan pemenang.
(54)
Hasil koreksi aritmatik tidak dapat merubah nilai penawaran, meskipun ternyata terdapat kesalahan hitungan aritmatik dalam daftar kuantitas dan harga yang jika dikoreksi menyebabkan perubahan nilai total yang terdapat dalam daftar kuantitas dan harga tersebut.
• Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan maka yang berlaku adalah hasil koreksi aritmatik. Hasil koreksi aritmatik dapat menyebabkan perubahan urutan peserta berdasarkan harga penawaran.
2. Jika terdapat harga satuan barang yang lebih dari 110% harga satuan dalam HPS, maka perlakuannya adalah:
• Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum hal tersebut tidak perlu diklarifikasi.
• Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan, harga satuan yang lebih dari 110% HPS tersebut disebut harga timpang. Jika peserta dengan penawaran tersebut akhirnya ditunjuk sebagai pemenang lelang terhadap harga timpang tersebut harus dilakukan klarifikasi. Kontrak antara PPK dengan Penyedia untuk item barang yang harganya timpang tersebut hanya sebanyak unit yang tercantum dalam HPS. Dalam hal terjadi perubahan kontrak dengan penambahan unit barang maka untuk tambahan barang yang harganya timpang tersebut harganya harus menggunakan harga satuan dalam HPS.
(55)
3. Jika jumlah unit barang yang ditawarkan dalam daftar kuantitas dan harga berbeda dengan jumlah unit barang yang diinginkan/dicantumkan dalam dokumen pemilihan maka perlakuannya adalah:
• Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum maka dalam koreksi aritmatik Pokja ULP hanya memperbaiki jumlah unit barang tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen lelang tanpa merubah jumlah harga barang yang merupakan hasil perkalian antara jumlah unit barang dengan harga satuan barang. Total harga penawaran dalam daftar kuantitas dan harga tidak perlu dikoreksi.
• Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan maka apabila jumlah barang yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga melebihi yang diinginkan/tercantum dalam dokumen lelang, maka jumlah barang tersebut diganti sesuai dengan yang diinginkan dan jumlah harga barang tersebut dikoreksi berdasarkan jumlah unit barang dikali dengan harga satuan yang ditawarkan oleh penyedia dalam daftar kuantitas dan harga. Hasil koreksi aritmatik tersebut dapat merubah urutan peserta berdasarkan harga penawaran.15
Apabila pada saat dilakukan koreksi aritmatika oleh Pokja ULP terdapat perbedaan terhadap harga penawaran pelelangan barang/jasa dengan harga yang dianggarkan pada kontrak pemborongan pekerjaan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan maka dapat dilakukan perubahan kontrak. Hal ini didukung dengan adanya ketentuan tentang
15
(56)
perubahan kontrak diatur dalam pasal 87 Perpres nomor 70 tahun 2012. Keterkaitan antara perbedaan jenis kontrak dengan ketentuan tentang perubahan kontrak adalah :
a. untuk kontrak harga satuan dapat dilakukan perubahan.
b. untuk kontrak gabungan lump sum dan harga satuan dapat dilakukan perubahan, pada bagian kontrak yang menggunakan harga satuan, sedangkan bagian kontrak yang menggunakan kontrak lump sum tidak boleh dilakukan perubahan.
c. untuk lump sum tidak boleh dilakukan perubahan, kecuali perubahan yang disebabkan oleh masalah administrasi.
Hal-hal yang dapat dijadikan alasan perubahan kontrak adalah perbedaan kondisi lapangan pada saat pelaksanaan kontrak dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak. Sedangkan bentuk perubahan kontrak sebagaimana diatur dalam pasal 87 ayat (1) meliputi:
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak; b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; d. Mengubah jadwal pelaksanaan.
Ditinjau dari jenis kontrak berdasarkan cara pembayarannya, kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan yang penulis lampirkan pada skripsi ini yaitu kontrak pengadaan alat tulis kantor senilai Rp, 144.000.000,- (seratus empat puluh empat juta rupiah) digolongkan ke dalam jenis kontrak harga satuan, karena pada
(57)
saat kontrak ditandatangani oleh para pihak kuantitas dan harga barang masih merupakan perkiraan berdasarkan harga yang sering terjadi dipasaran, sehingga pembayaran dilakukan setelah pengukuran bersama hasil pekerjaan.
Ditinjau dari jenis Kontrak berdasarkan pembebanan tahun anggaran berdasarkan pasal 52 peraturan presiden nomor 70 tahun 2012 kontrak pengadaan barang dan jasa di dinas tenaga kerja dan transmigrasi BBLKI Medan dalam hal ini tergolong dalam kontrak tahun tunggal yang merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) tahun anggaran, dalam kontrak ini tahun anggarannya adalah tahun anggaran 2012.
Ditinjau dari jenis kontrak berdasarkan sumber pendanaannya menurut pasal 53 peraturan presiden nomor 70 tahun 2012 kontrak ini tergolong dalam Kontrak Pengadaan Tunggal merupakan Kontrak yang dibuat oleh 1 (satu) PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu, dalam kontrak ini yang menjadi PPK adalah Dinas tenaga kerja dan transmigrasi BBLKI Medan, dan yang menjadi pihak penyedia adalah CV.Mentari Persada.
Ditinjau dari jenis kontrak berdasarkan jenis pekerjaannya berdasarkan pasal 54 peraturan presiden nomor 70 tahun 2012 kontrak ini tergolong dalam kontrak pengadaan pekerjaan tunggal karna dalam hal ini kontrak pengadaan barang/jasa hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan, dan jenis pekerjaannya bukan tergolong dalam pekerjaan kontruksi.
Proses pengadaan barang dan jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi unit Balai Besar Latihan Kerja Industri terdapat serangkaian kegiatan yang harus
(58)
dilakukan terlebih dahulu sebelum proyek-proyek direalisasikan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan fase yang mendahului terjadinya perjanjian atau fase prakontraktual.
Penyedia barang dan jasa yang akan mengikuti kegiatan pengadaan barang dan jasa harus memenuhi persyaratan, antara lain sebagai berikut :16
a. Memenuhi persyaratan perundang-undangan terkait untuk menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia;
b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan tehnis dan menajerial untuk menyediakan barang dan jasa;
c. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak palit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang menjalani sanksi pidana;
d. Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak;
e. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi perpajakan tahun terakhir dibuktikan dengan melampirkan fotocopy bukti tanda terima penyampaian surat pajak tahun (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotocopy surat seteron pajak (SSP) PPh
f. Memiliki/mampu menyediakan sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan;
g. Tidak termasuk dalam daftar hitam di lingkungan perusahaan/PT PLN (Persero), yaitu daftar yang berisi nama perusahaan/perorangan yang
16
(59)
sedang menerima sanksi karena melakukan pelanggaran peraturan dan ketentuan pengadaan barang dan jasa di lingkungan perusahaan;
h. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos;
i. Penyedia akan terlebih dahulu dinilai kualifikasinya melalui proses prakualifikasi/pascakualifikasi;
j. Tidak memiliki pertentangan kepentingan (conflict of interest);
k. Bagi penyedia yang berbentuk konsorsium/joint operation, maka kualifikasi yang dipersyaratkan boleh dipenuhi secara bersama oleh konsorsium/joint operation tersebut. Selanjutnya konsorsium/joint operation harus menetapkan pimpinan dari konsorsium/joint operation, yang dipilih atas dasar kesepakatan perusahaan yang tergabung dalam konsorsium/joint operation untuk bertindak sebagai wakil dalam berhubungan dengan pemberi kerja.
Pihak kontraktor-kontraktor yang telah memenuhi persyaratan tersebut di atas dapat mengikuti proses atau sistem selanjutnya pada pelaksanaan pengadaan jasa pemborongan.
Penelitian ini melampirkan kontrak pengadaan barang dan jasa dengan nominal senilai Rp. 144.000.000,- (seratus empat puluh empat juta rupiah). Pengadaan barang dan jasa di bawah Rp.200.000.000 dapat dilakukan dengan cara pengadaan langsung, sehingga pihak penyedia barang atau jasa tidak perlu memenuhi syarat-syarat prakontraktual, hal ini didukung dengan adanya perpres nomor 70 tahun 2012.
(60)
Sistem pengadaan barang/jasa Pemerintah dengan cara pengadaan langsung dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara membeli barang atau membayar jasa secara langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui proses lelang atau seleksi. Pengadaan langsung pada hakikatnya merupakan jual beli biasa dimana antara penyedia yang memiliki barang/jasa untuk dijual dan Pejabat Pengadaan yang membutuhkan barang/jasa terdapat kesepakatan untuk melakukan transaksi jual-beli barang/jasa dengan harga yang tertentu
Sistem pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dengan cara pengadaan langsung dengan cara yang lebih sederharna sebagai berikut :
a. Untuk pengadaan barang/ jasa lainnya dengan nilai sampai dengan
Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dibolehkan dengan sistem Pelelangan Sederhana;
b. Untuk pekerjaan konstruksi dengan nilai sampai dengan Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dibolehkan dengan sistem Pemilihan Langsung.
c. Untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan nilai sampai dengan Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dibolehkan decara Pengadaan Langsung.
Pelaksanaan pengadaan dengan cara Lelang Sederhana dan Pemilihan Langsung dilaksanakan oleh Pokja ULP melalui proses lelang dengan cara pascakualifikasi. Dengan cara tersebut diharapkan pemenang lelang sudah dapat ditetapkan dalam waktu yang relatif singkat. Pelaksanaan pengadaan dengan cara Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan tanpa melalui proses lelang. Cara Pengadaan Langsung ini membolehkan Pejabat Pengadaan memilih
(61)
sendiri penyedia barang/jasa tanpa melakukan pengumuman dan dan tanpa proses persaingan di antara sesama penyedia barang/jasa. Bahkan untuk pengadaan barang dan pengadaan jasa lainnya Pejabat Pengadaan tidak diwajibkan melakukan penilaian terhadap penyedia barang/jasa. Dalam hal ini Pejabat Pengadaan cukup melihat barang/jasa yang akan dibelinya jika barang/jasa tersebut sesuai dengan kebutuhan maka Pejabat Pengadaan dibolehkan membeli barang/jasa tersebut, tanpa harus melihat apakah penyedianya memenuhi syarat sebagai penyedia barang/jasa pemerintah.
Kontrak Pengadaan barang dan jasa di dinas tenaga kerja dan transmigrasi BBLKI Medan telah sesuai dengan peraturan presiden nomor 70 tahun 2012, karena isinya telah memuat syarat-syarat umum kontrak dan syarat-syarat khusus kontrak. Syarat umum kontrak berisikan tentang peristilahan yang digunakan; hak, kewajiban dan tanggung jawab, penyelesaian perselisihan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Syarat khusus kontrak merupakan tambahan data-data dari syarat umum kontrak yang disebabkan oleh karena keadaan atau ada hal-hal yang perlu disesuaikan. Syarat khusus yang terdapat pada kontrak pengadaan barang dan jasa di dinas tenaga kerja dan transmigrasi BBLKI Medan berisikan hal-hal berikut :
1. Nama pengguna jasa pemborong/barang/jasa lainnya dan direksi pekerjaan 2. Nomor kontrak
3. Besarnya pekerjaan utama 4. Daftar tenaga kerja utama 5. Rencana penyelesaian pekerjaan
(62)
6. Penyelesaian harga (ekalasi) 7. Denda
8. Bonus 9. Uang muka
10.Bentuk standar jaminan pelaksanaan
11.Presentase untuk nilai pekerjaan yang belum selesai.
Kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan ditinjau dari aspek hukum perdata telah memenuhi syarat – syarat sahnya suatu perjanjian karena telah sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata, ditentukan bahwa:
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:17 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
R. Subekti mengemukakan pendapatnya mengenai teori saat terjadinya sepakat sebagai berikut :
Menurut ajaran yang lazim dianut sekarang, perjanjian harus dianggap dilahirkanpada saat di mana pihak yang melakukan penawaran (ojferte) menerima yang termaktub dalam surat tersebut, sebab detik itulah dapat dianggap sebagai detik lahirnya kesepakatan. Bahwasanya mungkin ia tidak membaca sarat itu, hal itu men.jadi tanggungjawabnya sendiri ia dianggap sepantasnya membaca surat-surat yang diterimanya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.18
Tulisan di atas menunjukkan bahwa R. Subekti menganut
ontvangstheori yaitu sepakat terjadi pada saat pihak yang menawarkan menerima surat penerimaan atau pada saat surat penerimaan sampai di alamat pihak yang menawarkan itu.
17
R Subekti dan R Tjitrosudibyo, KHUP Perdata Pradnya Paramitra Jakarta 1995 hal 339 18
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kontrak pengadaan barang dan jasa ini ditinjau dari aspek hukum perdata telah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian karena telah sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata, antara lain sebagai berikut :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu
d. Suatu sebab yang halal
Ditinjau dari segi format isi kontrak berdasarkan peraturan presiden nomor 70 tahun 2012, kontrak ini telah memenuhi syarat umum dan syarat khusus kontrak. Syarat umum kontrak yaitu berisikan tentang peristilahan yang digunakan; hak, kewajiban dan tanggung jawab, penyelesaian perselisihan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Syarat khusus yang terdapat pada kontrak pengadaan barang da jasa di dinas tenaga kerja dan transmigrasi BBLKI Medan berisikan hal-hal berikut :
1. Nama pengguna jasa pemborong/barang/jasa lainnya dan direksi pekerjaan 2. Nomor kontrak
3. Besarnya pekerjaan utama 4. Daftar tenaga kerja utama 5. Rencana penyelesaian pekerjaan 6. Penyelesaian harga (ekalasi)
(2)
7. Denda 8. Bonus 9. Uang muka
10.Bentuk standar jaminan pelaksanaan
11.Presentase untuk nilai pekerjaan yang belum selesai.
2. Pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan jasa dilaksanakan dengan cara PPK menerbitkan/membuat surat pesanan yang diberikan kepada pihak penyedia, pihak penyedia menyusun program mutu yang berisi tentang informasi pengadaan barang, organisasi kerja Penyedia, jadwal pelaksanaan pekerjaan, prosedur pelaksanaan pekerjaan, prosedur instruksi kerja dan pelaksana kerja. PPK bersama dengan Penyedia menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak. Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, PPK bersama-sama dengan Penyedia barang melakukan pemeriksaan kondisi lapangan, setelah dilakukan pemeriksaan bersama,PPK dapat melakukan inspeksi atas proses pabrikasi barang/peralatan khusus, pada tahap ini PKK dapat melakukan pembayaran uang muka. Setelah pekerjaan 100% (seratus perseratus), Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan. Tahap selanjutnya adalah pembayaran, Penyelesaian pembayaran hanya dapat dilaksanakan setelah barang dinyatakan diterima sesuai dengan berita acara serah terima barang dan bilamana dianggap perlu dilengkapi dengan berita acara hasil uji coba,
(3)
setelah penyedia menerima pembayaran maka selanjutnya penyedia membuat laporan hasil pekerjaan, dan kontrak tersebut berakhir.
3. Penyelesaian terhadap kontrak yang bermasalah di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan dapat dilakukan dengan cara penyelesaian sengketa secara litigasi ataupun nonlitigasi, apabila kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa secara musyawarah maka dapat di tempuh dengan cara nonlitigasi, namun apabila kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah maka cara yang ditempuh adalah melalui lembaga litigasi dan pihak yang melakukan wanprestasi akan dimasukkan kedalam daftar hitam rekanan.
B. Saran
1. Sebaiknya para pihak dalam membuat suatu kontrak berupaya untuk mematuhi isi dari kontrak tersebut untuk menjaga kepercayaan dan citra mereka dalam berusaha dan berhubungan dengan pihak lain, dan apabila salah satu pihak mengalami hambatan atau lalai dalam memenuhi isi dari kontrak maka bagi pihak yang lalai terlebih dahulu diberi surat peringatan untuk mengingatkan yang dimaksudkan untuk memberi tenggang waktu agar si lalai dapat memenuhi kewajibannya.
2. Meskipun di dalam kontrak yang dibuat oleh para pihak telah ditentukan cara penyelesaian sengketa, yaitu melalui pengadilan, sebaiknya dalam penyelesaian sengketa bisnis para pengusaha sebelumnya mengupayakan cara-cara musyawarah untuk mencari penyelesaian masalah sehingga para pihak tersebut dapat meningkatkan hubungan yang bernilai. Dengan tetap
(4)
mengedepankan norma, praktik, dan konsepsi rasa hormat sesama dan sikap sportif yang biasanya dianut oleh para pengusaha.
3. Bagi para pihak yang akan membuat atau mengadakan suatu perjanjian hendaklah terlebih dahulu memahami dan mengerti mengenai dasar-dasar suatu perjanjian, Umumnya hal ini ditujukan kepada pihak tertentu yang memiliki posisi tawar yang lemah karena azas keseimbangan merupakan hal yang sulit diaplikasikan di lapangan sehingga dapat terhindari hal-hal yang merugikan mereka sebagai pelaku perjanjian pengadaan barang/ jasa dan agar terlaksananya tujuan dari kontrak yang telah disepakati. Tidak hanya itu, sepatutnya institusi yang terkait dengan kasus pengadaan barang dan jasa pemerintah melakukan refleksi dan introspeksi untuk sistem yang lebih baik dan transparan. Jika tidak, maka lingkaran yang korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) yang telah mengakar dan membelenggu selama ini tidak akan terputus dan kredibilitas instansi terkait pun akan semakin buruk. Hal ini akan berimbas pada timbulnya ketidak percayaan masyarakat.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
A. BukuBadan Pendidikan dan Pelatihan Keungan, Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Bahan Ajar DTSS Pengadaan Barang dan Jasa, Jakarta, 2007.
Djumialdji, 1995. Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Jakarta.
_______. 1996. Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta.
Fuady, Munir. 2003. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Harahap, Yahya. 1992. Hukum Perjanjian Di Indonesia, Djambatan, Jakarta. Meliala, A. Qiram Syamsudin. 1985. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta.
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak. Jakarta : Mandar Maju. 2012 Roedjiono, Alternative Dispute Resolution (Pilihan Penyelasaian Sengketa),
Makalah disajikan pada Penataran Dosen Hukum Perdata, diselenggarakan oleh Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1996
Ronny Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990
R. Ridwan Syahrani, Seluk beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni Bandung, 2004
R Subekti, 1979. Hukum Perjanjian Cet. VI, Jakarta: Intermasa. ________, 1990. Hukum Perjanjian Cet. XII, Jakarta: Intermasa. ________, 1995. KHUP Perdata, Jakarta: Pradnya Paramitra. ________, 2003. Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta:Intermasa.
Salim H.S, 2004. Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyususnan Kontrak, Cet. II, Jakarta: Sinar Grafika.
________, Hukum Kontrak Teori & Teknik Pnyusunan Kontrak, Cet. Keenam, Jakarta: Sinar Grafika 2009.
(6)
B. Peraturan Perundang – Undangan Indonesia. Undang – Undang Dasar 1945
Indonesia, Undang – Undang Nomo 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
Indonesia, Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Indonesia, Undang – Undang Nomor 18 Tahun 199 tentang Jasa Konstruksi Indonesia, Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo Undang – Undang Nomor
33 Tahun 2003 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Indonesia, Undang – Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN.
Indonesia Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.
Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006 tentang Perubahan Kelima atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2006 tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
C. Website