Diskripsi Lokasi Penelitian

A. Diskripsi Lokasi Penelitian

Desa Jati termasuk dalam Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Luas Desa Jati adalah 420, 4760 Ha. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cepoko, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karang Tolun, sebelah barat berbatasan dengan Desa Hadiluwih, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Gading. Desa ini terbagi dalam 10 dusun/dukuh, 9 RW (rukun warga), dan 27 rukun tangga (RT). Desa Jati terletak agak jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten, yaitu

27 km ke arah barat. Sementara jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan yaitu 3,5 km kearah utara dan dari pusat pemerintahan ibu kota propinsi berjarak 100 km. Keadaan ini membuat suasana di Desa Jati relatif tenang, dan jauh dari kesibukan kota (Data monografi Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, tahun 2008).

Suasana pedesaan dengan lingkungan lahan pertanian masih mewarnai Desa Jati. Lahan pertanian di Desa ini berupa sawah tadah hujan dengan dibantu pengairan dari sumur yang dibuat di sekitar sawah dan tanah kering (ladang). Data monografi Desa Jati tahun 2008 menunjukkan bahwa luas lahan pertanian di Desa ini adalah 251, 32 Ha (59,76% dari keseluruhan luas Desa Jati) dan untuk tanah kering (pekarangan dan tegal/kebun) luasnya 169, 17 Ha (40,23% dari keseluruhan luas Desa Jati) . Padi merupakan hasil pertanian terbesar dimana rata-rata hasil panennya adalah 8 ton/Ha dengan dua kali panen dalam setiap tahun. Selain itu untuk hasil sayuran adalah 2 ton/Ha, dan hasil buah-buahan sekitar 1 ton/Ha.

Keadaan penduduk Desa Jati bersifat heterogen. Jumlah penduduk di Desa ini adalah 4.450 jiwa dengan perincian jumlah laki-laki 2.193 jiwa (49,28%) dan perempuan 2.257 jiwa (50,72%). Mayoritas penduduk bekerja disektor agraris, dengan jumlah 733 orang sebagai petani (16,48%), 1251 orang bekerja sebagai buruh Keadaan penduduk Desa Jati bersifat heterogen. Jumlah penduduk di Desa ini adalah 4.450 jiwa dengan perincian jumlah laki-laki 2.193 jiwa (49,28%) dan perempuan 2.257 jiwa (50,72%). Mayoritas penduduk bekerja disektor agraris, dengan jumlah 733 orang sebagai petani (16,48%), 1251 orang bekerja sebagai buruh

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Jati dapat dikatakan masih rendah. Data Statistik Kecamatan Sumberlawang, Sragen tahun 2007 menunjukkan, masyarakat Desa Jati yang tidak atau belum sekolah sekitar 7 orang warga (0,16%), belum tamat sekolah dasar (SD) berjumlah 538 warga (12,09%), tidak tamat SD berjumlah 542 warga (12,18%), warga lulusan SD berjumlah 1.793 warga (40,29%), warga lulusan SMTP (Sekolah Menegah Tingkat Pertama) yaitu berjumlah 593 warga (13,33%), warga lulusan SMTA (Sekolah Menengah Tingkat Atas) yaitu berjumlah 261 warga (5,87%), dan warga yang lulus akademi/perguruan tinggi berjumlah 63 warga (1,42%).

Berbagai organisasi kemasyarakatan tumbuh subur di Desa Jati. Diantaranya yaitu organisasi Majlis Taklim terdapat 6 kelompok organisasi dengan anggota keseluruhan berjumlah 155 orang, majelis Hindu 1 kelompok dengan jumlah anggota

38 orang, remaja Masjid 10 kelompok dengan anggota 125 orang, remaja Hindu 1 kelompok dengan jumlah anggota 17 orang, pramuka Gudep terdapat 4 gudep, karang taruna 10 dukuh dengan jumlah keseluruhan anggota 450 orang, organisasi kesenian dengan jumlah anggota 40 orang untuk kesenian karawitan dan 55 orang untuk kesenian rebana, kelompok PKK dengan jumlah anggota 450 orang, dasa wisma dengan jumlah 101 anggota, dan dharma tirta dengan jumlah anggota 20 orang (Data monografi Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Sragen tahun 2008).

Selain berbagai organisasi kemasyarakatan, seperti yang dikemukakan oleh para informan jika di Desa Jati berbagai tradisi kebudayaan Jawa juga masih lestari. Masyarakat Desa Jati selalu berupaya untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa Selain berbagai organisasi kemasyarakatan, seperti yang dikemukakan oleh para informan jika di Desa Jati berbagai tradisi kebudayaan Jawa juga masih lestari. Masyarakat Desa Jati selalu berupaya untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa

2 3 tingkeban 4 , sepasaran , mitoni , dan sebagainya. Tradisi kebudayaan Jawa dalam proses perkembangan kehidupan misalnya khitanan/sunatan, pernikahan dengan

berbagai pernak-pernik upacara adatnya dan kebisaan-kebiasaan yang telah melekat didalamnya, pembuatan rumah, dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan Jawa terkait dengan kematian yang masih lestari di Desa Jati misalnya, kondangan nelung ndino (kirim doa bersama tiga hari setelah meninggalnya seseorang), mitung ndino (kirim doa bersama tujuh hari setelah meninggalnya seseorang), matang puluh dino (kirim doa bersama empat puluh hari setelah meninggalnya seseorang), nyatus (kirim doa bersama seratus hari setelah meninggalnya seseorang), mendak pisan (kirim doa bersama satu tahun setelah meninggalnya seseorang , mendak pindo (kirim doa bersama dua tahun setelah meninggalnya seseorang), nyewu (kirim doa bersama seribu hari setelah meninggalnya seseorang), dan sebagainya.

Kondisi daerah Desa Jati yang masih bersifat pedesaan, dengan penduduk yang bersifat heterogen ini selaras dengan berbagai bentuk kerjasama, organisasi kemasyarakatan, sikap saling tolong-menolong, kerukunan dalam kehidupan, saling hormat menghormati, dan tenggang rasa yang masih tampak kuat keberadaannya. Keadaan ini seperti apa yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dalam Yayuk Yuliati dan Mangku Poernomo (2003:32) sebagai community sentiment atau sentimen kelompok. Soerjono Soekanto dalam Yayuk Yulianti dan Mangku Poernomo (2003:32) membedakan tiga unsur dalam sentimen kelompok yakni, ”unsur seperasaan, sepenanggungan dan saling memerlukan”. Seperasaan adalah sikap individu yang saling menyelaraskan kepentingannya dalam kelompok sehingga

2 Tingkeban: upacara selamatan yang di selenggarakan bulan ketujuh masa kehamilan (Clifford Geertz. 1989:48-57)

3 Sepasaran: upacara selamatan lima hari sesudah kelahiran (Clifford Geertz. 1989:60-63) 4 Mitoni: upacara selamatan tujuh bulan setelah kelahiran (Clifford Geertz. 1989:63-65) 3 Sepasaran: upacara selamatan lima hari sesudah kelahiran (Clifford Geertz. 1989:60-63) 4 Mitoni: upacara selamatan tujuh bulan setelah kelahiran (Clifford Geertz. 1989:63-65)