Langkah Demi Langkah Menuju 4-4-2

C. Langkah Demi Langkah Menuju 4-4-2

(sekaligus 4-3-3)

Mengajarkan cara bermain 4-4-2 kepada pemain tidak boleh asal-asalan. Harus ada strategi pengajaran yang metodis sehingga pada akhirnya pemain betul-betul mengerti dan bisa menerapkan sistem 4-4-2 dengan baik. Sistem 4-4-2 sering dianggap teralu sulit untuk dimengerti pemain Indonesia. Benar-benar sebuah opini yang meremehkan intelegensia pemain Indonesia! Permasalahan yang sebenarnya adalah banyaknya pelatih yang kurang mengerti atau kurang mampu menjelaskan/melatih sistem 4-4-2. Bila ada kemauan untuk bekerja keras dan apabila metode melatih 4-4-2 diterapkan, saya yakin semua pemain dan semua pelatih Indonesia akan mampu menerapkan sistem 4-4-2 dan juga 4-3-3 dengan benar.

1 . Langkah pertama : Taktik Individu 1 v 1 dan 1v 2

Taktik individu adalah langkah pertama menuju penerapan sistem bermain secara modern. Yang dimaksudkan dengan taktik individu adalah kemampuan seorang pemain untuk memilih keputusan yang tepat di antara beberapa pilihan. Pada dasarnya taktik adalah kenapa seorang pemain melakukan sesuatu sedang teknik adalah bagaimana seorang pemain melakukan sesuatu. Dengan demikian, taktik individu adalah tindakan dengan tujuan tertentu yang dilakukan oleh satu orang pemain saja. Sebagai contoh speed dribbling* adalah taktik individu. Melakukan trik guna mengecoh lawan adalah taktik individu. Bagaimana caranya melakukan trik itu sendiri adalah teknik sedang mengapa seorang pemain memilih untuk melakukan trik adalah taktik individu.

Secara teoritis pemain yang menguasai bola memiliki 11 kemungkinan; mengumpan kepada 10 pemain lainnya* dan menggiring sendiri bola yang dikuasainya. Pemain yang berkelas akan memilih kemungkinan yang terbaik dari kemungkinan-kemungkinan yang ada Secara teoritis pemain yang menguasai bola memiliki 11 kemungkinan; mengumpan kepada 10 pemain lainnya* dan menggiring sendiri bola yang dikuasainya. Pemain yang berkelas akan memilih kemungkinan yang terbaik dari kemungkinan-kemungkinan yang ada

Keterangan: * Speed Dribling: Menggiring bola dengan kecepatan tinggi. * Tentu saja pada kenyataannya banyak pemain yang tidak mungkin menerima bola tanpa kehilangan bola. Pada kenyataannya mungkin hanya ada 4 pemain yang benar- benar siap menerima bola.

Penjabaran taktik individu

a. 1 v 1 - jarak jauh di sayap dan di tengah

1. Saat menghadapi lawan yang posisinya relatif jauh, pemain bertahan hendaknya melakukan sprint ke arah pemain yang menggiring bola. Hal ini penting untuk dilakukan agar jarak antar pemain lawan dan gawang sendiri menjadi sejauh mungkin.

2. Sesaat sebelum mendekati lawan, pemain bertahan hendaknya berhenti berlari ke depan untuk kemudian berbalik lari mundur. Hal ini dilakukan supaya pemain lawan tidak bisa dengan mudahnya berlari melewati pemain bertahan.

3. Apabila lawan berada di daerah sayap, pemain bertahan harus menempatkan dirinya sedemikian rupa sehingga kemungkinan bagi lawan menggiring bola ke bagian tengah lapangan menjadi tertutup. Logikanya gampang saja: lapangan tengah adalah daerah yang jauh lebih berbahaya dikarenakan letak gawang adalah di tengah! Oleh karena itu, “giring” pemain lawan ke arah garis tepi lapangan. Gunakan garis tepi lapangan sebagai “partner” dalam menekan lawan.

4. Apabila lawan berada di bagian tengah lapangan poin pertama dan kedua di atas tetap berlaku. Perbedaannya, apabila lawan menggiring bola di lapangan bagian tengah, pemain bertahan tidak harus “menggiring” lawan ke garis tepi lapangan. Kemungkinan itu bisa saja dilakukan tapi tidak mutlak harus dilakukan. Kemungkinan lain yang bias dilakukan adalah "menggiring” lawan ke arah teman sehingga terjadi

situasi 2 v 1.

5. Apabila tidak ada rekan satu tim yang bisa diajak kerja sama dalam hal merebut bola dari lawan maka pemain bertahan harus menggunakan kaki lemah lawan sebagai

“partner”. Maksudnya demikian “giring” lawan ke sisi kaki lemahnya agar ia kesulitan melepaskan tembakan ke arah gawang. Hal ini dilakukan dengan cara menutup sisi kuatnya agar lawan terpancing untuk menggiring bola ke sisi lemahnya. Tapi bagaimana caranya mengetahui kaki mana merupakan kaki lemah lawan? Mudah saja; umumnya kaki yang dipakai untuk menggiring bola adalah kaki kuat lawan. Dengan demikian, kaki lemahnya adalah kaki yang tidak dipakai untuk menggiring bola!* “partner”. Maksudnya demikian “giring” lawan ke sisi kaki lemahnya agar ia kesulitan melepaskan tembakan ke arah gawang. Hal ini dilakukan dengan cara menutup sisi kuatnya agar lawan terpancing untuk menggiring bola ke sisi lemahnya. Tapi bagaimana caranya mengetahui kaki mana merupakan kaki lemah lawan? Mudah saja; umumnya kaki yang dipakai untuk menggiring bola adalah kaki kuat lawan. Dengan demikian, kaki lemahnya adalah kaki yang tidak dipakai untuk menggiring bola!*

b. 1 v 1 - jarak dekat di sayap dan di tengah

1. Pada saat jarak lawan dekat dengan posisi pemain bertahan, pemain harus dibiasakan untuk sebisa mungkin merebut bola sebelum bola dikuasai oleh lawan.

2. Apabila memotong bola tidak memungkinkan, paling tidak pemain bertahan harus terbiasa untuk secara agresif menekan lawan di saat-saat penyerang menerima bola. Masa paling kritis bagi penyerang adalah saat mengontrol bola. Di sinilah kesempatan bagi pemain bertahan untuk membuat penyerang tidak tenang/gugup sehingga ia membuat kesalahan.

3. Apabila lawan telah berhasil mengontrol bola sebisa mungkin jangan biarkan lawan berbalik hingga menghadap gawang.

4. Apabila semua hal di atas tidak berhasil dilakukan dan lawan telah berhasil menerima bola dengan baik, bahkan berhasil berbalik menghadap gawang, pemain bertahan harus menahan diri untuk tidak melakukan step in*. Hal ini berbahaya karena penyerang yang berkualitas akan dengan mudah melewati lawan yang sudah terlanjur mati langkah. Oleh karena itu, di dalam situasi seperti ini pemain harus belajar untuk sabar dan baru masuk mencuri bola apabila lawan melakukan kesalahan dalam hal mengontrol bola (bola tidak digiring dengan dekat ke kaki). Apabila ada kawan yang siap mendobel, pemain bertahan boleh lebih agresif dalam usahanya mencuri bola. Sekali lagi, karena inilah strategi saling mendobel satu dengan yang lainnya mutlak harus dikuasai pemain zaman sekarang.

5. Apabila lawan tetap saja bisa lolos (hal ini kerap terjadi karena dalam sepak bola terka dang lawan lebih hebat walaupun kita telah melakukan yang terbaik), hindari mengejar lawan dari belakang seperti layaknya sebuah gerbong kereta api. Lakukan sprint secepatnya guna memotong pemain lawan sehingga pemain bertahan berada di antara titik tengah gawang dan letak bola. Bila ini berhasil dilakukan maka proses di atas kembali dimulai dari awal; contain (arahkan lawan ke bagian paling tidak berbahaya), dan jangan lakukan step in sampai ada kesempatan yang benar-benar bagus.

6. Tackling hanyalah kemungkinan terakhir apabila semua kemungkinan yang ada telah terkuras habis tanpa hasil yang memuaskan. Demikian juga dengan melakukan pelanggaran sebaiknya hanya dilakukan apabila tidak ada kemungkinan lain lagi. Itu pun hanya sebatas pelanggaran sejenis tactical foul (pelanggaran yang dilakukan demi kepentingan taktis) dan bukan pelanggaran brutal. Bedanya jelas, saat melakukan tactical foul pemain tidak dalam keadaan emosi, sedang saat melakukan pelanggaran biasa pemain kerap kehilangan kendali atas emosi pribadi.

Keterangan: *Step in : Beranjak masuk untuk mencuri bola dari kaki lawan.

perlu diperhatikan seorang bek saat terjadi situasi seperti ini adalah penempatan posisi. Memang pandai menempatkan posisi begitu penting artinya dalam bermain sepak bola. Tidak percuma pemain yang relatif tua biasanya semakin mahir bermain bola karena memang semakin berpengalaman seorang pemain semakin mahir pemain tersebut dalam menempatkan posisi.

2. Letak posisi bek saat penyerang membelakanginya idealnya adalah: (1) Menempel ketat badan penyerang tanpa melakukan kontak badan. Artinya, bek tidak menyentuh lawan apalagi melakukan pelanggaran. (2) Posisi badan bek setengah muncul ke samping badan penyerang. Artinya, bek tidak berdiri 100% di belakang penyerang melainkan hanya 50% saja. Tujuannya adalah supaya bek bisa melihat bola bahkan bila mungkin menyerobot bola sebelum bola berhasil dikuasai penyerang.

(3) Munculnya badan bek seharusnya ke arah letak gawang. Sebagai contoh, apabila letak gawang berada di sebelah kiri belakang bek, maka badan bek harus muncul di sebelah kiri badan penyerang!

3. Tujuan bek saat bertahan di situasi seperti ini adalah bila mungkin merebut bola sebelum bola dikuasai lawan. Apabila menyerobot bola tidak mungkin dilakukan maka tujuan bek berikutnya adalah tidak membiarkan lawan berputar dan menghadap gawang. Sekali lagi, hindari melakukan pelanggaran karena tendangan bebas sering kali berbuah gol!

d. 1 v 2 - satu pemain bertahan melawan dua penyerang

1. Walaupun situasi 1 v 2 tidak diinginkan terjadi karena tentu saja tidak menguntungkan dan sangat berbahaya, tetap saja sering kali seorang pemain bertahan harus meredam dua pemain menyerang sekaligus. Paling tidak untuk sementara waktu sampai pemain bertahan lain datang membantu. Oleh karena itu, prinsip utama saat terjadi situasi 1 v

2 (demikian juga saat terjadi situasi-situasi lain di mana pemain lawan jumlahnya lebih banyak daripada pemain bertahan seperti misalnya 2 v 3 atau 3 v 5) adalah mengulur waktu. Dengan demikian, pemain bertahan lain diberi waktu untuk datang membantu. Merebut bola di saat-saat kurang menguntungkan seperti ini tidak menjadi prioritas. Ulur waktu sampai teman datang membantu, baru setelah itu merebut bola menjadi prioritas kembali. Lain halnya saat jumlah pemain bertahan melebihi jumlah pemain menyerang; di situasi seperti itu tentu saja merebut bola menjadi tujuan utama sehingga sikap pemain bertahan seharusnya agresif dan ngotot untuk merebut bola.

2. Situasi 1 v 2 harus rajin dipelajari serta dilatih karena situasi 1 v 2 adalah landasan ilmu yang penting dan bisa dipakai untuk situasi kalah jumlah secara umum. Dengan kata lain, pengetahuan tentang bagaimana seorang pemain harus bertindak saat terjadi situasi 1 v 2 adalah pengetahuan dasar yang juga dibutuhkan saat terjadi situasi kalah jumlah yang lain seperti 1 v 3 , 2 v 3 ,3 v 5, dan lain-lain.

3. Untuk penempatan posisi yang ideal saat terjadi situasi 1 v 2 perhatikan diagram berikut ini: 3. Untuk penempatan posisi yang ideal saat terjadi situasi 1 v 2 perhatikan diagram berikut ini:

sarangnya. Kiper harus ikut bermain! Apabila lawan memutuskan untuk melakukan speed dribbling maka bek harus ikut berlari mundur sambil berusaha ‘menggiring‘ lawan ke samping (tepi lapangan). Dari situasi 1 v 2

kini terjadi 1 v 1! Kini bek tinggal berusaha merebut bola saat bola digiring jauh dari kaki lawan dengan cara menyelipkan badannya di antara pemain lawan dan bola.

Contoh Latihan

Untuk contoh-contoh latihan sederhana guna melatih prinsip-prinsip taktik dan teknik individu saat bertahan, perhatikan diagram-diagram di bawah ini berikut keterangan singkatnya:

Latihan 1

Keterangan:

 Latihan A adalah untuk jarak dekat, B untuk bertahan jarak jauh dan C untuk bertahan di

belakang punggung penyerang. Biarkan pemain bergiliran menempati posisi A, B, lalu C. Hanya saja, berikan porsi yang lebih sesuai posisi masing-masing pemain. Artinya, biarkan bek sayap lebih banyak berlatih di posisi A dan B sedang bek tengah lebih banyak berlatih di posisi C. Demikian juga untuk penyerang, biarkan pemain sayap lebih banyak menempati posisi A dan B sedang

penyerang tengah lebih banyak menempati posisi C. Logikanya simple; biarkan pemain berlatih sebanyak mungkin sesuai situasi yang sering terjadi saat bertanding!

 Untuk latihan A dan C diperlukan orang ketiga yang bertugas mengumpan bola kepada penyerang. Di posisi A, bek dilatih untuk menekan lawan sejak saat bola dalam perjalanan menuju penyerang. Di posisi C, bek dilatih untuk berdiri dengan tepat serta melakukan prinsip-prinsip yang sudah dijabarkan di atas.

 Di belakang pemain menyerang baik di posisi A, B , maupun C, ditempatkan gawang kecil dari cones. Bila bek berhasil merebut bola, mereka diinstruksikan untuk mendribel bola melalui gawang kecil tersebut. Sebagai variasi, setelah beberapa

menit, instruksikan bek untuk mengumpan bola secara mendatar ke dalam gawang kecil apabila mereka berhasil merebut bola dari kaki penyerang.

ini dimaksudkan guna melatih penempatan posisi yang ideal. Lakukan

koreksi apabila penempatan posisi pemain salah.

Jangan bosan mengoreksi karena

ini adalah dasar ilmu pertahanan. 

Beberapa menit kemudian lakukan latihan B. Pada latihan B, bek mendapat bantuan setelah beberapa detik (tiga detik misalnya). Artinya setelah tiga detik, dua pemain bertahan datang membantu sehingga

terjadi situasi yang menguntungkan; 3 v 2. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih pemain mengulur waktu. Sebaliknya, bagi penyerang, latihan ini melatih pemain untuk cepat melakukan penyelesaian ke arah gawang. Perlu

diingat, apabila tujuan Anda adalah melatih

pertahanan, maka berkonsentrasilah pada pemain

bertahan. Pemain menyerang cukup diberikan instruksi singkat di awal latihan. Selebihnya, berikan instruksi khusus kepada pemain-pemain bertahan saja!

2. Langkah kedua : taktik grup I – Mendobel lawan (2 v 1)

Langkah kedua saat mengajarkan sistem 4-4-2 yang benar adalah mengajarkan taktik grup. Yang dimaksud dengan taktik grup adalah pencapaian sebuah tujuan secara bersama- sama. Dengan kata lain, beberapa pemain melakukan sesuatu dengan maksud dan tujuan tertentu secara bersama-sama. Taktik grup yang akan dibahas di sini adalah taktik grup saat bertahan. Bertahan secara grup umumnya dibagi menjadi tiga bagian; mendobel lawan (menang jumlah), 2 v 3 atau kalah jumlah serta bertahan berempat 4 v 4 (sama jumlah). Pemain perlu diberikan pengertian bahwa mendobel lawan atau menciptakan situasi menang jumlah adalah tujuan pergeseran! Seperti sudah di bahas sebelumnya, dalam sepak bola modern pemain dituntut untuk bergeser secara bersama-sama (sebagai sebuah unit) ke arah bola. Dengan bergesernya pemain, terjadi situasi menang jumlah di daerah letak bola. Untuk situasi seperti inilah pemain perlu dilatih cara-cara mendobel lawan.

agresif sedangkan pemain lainnya berjaga-jaga di dekatnya kalau-kalau pemain lawan berhasil lepas dari kawalan pemain bertahan pertama.

 Saat tidak ada permain pelapis (1 v 1) tugas bek adalah menggiring penyerang ke garis samping lapangan atau ke arah posisi teman. Begitu pemain pelapis memberikan instruksi “rebut” tanda dia telah siap untuk melapis, bek pertama

bisa mulai mencurahkan tenaganya untuk merebut bola. Karena ada pemain pelapis, bek pertama bisa benarbenar agresif atau ngotot dalam usahanya merebut bola. Apabila usahanya gagal dia tahu bahwa masih ada pemain pelapis yang bisa meredam pemain lawan tadi. Kuncinya, pemain pelapis harus memberikan instruksi!

 Jangan lakukan pelanggaran! Situasi 2 v 1 atau bahkan lebih (3 v 1) begitu menguntungkan bek. Pelanggaran akan memberikan waktu dan tempat kepada penyerang yang sebelumnya tidak dimilikinya!

 Pemain pelapis selalu menempatkan posisinya di antara bola dan titik tengah gawang (invisible line ) dengan pertimbangan keamanan.

Contoh latihan mendobel lawan: Keterangan:

Bola dikuasai pemain . Dua pemain dilatih mendobel lawan, merebut bola dari lawan lalu dengan cepat melakukan

penyelesaian.

Setelah

beberapa waktu gantilah peran kedua tim. kini menyerang. Biasakan selalu menciptakan situasi kompetisi atau bersaing saat latihan. Tim

yang kalah harus membereska n

peralatan

misalnya, atau dihukum push up. Sekali lagi, berikan instruksi hanya pada tim bertahan. Sebagai variasi, biarkan pemain pelapis datang sedikit terlambat. Dengan demikian bek sekaligus dilatih 1 v 1 sedangkan pemain pelapis dilatih untuk memberikan instruksi “rebut” saat ia telah siap melapis!

latihan,

3. Langkah ketiga : taktik grup II- 2 v 3

Saat melatih 2 v 3 perhatikan beberapa coaching points di bawah ini:

 Pemain bertahan harus selalu saling melapis (saling mengamankan). Dengan kata lain, hindari bertahan secara sendiri-sendiri. Bertahanlah secara bersama-sama sebagai grup. Untuk jelasnya perhatikan diagram di bawah ini:  Pemain bertahan harus selalu saling melapis (saling mengamankan). Dengan kata lain, hindari bertahan secara sendiri-sendiri. Bertahanlah secara bersama-sama sebagai grup. Untuk jelasnya perhatikan diagram di bawah ini:

 Pemain bertahan yang melapis/mengamankan (pemain B) bertugas menutup umpan- umpan ke jantung pertahanan. Dengan demikian pemain lawan ´diundang‘ untuk melakukan umpan menyamping. Umpan semacam ini menguntungkan karena memberi waktu pada pemain bertahan lain untuk datang membantu.

 Untuk memberi waktu kepada pemain bertahan lain untuk datang membantu, pemain A dan B harus sedikit demi sedikit mundur ke belakang. Kecepatan mundurnya pemain bek bergantung pada kecepatan majunya penyerang lawan. Sering terjadi kesalahan dalam hal ini; bek tidak bergerak mundur atau kurang cepat dalam bergerak mundur sehingga lawan bisa menyelip/melewati bek dengan mudah. Sebaliknya, terlalu cepat mundur juga berbahaya karena akan memberikan ruang tembak bagi penyerang.

 Saat bola berada di bagian tengah lapangan letak posisi kedua bek adalah seperti terlihat pada diagram berikut:

Keterangan:

Pemain A menutup sisi kuat pemain yang menguasai bola. Artinya, sesuai contoh diagram, pemain A menempatkan dirinya di sebelah kanan penyerang karena kaki kanan adalah sisi kuat penyerang tersebut. Umumnya kaki yang digunakan untuk menggiring bola adalah kaki atau sisi kuat pemain tersebut. Perlu diingat, pemain

A tidak berusaha merebut bola, melainkan hanya mencoba mengulur waktu dengan cara turun ke belakang secara bertahap ( s e s ua i

l a w a n) dan ´mengundang´ lawan untuk melakukan umpan ke arah samping.  Apabila penyerang melakukan overlap run, perhatikan diagram di bawah ini:

k e c e pa ta n

Keterangan:

Penyerang B yang melakukan overlap run diikuti pergerakannya oleh bek yang berposisi menjorok ke depan (dalam hal ini pemain D). Pemain D bergerak diagonal ke belakang agar mampu mengamankan umpan terobosan yang berbahaya. Pemain E ikut bergerak ke belakang-samping guna mengamankan daerah

tengah pertahanan. Dengan

demikian

A tidak bisa menerobos ke arah gawang melainkan

penyerang

Contoh latihan 2 v 3 Latihan 1

Keterangan:

Tim putih di bagian bawah diagram dituntut mencetak gol dalam waktu kurang dari sepuluh detik. Tim merah berusaha merebut bola untuk kemudian diumpankan pada tiga rekannya di garis tengah lapangan. Kini tim merah bermain 3 v 2 melawan tim putih di bagian atas diagram. Begitu seterusnya. Setelah beberapa menit biarkan pemain beristirahat secara aktif (jogging santai atau menjogling bola bertiga). Peraturan off side tentu saja berlaku seperti biasa.

Latihan 2

Keterangan:

Tim putih menguasai bola dan dituntut untuk secepat mungkin melakukan penyelesaian akhir. Tim merah awalnya bermain 2 v 3, akan tetapi beberapa detik kemudian ada

tambahan dua pemain bertahan sehingga terjadi situasi 4 v 3. Pemain bertahan C dan D yang ditempatkan

5-10 meter di belakang penyerang diperbolehkan turun membantu begitu bola bergulir.

4. Langkah ke empat : taktik grup III- bertahan berempat (4 v 4)

Langkah berikutnya adalah membiasakan pemain bekerja sama sebagai sebuah rantai yang terdiri dari empat mata rantai. Beberapa coaching point penting saat melatih bertahan secara rantai dengan empat pemain adalah sebagai berikut:

1. Arah lari bek tidak boleh saling menyilang. Penjagaan pemain lawan harus diserahkan 1. Arah lari bek tidak boleh saling menyilang. Penjagaan pemain lawan harus diserahkan

3. Saling memberikan instruksi mutlak harus dilakukan semua pemain!

4. Sebagai pedoman, rangkaian posisi pemain seharusnya menyerupai sebuah pisang! (Lihat diagram).

5. Apabila bola berada di bagian tengah lapangan salah satu pemain (sesuai diagram pemain B) maju ke depan guna merebut bola. Ketiga bek yang lain bergerak lebih jauh ke dalam sehingga pertahanan tetap compact (lihat diagram).

Penting: ketiga pemain bertahan harus menjaga lini sehingga peraturan off side bisa dipergunakan (sesuai contoh diagram, pemain A, C dan D harus membentuk garis lurus).

Untuk jelasnya perhatikan kedua diagram di bawah ini: Diagram 1

Diagram 2

Keterangan:

 Pada diagram 1, pemain A menggiring penyerang lawan ke arah luar. Pemain B bertindak sebagai pemain pelapis, sedang pemain C dan D ikut bergeser ke arah bola tanpa kehilangan keketatan antar mata rantai. Pemain A, B, C dan D membentuk sebuah pisang.

 Pada diagram 2, pemain B maju ke arah pemain yang menguasai bola karena letak pemain tersebut paling dekat dengan pemain B. Terbentuk sebuah segi tiga antara pemain A, B dan C. Pemain A dan D bergeser ke tengah sehingga keketatan antar mata rantai menjadi lebih ketat lagi.

mengumpankan bola dari kaki ke kaki. Keempat bek dilatih untuk bergeser ke kiri dan ke kanan membentuk pisang dan sesekali membentuk segi tiga di bagian tengah lapangan. Setelah beberapa waktu, instruksikan penyerang untuk

b er us a ha mencetak gol. “Bekukan” latihan di saat yang tepat guna mengoreksi arah lari dan penempatan posisi pemain

Sama seperti latihan 1, hanya saja kini tempatkan seorang pemai n

lawa n s ebagai penyerang tengah (9). Barisan bek

harus membiasakan menyerahkan tanggung jawab atas penyerang tengah (9) dengan saling memberikan instruksi. Di saat yang sama barisan pertahanan tetap harus bergeser ke arah letak bola. Apabila

sesuai diagram penyerang 9 dijaga oleh 4, pemain 5 bertugas menjaga gelandang serang 10 apabila 10 mendribel bola ke arah gawang.

Selang beberapa waktu biarkan penyerang betul-betul berusaha mencetak gol. Barisan pertahanan berusaha merebut bola lalu mendribel atau mengumpan bola ke salah satu dari kedua gawang kecil dari cones yang tersedia.

Penting: Latihan ini menuntut dipraktikkannya semua prinsip yang telah dibicarakan sejauh ini! Oleh karena itu, pelatih harus jeli dalam melihat kesalahan-kesalahan yang terjadi.

langkah metodis berikutnya adalah berlatih taktik bertahan secara tim. Cara pengajaran taktik tim itu sendiri bisa dilakukan dalam beberapa jenjang. Dua jenjang utama akan dibahas di sini. Jenjang berlatih taktik bertahan secara tim pertama adalah membiasakan barisan pertahanan bekerja sama dengan kedua gelandang tengah (pemain 6 dan 10).

Dengan bergabungnya dua gelandang tengah, fokus latihan kini diarahkan pada keketatan posisi antar pemain di dalam lini dan keketatan posisi pemain antarlini. Ke empat pemain bek harus selalu berdiri dengan compact! Dengan kata lain, jarak antar barisan bek dan barisan gelandang bertahan harus selalu ketat. Tujuannya tentu saja adalah menyulitkan lawan menemui celah-celah yang bisa digunakan untuk melakukan kombinasi permainan. Selain itu, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, dengan adanya penempatan posisi yang compact pemain bertahan akan bisa menciptakan situasi menang jumlah di daerah letak bola (flooding the ball).

Saat melatih taktik secara tim, selalu tekankan pentingnya komunikasi antar pemain. Bila pemain tidak saling memberikan instruksi, pemain lawan tidak bisa terjaga dengan baik dikarenakan perpindahan tanggung jawab pengawalan tidak berlangsung dengan baik. Biasakan pemain menyerukan instruksi- instruksi seperti "jaga dia” , "jaga nomor 11", "punyaku”, "ikuti dia” atau "biarkan dia”. Saling memberikan instruksi (bahkan bisa

dikatakan saling melatih) begitu penting artinya dalam sepak bola modern karena pengawalan lawan tidak lagi melulu berlangsung secara man to man.

Perhatikan posisi ideal pemain-pemain bertahan saat bola berada di sayap sesuai diagram di bawah ini:

Keterangan:

Pemain 2 dan 6 mendobel ( 2 v 1) pemain sayap kiri lawan (8). Bek tengah (4) meninggalkan striker lawan 11 untuk bersiap membantu mengawal sisi kanan pertahanan (daerah bergaris). Tugas pemain 4 dilimpahkan kepada bek tengah 5. Striker 9 yang tadinya dijaga bek tengah 5 kini dikawal oleh bek sayap kiri 3. Pemain 3 sekaligus bertugas mengawasi pergerakan gelandang sayap kanan lawan (7). Bila bola sampai pada 7, pemain

bek sayap 3 bergeser menjaga 7. Pemain 4 kembali bergeser menjaga 11 dan pemain

5 kembali menjaga 9. Gelandang bertahan 6 dan 10 tentu saja ikut bergeser; kini gelandang bertahan 10 yang ganti membantu bek sayap 3. Perhatikan juga bahwa penempatan posisi pemain 5 sesuai gambar adalah di belakang pemain 11 (sisi gawang!). Bandingkan dengan diagram selanjutnya di mana pemain 5 harus lebih muncul.

Pemain gelandang 6 dan 10 mendobel lawan di tengah. Posisi pemain 4 dan 5 harus sedikit muncul dari belakang striker lawan 9 dan 11. Ini penting guna: (1) bisa melihat bola, (2) bila ada kesempatan bisa merebut bola sebelum bola dikuasai striker lawan, dan (3) menjaga daerah yang paling berbahaya yakni jantung pertahanan (daerah bergaris).

Diagram 2

Keterangan:

Apabila salah satu striker lawan (misalnya

pemain 11) datang membantu pemain yang menguasai bola, maka bek tengah 4 harus mengikuti pergerakan striker lawan 11! Di saat yang sama pemain 2 dan 5 bergerak masuk sehingga terbentuk segitiga (2, 4 dan 5). Pemain 3 juga ikut masuk mengawal striker lawan 9 sekaligus

mengawasi pergerakan sayap kanan lawan (7).

Diagram 3

Keterangan:

Apabila gelandang lawan (10) tidak bisa didobel dengan baik oleh pemain 6 dan 10 (karena kurangnya agresivitas atau tidak cukup waktu untuk datang mengahampiri pemain lawan 10), maka situasi yang kerap terjadi adalah sesuai diagram di atas. Bola diumpankan kepada striker 9. Bila ini terjadi bek tengah 5 harus ikut maju mengikuti pergerakan striker lawan 9 sehingga pengawalan tetap ketat. Pemain 3 dan 4 seperti biasa bergeser masuk sehingga terjadi segitiga (4, 5 dan 3). Pemain 6 Apabila gelandang lawan (10) tidak bisa didobel dengan baik oleh pemain 6 dan 10 (karena kurangnya agresivitas atau tidak cukup waktu untuk datang mengahampiri pemain lawan 10), maka situasi yang kerap terjadi adalah sesuai diagram di atas. Bola diumpankan kepada striker 9. Bila ini terjadi bek tengah 5 harus ikut maju mengikuti pergerakan striker lawan 9 sehingga pengawalan tetap ketat. Pemain 3 dan 4 seperti biasa bergeser masuk sehingga terjadi segitiga (4, 5 dan 3). Pemain 6

6. Langkah ke enam : Taktik tim II-bermain 11 v 11 sebagai satu kesatuan tim

yang utuh

Menentukan formasi bermain

Menentukan taktik tim dimulai dengan ditetapkannya sebuah formasi bermain. Masing-masing formasi dan cara bermain sepak bola mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Formasi 4-4-2 dan 4-4-3 tidak luput dari kelemahan. Sebaliknya, formasi 3-5-2 tidak melulu jelek; banyak kelebihan formasi 3-5-2. Yang menentukan adalah adanya organisasi yang baik, bukan formasi! Untuk kepentingan standarisasi telah ditentukan penggunaan formasi 4-4-3 hingga umur 15 tahun.

Landasan organisasi yang baik adalah bergeraknya pemain secara bersama-sama. Artinya, semua pemain berusaha untuk melakukan hal yang sama! Oleh karena itu, instruksi seorang pelatih sangat menentukan. Tanpa adanya seorang pelatih yang memegang kendali, permainan akan kacau-balau karena masing-masing pemain melakukan apa yang ia anggap baik dan benar. Ada begitu banyak pandangan tentang sepak bola, karena itu harus ada instruksi-instruksi yang jelas kepada pemain tentang bagaimana tim akan bermain.

Pemain yang membangkang (melakukan apa yang ia sendiri anggap benar) atau tidak mampu melakukan instruksi (karena skill yang kurang mumpuni , kurang pengertian akan taktik atau buruknya kondisi) tentu saja harus dibangkucadangkan. Instruksi pelatih yang pertama adalah menetapkan formasi bermain. Selanjutnya pelatih menginstruksikan di

mana lawan akan mulai ditekan dan bagaimana.

Di mana menekan lawan?

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, menekan lawan bisa dilakukan di depan (forechecking), di lapangan tengah (midfield pressing) atau di daerah pertahanan sendiri (fall back). Ada baiknya sisi positif dan negatif masing-masing letak menekan dibahas di sini.

a. Forechecking: Kelebihan:

 Dekat gawang lawan, sehingga apabila bola berhasil dicuri, jarak antara bola dan gawang lawan relatif dekat!  Lawan langsung ditekan sehingga tidak memiliki waktu, tempat dan ketenangan yang dibutuhkan dalam mengatur serangan.

 Karena merasa tertekan, lawan sering terpaksa melepaskan umpan-umpan jauh yang sangat mudah untuk dimentahkan.

 Tim yang lemah akan semakin lemah (tidak berkembang permainannya) sedang

 Umpan jauh ke belakang barisan pertahanan sendiri sangat berbahaya.  Sangat menguras tenaga dan konsentrasi.  Bila sedikit saja pemain kehilangan keawasannya akan tercipta celah-celah yang

berbahaya.

Untuk usia 12 - 15 tahun diajarkan 4-3-3. Di atas 15 tahun pemain boleh diajarkan

4-4-2 atau formasi lain asal prinsip-prinsip sepakbola modern diterapkan.

b. Fall back: Kelebihan:

 Sebuah strategi yang menjanjikan apabila lawan jelas menang kelas.  Posisi pemain sangat compact sehingga sulit ditembus lawan.  Tidak begitu menguras tenaga karena pemain sebatas berreaksi terhadap lawan

tanpa harus mengejar bola atau menekan lawan. Oleh karena itu, sistem ini tepat untuk digunakan di saat-saat kondisi pemain telah terkuras.

 Strategi yang baik guna mempertahankan kemenangan di akhir pertandingan.  Terkadang organisasi pemain kurang baik. Dengan menerapkan strategi fall back

pemain memeroleh waktu untuk kembali berkonsentrasi atas tugas dan posisinya masing-masing.

Kelemahan:

 Cara bermain seperti ini membosankan penonton apabila diterapkan sepanjang pertandingan.  Secara taktis, sistem menekan ini termasuk sistem yang negatif karena cenderung menunggu lawan tanpa memberikan tekanan kepada lawan.  Strategi yang sangat menyulitkan bagi striker tim itu sendiri, karena serangan yang dilakukan hanya sebatas serangan balik.  Jarak antara bola (saat berhasil merebut bola) dan gawang lawan sangat jauh.  Kalau ada yang berjalan tidak sebagaimana mestinya, situasi yang tercipta sangat

berbahaya karena jarak antara bola dan gawang sendiri sangat dekat.

Kesimpulan:

Karena menguras tenaga, taktik forechecking hendaknya hanya diterapkan untuk sementara waktu (tidak 90 menit) dan di saat-saat tertentu (saat tendangan penjuru, di awal babak ke satu dan dua, saat teringgal atau saat lawan terkena kartu merah) saja.

Sedang taktik fall back juga hanya bisa diterapkan di saat-saat tertentu (di akhir pertandingan saat mengamankan keunggulan, atau saat bermain dengan 10 atau 9 pemain saja) karena mengandung risiko yang termasuk tinggi. Dengan demikian, taktik midfield pressing paling cocok untuk digunakan di saat-saat normal dan untuk jangka waktu lama. Bisa dikatakan midfield pressing adalah jalan tengah atau hasil kompromi kedua sistem menekan yang lain.

melakukan forechecking, kemudian 30 menit midfield pressing yang diselingi dengan dua kali lima menit fall back guna menghemat tenaga, lalu forechecking lagi di akhir babak. Jumlah menit dipakainya masing-masing sistem menekan tentu saja berbeda di setiap pertandingan sesuai dengan situasi pertandingan tersebut, tapi biasanya ketiga sistem terpakai dalam sebuah pertandingan!

Bagaimana menekan lawan?

Umumnya pelatih tim-tim dunia menginstruksikan pemainnya untuk menggiring pemain lawan yang menguasai bola ke arah pinggir lapangan. Logikanya gampang saja: daerah samping lapangan relatif tidak berbahaya (letak gawang adalah di tengah!). Selain itu garis tepi lapangan bisa digunakan sebagai “teman” atau partner guna mendobel lawan.

Tapi akan banyak juga pelatih yang menginstruksikan pemainnya untuk menggiring lawan ke bagian tengah lapangan. Pertimbangannya di bagian tengah lapangan lebih mudah tercipta situasi 2 v 1, bahkan 3 v 1. Menurut pengamatan saya, banyak juga pelatih di Eropa menginstruksikan pemainnya untuk menggiring ke bagian tengah lapangan kecuali di bagian sepertiga lapangan bagian pertahanan. Di sini faktor keamanan diutamakan sehingga pemain diinstruksikan untuk menggiring pemain ke arah garis tepi lapangan.

Setelah pelatih menentukan serta menerangkan taktik-taktik pilihannya kepada pemain, maka langkah berikutya adalah membiasakan pemain berlari secara bersama-sama ke arah bola tanpa kehilangan posisi yang compact.

Untuk latihan bergeser ke arah bola lakukan latihan-latihan di bawah ini: Latihan 1

Keterangan:

Pelatih menginstruksikan arah pergeseran. Awalnya cukup instruksikan pemain untuk bergeser ke samping, ke depan, dan diagonal secara garis lurus. Setelah beberapa waktu, instruksikan pemain untuk menempati posisi mendetail masing-masing secara tepat termasuk memperhitungkan ke mana lawan hendak digiring. Terbentuknya dua baris menyerupai pisang bisa digunakan sebagai pedoman saat mengoreksi posisi pemain.

(Latihan ini bisa juga digunakan untuk berlatih kondisi. Dengan demikian latihan kondisi dan taktik digabung menjadi satu!).

dari kaki ke kaki tanpa langsung berusaha mencetak gol. Tim merah bergeser sesuai letak bola dan melakukan semua prinsip yang telah dijabarkan sebelumnya. Baru setelah bebarapa waktu biarkan putih dan merah bermain lepas dengan instruksi kepada tim putih untuk bertahan sesuai diagram saat kehilangan bola.

Untuk latihan mengganggu lawan saat membangun serangan serta berlatih menggiring lawan, lakukan latihan 9 v 8 ini:

Latihan 3

Keterangan:

Kiper merah memulai per mai na n

denga n mengumpankan bola ke bek

tengah (sesuai diagram).

Tim putih bertugas

mengganggu tim saat membangun serangan.

Perhatikan arah pergeseran dan penempatan

posisi pemain-pemain

tim putih

dan lakukan penyesuaian/ pembenaran bila perlu. Sebagai variasi awal,

biarkan tim merah mengumpankan bola dari kaki ke kaki terlebih dahulu tanpa berusaha mencetak gol ke salah satu gawang dari cones. Baru kemudian permainan sesungguhnya

dimulai.

Dokumen yang terkait

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

Bunga Bank dan Riba Dua Hal yang Berbeda

0 31 1

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN KECIL-KECIL PUNYA KARYA (KKPK) SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DI SMP

1 60 18

PENGAJARAN MATERI FISIKA DASAR UNTUK MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

9 106 43

RANGKUMAN MATERI PEMBELAJARAN INEZ

2 50 4

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

THE DEVELOPMENT OF THE INTERACTIVIE LEARNING MEDIA OF UNIFROMLY ACCELERATED MOTION (GLBB) IN CLASS X BASED-GENERIC SCIENCE SKILLS USING FLASH ANIMATION OF SENIOR HIGH SCHOOL IN WEST LAMPUNG REGENCY PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATERI GERAK L

0 35 131

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

2 37 45

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60