Tabel 2.1 Batasan Indeks Plastisitas menurut Atterberg PI
Sifat Macam tanah
Kohesi Non Plastis
Pasir Non kohesi
7 Plastisitas rendah
Lanau Kohesi sebagian
7 – 17 Plastisitas sedang
Lempung berlanau Kohesi
17 Plastisitas tinggi
Lempung Kohesi
sumbe r:Hardiyatmo,H.C.1992,Mekanika tanah 1, hal 34
II.2.3. Analisa saringan
Secara umum tanah butir halus dapat diklasifikasikan sebagai tanah kohesif, namun juga dapat didasarkan atas ukuran butiran tanah yang diperoleh
dari analisis saringan dan indeks plastisitasnya. Klasifikasi tanah berguna untuk mengelompokkan tanah-tanah sesuai
dengan prilaku umum dari tanah tertentu pada kondisi fisik. Tanah yang dikelompokkan dalam urutan berdasarkan atas suatu kondisi fisik tertentu akan
mempunyai urutan yang tidak sama sehingga dapat memberikan tuntutan yang sangat berguna dalam menentukan ukuran dan sifat fisik tanah.
Terdapat berbagai sistem klasifikasi yang dapat digunakan antara lain :
II.2.3.1. Klasifikasi tanah berdasarkan tekstur USCS
Sistem klasifikasi berdasrkan tekstur tanah yang dikembangkan oleh Departemen Teknik Sipil USCS, didasarkan pada ukuran batas dari butiran
tanah, yaitu : a.
Pasir : Butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,005 mm
Universitas Sumatera Utara
b. Lanau
: Butiran dengan diameter 0,005 sampai dengan 0,002 mm c.
Lempung : Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm
Gambar 2.3 Grafik Klasifikasi Tekstural USCS
II.2.3.2. Klasifikasi tanah sistem Unified
Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan laboratorium yang paling banyak dipakai secara meluas adalah sitem Unified Soil Classification. Ada dua
golongan besar, tanah-tanah yang berbutir kasar 50 melalui saringan No. 200 dan tanah-tanah berbutir halus 50 melalui saringan No. 200. Prosedur untuk
menentukan klasifikasi tanah sistem Unified adalah sebagai berikut Hardiyatmo, H.C 1955, hal 39
Universitas Sumatera Utara
1. Tentukan apakah tanah berupa butiran halus atau butiran kasar secara
visual atau dengan cara menyaringnya dengan saringan Nomor 200. 2.
Jika tanah berupa butiran kasar : a
Saring tanah tersebut dan gambarkan grafik distribusi butirannya. b
Tentukan persen butiran lolos saringan No. 4. Bila persentase butiran yang lolos kurang dari 50, klasifikasikan tanah tersebut sebagai
kerikil. Bila persen butiran yang lolos kurang dari 50, klasifikasikan sebagai pasir.
c Tentukan jumlah butiran yang lolos saringan no. 200. Jika persentase
butiran yang lolos kurang dari 5 pertimbangkan bentuk grafik distribusi butiran dengan menghitung C
u
dan C
c
. Jika termasuk bergradasi baik, maka klasifikasikan sebagai GW bila krikil atau SW
bila pasir. Jika termasuk bergradasi buruk, klasifikasikan sebagai GP bila krikil atau SP bila pasir.
d Jika persentase butiran tanah yang lolos saringan No. 200 lebih besar
12, harus diadakan pengujian batas-batas Atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah yang tinggal dalam saringan No. 40.
Kemudian, dengan menggunakan diagram plastisitas, tentukan klasikasinya GM, GC, SM, SC, GM – GC – atau SM – SC
3. Jika tanah berbutir halus :
a Kerjakan pengujian batas-batas Atterberg dengan menyingkirkan
butiran tanah yang tinggal dalam saringan no. 40. Jika batas cair lebih dari 50, klasikasikan sebagai H plastisitas tinggi dan jika kurang
dari 50, klasifikasikan sebagai L plastisitas rendah.
Universitas Sumatera Utara
b Untuk H plastisitas tinggi, jika plot batas-batas Atterberg pada grafik
plastisitas dibawah garis A, tentukan apakah tanah organic OH atau anorganik MH. Jika plotnya jatuh diatas garis A, klasifikasikan
sebagai CH. c
Untuk L plastisitas rendah, jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas dibawah garis A dan area yang diarsir, tentukan klasifikasi
tanah tersebut sebagai organic OL atau anorganik ML berdasarkan warna, bau, atau perubahan batas cair dan batas plastisnya dengan
mengeringkannya didalam oven. d
Jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas jatuh pada area yang diarsir, dekat dengan garis A atau nilai LL sekitar 50, gunakan
simbol dobel.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Klasifikasi Tanah Sistem Unified
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
II.2.3.3. Sistem klasifkasi AASHTO