Indikasi Pemeriksaan Patologi Plasenta

2.4. Indikasi Pemeriksaan Patologi Plasenta

Sebagian besar plasenta adalah normal, seperti juga pada bayinya. Namun begitu, pada seluruh pemeriksaan plasenta belumlah menjamin apakah kondisi plasenta dan bayi akan normal juga, walaupun hal tersebut sudah dianjurkan berulang ulang. Altshuler dan Hyde 1996 menemukan bahwa 92 dari plasenta yang diperiksa yang diminta oleh ahli obstetric maupun nenonatologis mempunyai hubungan dengan patologi. Acuan indikasi pemeriksaan plasenta di laboratorium patologi sangat bervariasi, tetapi pada prinsipnya ditujukan untuk menilai profil fetal, maternal dan plasenta. Tujuannya adalah untuk menilai penyakit yang terjadi pada fetus atau maternal, untuk mendapatkan prognosis nasib kehamilan, mengevaluasi pengaruh penyakit maternal pada kehamilan, dan untuk kepentingan medikolegal. Klinis plasenta harus dinilai pada ruang persalinan. 15 Pemeriksaan plasenta dilakukan sejak dari ruang persalinan secara makroskopis sampai pengambilan spesimen untuk selanjutnya diperiksa secara mikroskopis. Menurut Scott and Jordan bayi yang sehat dan kuat adalah pertanda fungsi plasenta yang baik. Scott and Jordan memperkenalkan sistem skoring untuk menentukan plasenta yang mengalami insufusiensi sebagai berikut : A. Skor ≤ 5 : Normal plasenta B. 5 – 10 : Insufisiensi ringan mildly insufficient C. 10 : Insufisiensi berat markedly insufficient Universitas Sumatera Utara Penilaian adalah ditemukannya paling sedikit 7 poin dari tanda tanda berikut : 1. Tali pusat 5 point : a. Obstruksi pada aliran sirkulasi true knot, band, excessive twisting b. Insersi yang abnormal Battledore, Vilamentous c. Permukaan yang kasar d. Tipis diameter kurang dari 1 cm, biasanya ditemukan pada tali pusat yang jumlah pembuluh darahnya kurang dari normal e. Single Umbilical Artery SUA 2. Membran 2 poin : a. Meconium staining b. Amnion nodosum atau excessive scarring 3. Berat : a. 10 persentil : 5 poin b. 20 persentil : 2 poin c. 30 persentil : 1 poin 4. Tampilan Umum 2 poin : a. Bentuk yang abnormal sirkummarginata, bipartite, dll b. Warna yang abnormal warna sianosis pada pemotongan lamelar 5. Lesi lesi minor 3 poin : a. Poin ½ diberikan pada setiap dijumpainya subchorionic , perifera l, interlobular fibrin , desidual fibrin bukan floor infarction , desidual kalsifikasi dan trombosis intervillous. Universitas Sumatera Utara 6. Lesi lesi Mayor 12 poin : a. Infark : i. 20 : 3 poin ii. 10-20 : 2 poin iii. 10 : 1 poin b. Vili iskemia nekrosis : 3 poin c. Perdarahan retroplasental kecil : 3 poin d. Daerah yang pucat : 3 poin 7. Penilaian secara histologis 18,19 Penilaian kemudian dilanjutkan kepada pemeriksaan secara mikroskopis dari spesimen yang diambil dari setiap daerah yang mewakili plasenta. Pada penelitian ini khususnya penilaian maturasi villi. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6. maturasi vili menurut Bernieschke et. al. Pada diagram diatas akan dilakukan koding untuk setiap tahap maturasi vili sebagai berikut : - 00 : villi immature pada hampir keseluruhan daerah lapangan pandang - 11 : villi matur pada hampir keseluruhan daerah lapangan pandang - 22 : villi terminal pada hampir keseluruhan daerah lapangan pandang - 33 : villi terminal dengan branching angiogenesis pada hampir keseluruhan daerah lapangan pandang - 44 : villi terminal dengan nonbranching angiogenesis pada hampir keseluruhan daerah lapangan pandang Digit pertama adalah untuk menjelaskan setiap tahapan vili yang dijumpai lebih dominan dan diikuti oleh digit kedua yang menandakan tahapan vili yang dijumpai selebihnya, misalnya kode 01 menunjukkan bahwa villi yang dijumpai adalah dominan villi imatur dan selebihnya dalah vili matur. Universitas Sumatera Utara

2.5. Kerangka Konsepsional