METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif Setiap melakukan suatu penelitian ilmiah, metode penelitian harus selalu digunakan agar hasil yang nantinya diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh sebab itu, dalam penelitian mengenai peran kecerdasan emosional pada para guru yang menghadapi pensiun menggunakan sebuah metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu untuk mengetahui seberapa besar peran kecerdasan emosional pada para guru yang menghadapi pensiun.

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Mulyana (2002, h. 201) studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial, sedangkan penelitinya berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subyek yang diteliti.

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2008, 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Mereka juga menambahkan bahwa pendekatan kualitatif diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2008, 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Mereka juga menambahkan bahwa pendekatan kualitatif diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam

John W. Creswell (1994, h. 1) mendeskripsikan penelitian kualitatif sebagai proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.

Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2008, h. 4) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari, 1998, h. 30) penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, transkripsi, wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman video yang kemudian diterjemahkan ke dalam pandangan-pandangan dasar interpretatif dan fenomenologis. Pandangan dasar tersebut adalah ; 1) realitas sosial adalah suatu yang subyektif dan diinterpretasikan bukan sebagai suatu yang berada di luar individu, 2) manusia tidak secara sederhana mengikuti hukum-hukum akan di luar diri, melainkan rangkaian makna dalam menjalani kehidupannya,

3) ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif ideografis dan tidak bebas nilai, 4) penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.

Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.

B. Subyek Penelitian

1. Populasi Penelitian Populasi menurut Hadi (2001, h. 70) adalah individu-individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang didapat dari sampel yang hendak digeneralisasikan. Oleh karena itu, populasi merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai satu ciri atau sifat yang sama.

Kriteria yang digunakan dalam menentukan populasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Guru yang akan menghadapi pensiun

b. Waktu mengajar hanya tinggal 1 tahun lagi

c. Tidak mempunyai pekerjaan sambilan saat masih menjadi guru

2. Teknik Pengambilan Sampel Sarantakos (dalam Poerwandari, 1998, h. 53) mengemukakan karakteristik pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif sebagai berikut :

a. Diarahkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian bukan pada jumlah kasus besar.

b. Tidak ditentukan sejak awal namun dapat berubah sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.

c. Diarahkan pada kecocokan konteks bukan pada keterwakilan. Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Purposive sample adalah pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2001, h. 82).

C. Metode Pengumpulan Data Poerwandari (1998, h. 61) menyatakan bahwa sesuai dengan sifat penelitian yang terbuka dan luwes, metode dan tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif juga beragam, disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti. Di dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara Menurut Hadi (2002, h. 62) wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses tanya jawab tersebut, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar. Moleong (2008, h. 186) menambahkan bahwa tanya-jawab tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu 1. Wawancara Menurut Hadi (2002, h. 62) wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses tanya jawab tersebut, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar. Moleong (2008, h. 186) menambahkan bahwa tanya-jawab tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu

Dalam penelitian ini, pedoman wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh lebih mendalam dan tujuan penelitian dapat dicapai semaksimal mungkin. Wawancara longitudinal dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan pada keluarga terdekat subyek, misalnya orang tua atau kakak subyek. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh data tentang kecemasan subyek semenjak kecil hingga dewasa dan pada saat menghadapi pensiun. Dalam hal ini, peneliti menggunakan alat bantu seperti tape recorder, buku catatan, serta pena untuk membantu jalannya wawancara.

Beberapa hal yang ingin diketahui melalui wawancara adalah sebagai berikut :

a. Kondisi keluarga subyek

b. Hubungan subyek dengan murid

c. Kecintaan subyek terhadap pekerjaannya

d. Rencana setelah pensiun

e. Lingkungan tempat tinggal

2. Observasi Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi 2002, h. 136). Observasi yang 2. Observasi Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi 2002, h. 136). Observasi yang

Patton (dalam Poerwandari, 1998, h. 63) mengungkapkan bahwa data hasil observasi menjadi sangat penting karena :

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dalam konteks dimana hal yang diteliti ada atau terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersifat terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan telah mempertahankan piliha untuk mendekati masalah secara lebih induktif.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subyek penelitian sendiri kurang disadari.

d. Observasi memungkinkan diperolehnya data yang karena berbagai sebab tidak dapat diungkapkan melalui wawancara.

e. Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subyek penelitian atau pihak lain.

f. Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspeksi terhadap penelitian yang dilakukan.

Hasil observasi yang nantinya diperoleh, diharapkan dapat mendukung data yang telah didapat dari wawancara sebelumnya. Dalam observasi ini, peneliti ingin mengetahui :

a. Kondisi fisik subyek

b. Perilaku yang cenderung ditampilkan selama proses observasi

c. Sikap dan perilaku subyek terhadap murid-muridnya saat mengajar

d. Interaksi subyek dengan keluarga dan teman kerjanya

e. Ekspresi dan bahasa tubuh yang muncul saat wawancara, misalnya saat menjawab pertanyaan subyek membutuhkan waktu yang lama, menghindari pertanyaan, dan lain sebagainya

3. Tes Cara individu mempersepsi dan menginterpretasi materi tes atau ”menstrukturisasikan” situasi akan menecerminkan aspek-aspek dasar dari fungsi psikologisnya. Maka materi tes bisa berfungsi sebagai semacam saringan dimana responden ”memproyeksikan” proses pikiran, kebutuhan, kecemasan, dan konflik khas (Anastasi, 1997, h. 46).

Anastasi (1997, h. 47) juga menambahkan bahwa teknik proyektif sangat efektif dalam menyingkapkan aspek tertutup, laten, atau tak sadar dari kepribadian.

Di dalam penelitian ini, tes proyektif yang digunakan adalah TAT (Thematic Apperception Test) untuk mengungkapkan ada atau tidaknya kecemasan dalam diri subyek. Peneliti menggunakan TAT karena melalui tes proyektif yang berupa gambar-gambar ambigu ini subyek dapat Di dalam penelitian ini, tes proyektif yang digunakan adalah TAT (Thematic Apperception Test) untuk mengungkapkan ada atau tidaknya kecemasan dalam diri subyek. Peneliti menggunakan TAT karena melalui tes proyektif yang berupa gambar-gambar ambigu ini subyek dapat

TAT mengajukan stimuli yang jauh lebih tersruktur dan meminta respon verbal yang lebih kompleks dan terorganisir secara bermakna. Interpretasi atas respon-respon atas penguji biasanya didasarkan pada analisis isi yang sifatnya agak kualitatif. Materi-materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambar-gambar kabur dalam warna hitam dan putih serta satu kartu kosong. Responden diminta untuk mengarang cerita yang sesuai dengan tiap gambar, menceritakan apa yang mengarah pada peristiwa, mendeskripsikan apa yang terjadi pada waktu itu, dan apa yang dirasakan serta dipikirkan oleh karakter dalam gambar lalu memberikan hasilnya. Dalam hal kartu yang kosong, responden diminta untuk membayangkan gambar tertentu pada kartu itu, mendeskripsikannya, dan kemudian membuat cerita tentang hal itu (Anastasi, 1997, 52).

Kecerdasan emosional dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang dibuat oleh Jeanne Segal dengan berpegang pada teori Daniel Goleman. Landasan Segal dalam membuat sejumlah pertanyaan itu adalah bahwa setiap orang tidak benar-benar merasa, tapi mengira bahwa orang itu merasa. Orang yang mengira bahwa dirinya merasa, tidak mengetahui apa yang benar-benar penting untuknya. Orang tersebut mempertahankan nilai-nilai, menggunakan matriks emosi Kecerdasan emosional dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang dibuat oleh Jeanne Segal dengan berpegang pada teori Daniel Goleman. Landasan Segal dalam membuat sejumlah pertanyaan itu adalah bahwa setiap orang tidak benar-benar merasa, tapi mengira bahwa orang itu merasa. Orang yang mengira bahwa dirinya merasa, tidak mengetahui apa yang benar-benar penting untuknya. Orang tersebut mempertahankan nilai-nilai, menggunakan matriks emosi

Segal membuat 15 item pertanyaan yang mengukur kecerdasan emosional melalui perilaku, karena menurut Segal (1999, h. 24) kecerdasan emosional berdasarkan pada bagaimana seseorang bertindak pada situasi tertentu dan dimana kekuatan emosi terletak. Beberapa hal yang dapat diungkap dari 15 item pertanyaan tersebut antara lain adalah kesadaran emosional, penerimaan, kesadaran aktif, dan empati. Keempat hal tersebut merupakan keterampilan emosional yang membentuk kecerdasan emosional seseorang. Dari 15 item pertanyaan tersebut dapat dilihat apakah subyek memiliki kecerdasan emosional rendah atau tinggi.

D. Metode Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2008, h. 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Patton (dalam Poerwandari, 1998, h. 87) menegaskan bahwa satu hal yang harus diingat peneliti adalah kewajiban untuk memonitor dan melaporkan proses serta prosedur-prosedur analisisnya dengan jujur dan selengkap mungkin.

Patton (dalam Poerwandari, 1998, h. 105) mengungkapkan hal-hal penting untuk analisis data kualitatif, yaitu sebagai berikut :

1. Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati dari awal hingga akhir.

2. Mempresentasikan insiden-insiden kritis atau peristiwa-peristiwa kunci berdasarkan urutan kepentingan insiden tersebut.

3. Mendeskripsikan setiap tempat, setting, atau lokasi yang berbeda sebelum mempresentasikan gambaran dan pola umumnya.

4. Memfokuskan analisis dan presentasi pada individu-individu atau kelompok-kelompok bila memang individu atau kelompok tersebut menjadi unit analisis primer.

5. Mengorganisasikan data dengan menjelaskan proses-proses yang terjadi (proses seleksi, proses pengambilan keputusan, proses komunikasi, dan lain-lain).

6. Memfokuskan pengamatan pada isu-isu kunci yang diperkirakan akan sejalan dengan upaya menjawab pertanyaan primer penelitian.

Langkah-langkah teknik analisis (dalam Poerwandari, 1998, h. 87) yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengorganisasikan data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan tes grafis dengan sistematis dan selengkap mungkin, yang dilakukan dengan mendokumentasikan dan menyimpan data-data tersebut.

2. Melakukan koding pada materi yang sudah diperoleh, hal ini dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi secara lengkap dan 2. Melakukan koding pada materi yang sudah diperoleh, hal ini dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi secara lengkap dan

3. Melakukan pemahaman konseptual data yang mengacu pada kemampuan memperoleh insight, memberi makna data, memahami dan memilah data mana yang esensial dan mana yang tidak.

4. Membuat kesimpulan sementara yang bertujuan menajamkan tema dan pola yang ditemukan dari data.

5. Melakukan interpretasi data melalui konteks pemahaman diri, pemahaman biasa yang kritis dan pemahaman teoritis.

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan tiga unsur (Sugiyono, 2008, h. 246) :

1. Data reduction (reduksi data) Merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data dapat dilakukan dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu, dengan demikian akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data display (penyajian data) Pengorganisasian data sehingga tersusun dalam pola hubungan. Dengan demikian, akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan) Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara , dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Penarikan kesimpulan berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Langkah-langkah teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Menelaah seluruh data yang telah diperoleh dari berbagai sumber.

2. Mengkategorikan data yang diperlukan.

3. Menghubungkan data yang diperoleh dengan landasan teori yang sudah ada.

4. Menyusun dinamika kecerdasan emosional subyek.

E. Validitas dan Reliabilitas Moleong (2008, h. 326) mengungkapkan bahwa teknik pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan/keajegan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci, auditing.

Dalam penelitian ini, uji keabsahan data (Moleong, 2008, h. 330) dilakukan dengan metode :

1. Ketekunan Pengamatan Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian peneliti menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Oleh karena itu, peneliti harus mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

2. Triangulasi Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

3. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud, antara lain adalah membuat peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, serta sebagai suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.