22 Mekanisme pertahanan mukosa lambung diantaranya faktor pelindung
lokal dan neurohormonal, yang memungkinkan mukosa tahan terhadap berbagai faktor perusak. Mekanisme pertahanan mukosa lambung akan dijelaskan dibawah
ini Fornai, dkk., 2011.
2.2.4.1 Mukus lambung
Permukaan mukosa lambung dilindungi oleh selapis mukus, yang berasal dari sel epitel permukaan dan sel leher mukosa. Mukus ini berfungsi sebagai
sawar protektif mengatasi beberapa bentuk cedera terhadap mukosa lambung. Karena sifat lubrikasinya, mukus melindungi mukosa lambung dari cedera
mekanis. Mukus membantu melindungi dinding lambung dari pencernaan-diri self-digestion karena pepsin dihambat apabila berkontak dengan lapisan
mukus yang membungkus dinding lambung. Namun, mukus tidak mempengaruhi aktivitas pepsin di lumen, tempat berlangsungnya pencernaan
protein makanan. Karena bersifat alkalis, mukus membantu melindungi lambung dari cedera asam dengan menetralisir HCl yang terdapat di dekat mukosa
lambung Sherwood, 2001. Bagaimana lambung dapat menampung isinya yang mengandung asam kuat
dan banyak enzim proteolitik tanpa merusak dirinya sendiri, bahwa mukus membentuk lapisan pelindung. Selain itu, sawar lain yang melindungi mukosa
dari kerusakan oleh asam adalah lapisan mukosa itu sendiri. Pertama, membran luminal sel mukosa lambung hampir tidak dapat ditembus oleh H
+
, sehingga asam tidak dapat menembus ke dalam sel dan menyebabkan kerusakan sel. Selain itu,
tepi-tepi lateral sel-sel tersebut saling bersatu di dekat batas luminal mereka melalui hubungan erat tight junction, sehingga asam tidak dapat berdifusi di
23 antara sel-sel dari lumen ke dalam submukosa di bawahnya. Sifat mukosa
lambung yang memungkinkan lambung menampung asam tanpa ia mengalami kerusakan tersebut membentuk sawar mukosa lambung gastric mucosal barrier.
Mekanisme protektif ini diperkuat oleh kenyataan bahwa seluruh lapisan lambung diganti setiap 3 hari. Karena pertukaran mukosa yang sangat cepat, sel-sel
biasanya telah diganti sebelum mereka aus karena terpajan ke lingkungan sangat asam yang tidak bersahabat tersebut cukup lama untuk mengalami kerusakan
Sherwood, 2001. Mukus lambung penting dalam pertahanan mukosa dan dalam mencegah
ulserasi peptik. Mukus lambung disekresi oleh sel mukosa pada epitel mukosa lambung dan kelenjar lambung. Sekresi mukus dirangsang oleh iritasi mekanis
atau kimiawi dan oleh rangsang kolinergik. Mukus lambung terdapat dalam dua fase: dalam cairan lambung pada fase terlarut dan sebagai lapisan jeli mukus yang
tidak larut, kira-kira tebalnya 0,2 mm, yang melapisi permukaan mukosa lambung. Normalnya gel mukus disekresi secara terus menerus oleh sel epitel mukosa
lambung dan secara kontinu dilarutkan oleh pepsin yang disekresi ke dalam lumen lambung. Mukus lambung merupakan suatu glikoprotein polimer yang besar 2 x
10
6
berat molekul, mengandung empat subunit yang dihubungkan oleh jembatan disulfida. Depolimerisasi subunit glikoprotein pada mukus, melalui pencernaan
peptik atau pemutusan ikatan disulfida, menyebabkan glikoprotein tidak mampu membentuk atau mempertahankan jeli. Jika intak, jeli mukus ini bertindak sebagai
lapisan air yang tidak permeabel terhadap penetrasi oleh makromolekul seperti pepsin 34.000 berat molekul. Molekul pepsin yang disekresi ke dalam lumen
lambung tidak dapat masuk kembali dengan adanya jeli mukus yang intak,
24 sehingga berpotensi melindungi sel mukosa dari jejas proteolitik. Ketebalan jeli
meningkat dengan adanya prostaglandin E dan berkurang dengan adanya obat antiinflamasi nonsteroid NSAID, termasuk aspirin. Glikoprotein mukus
lambung juga mengandung determinan antigenik yang digunakan untuk mengklasifikasikan substansi golongan darah ABH. Kurang lebih tiga perempat
populasi mensekresikan cairan lambung yang mengandung substansi ABH ini, dan individu demikian disebut sekretor Isselbacher, 2000.
2.2.4.2 Ion bikarbonat