REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI RUANG PUBLIK

BAB III REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI RUANG PUBLIK

Kota, permukiman, masyarakat, sebuah sistem keterkaitan satu sama lain. Secara umum perancangan kota di Jawa tidak lepas dari hadirnya sebuah alun-alun yang menjadi pusat kota. Pusat yang menjadi acuan perkembangan permukiman yang bersifat

konsentris 29 . Begitu pula dengan kota Ponorogo yang memiliki alun-alun, tetapi alun-

alun tersebut sudah mengalami pergeseran bentuk dan fungsi seiring dengan perkembangan masyarakat modern. Apakah perkembangan alun-alun sekarang masih mengacu pada konsep penentuan alun-alun pada awal mula kerajaan jawa?. Sekarang ini kondisi alun-alun Ponorogo menjadi sebuah tempat yang banyak mengakomodasi

kegiatan yang bersifat konsumerisme 30 . Para pedagang kaki lima pun menggelar

lapaknya secara random tidak ada keteraturan. Alangkah indahnya para pedagang itu disediakan tempat yang lebih mewadahi kegiatan mereka yang sekaligus meningkatkan pendapatan mereka. Di barat Alun-alun Ponorogo selain terdapat masjid jami’ juga terdapat pasar. Bangunan ini dapat di redesain sehingga dapat mengakomodasi kegiatan perekonomian yang bersifat continue tanpa harus membuat lapak yang permanen.

Kegiatan masyarakat yang bersifat rekreasi pun dapat dijumpai di Alun-alun Ponorogo. Kebanyakan masyarakat menikmati suasana sore hari sambil bercanda ria

29 mempunyai pusat yang sama. 30 Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau 29 mempunyai pusat yang sama. 30 Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau

Pemaknaan alun-alun Ponorogo seakan-akan hilang ketika pohon beringin yang berada di tengah-tengah alun-alun ditumbangkan. Sebuah klasifikasi simbolik manusia jawa “keblat papat kalimo pancer”. Sebuah pancer telah ditumbangkan, sangat disayangkan. Apakah pancer selalu di simbolkan dengan pohon beringin dan selalu ditengah?.

Ketika kita memahami arti alun-alun sebenarnya -menurut tinjauan teori- perlu adanya revitalisasi kawasan alun-alun Ponorogo. Revitalisasi, pemvitalan kembali lingkungan alun-alun. Sebuah pengaturan ulang secara sistematis dan programatis akan kebutuhan ruang. Kebutuhan ruang makro yang menyangkut fungsi bangunan dengan masyarakat sekitarnya. Kebutuhan ruang mikro, pengolahan desain bangunan dengan fungsi bangunan itu sendiri.

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Intervensi fisik Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan

dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

2. Rehabilitasi ekonomi Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan

artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

3. Revitalisasi sosial/institusional Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

Gambar III-1 Alun-alun Ponorogo sebelum Panggung Pertunjukan

Gambar III-2 Alun-alun Ponorogo sesudah Panggung Pertunjukan (Sumber : Google Earth)

Revitalisasi kawasan Alun-alun Ponorogo dengan memperbaiki fasilitas

mehilangkan pemaknaan dari alun-alun itu sendiri.

Alun-alun

· Perbaikan pedestrian · Penertiban PKL · Penataan

taman disekitar Alun-alun

Penambahan site untuk redesain

media edukasi untuk masyarakat

Ponorogo