Berakhirnya Perjanjian Sewa menyewa

2. Kewajiban pihak penyewa Selain pihak yang menyewakan mempunyai hak dan kewajiban, pihak penyewa pun mempunyai hak dan kewajiban. Kewajiban utama si penyewa terhadap yang menyewakan menurut Pasal 1560 KUH Perdata, adalah: a. Memakai barang yang disewakan sebagai seorang bapak rumah yang baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika tidak ada suatu perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan berhubung dengan keadaan ayat 1e b. Untuk membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan ayat 2e. Selain kewajiban-kewajiban tersebut, pada Pasal 1559 penyewa juga mempunyai kewajiban untuk tidak mengulang sewa 45 atau menyerahkan sewa kepada pihak lain, kecuali jika hal tersebut memang tidak dilarang dalam perjanjian sewa menyewa. Jika sewa menyewa adalah rumah yang ditempati sendiri oleh penyewa, penyewa dapat menyewakan sebagian kepada pihak lain, kecuali kalau hal tersebut dilarang dalam perjanjian sewa menyewa.

G. Berakhirnya Perjanjian Sewa menyewa

Pada Pasal 1381 KUH Perdata, menyebutkan 10 acara hapusnya suatu perikatan, yaitu: 45 Yang dimaksud dengan “menggulang sewa” adalah “jika si penyewa menyewakan lagi barangnya kepada seorang lain, tetapi perjanjian sewa masih dipertahankan, sehingga penyewa itu berada dalam hubungan sewa penyewa milik” Universitas Sumatera Utara 1. Pembayaran Oleh undang-undang perkataan pembayaran dalam hal ini adalah merupakan pelaksanaan atau pemenuhan tiap-tiap perjanjian secara suka rela, artinya tidak ada paksaan atau eksekusi 2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan Pasal 1404 Hal ini bisa terjadi apabila si berpiutang tidak suka menerima pembayaran yang dilakukan oleh si berutang, maka siberutang dapat membuat sesuatu dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya untuk membayar, lalu diikuti dengan penyimpanan di kepaniteraan pengadilan negeri dengan perantaraan juru sita. 3. Karena pembaharuan hutang Pasal 1413-1424 KUH Perdata Hal ini adalah untuk pembuatan suatu perjanjian baru, yang menghapuskan suatu perikatan lama, akan tetapi pada saat itu juga meletakan suatu perikatan baru. Kehendak untuk melakukan pembaharuan utang itu harus ternyata dengan jelas dari pembuatan para pihak. 4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi Pasal 1415 KUH Perdata Hal ini terjadi apabila seseorang yang berutang mempunyai suatu pitang terhadap si berutang. Jadi dua orang itu sama-sama berhak Universitas Sumatera Utara untuk saling menagih. Maka kedua belah pihak dapat memperhitungkan utang-utangnya untuk suatu jumlah yang sama. 5. Karena pencampuran utang Pasal 1435-1437 KUH Perdata Hal ini terjadi karena adanya perjanjian baru, dimana si berpiutang dengan sukarela membebaskan si berutang dari segala kewajibannya. 6. Pembebasan utang Pasal 1438-1443 KUH Perdata Pembebasan sesuatu utang tidak dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan. Dengan memberikan tanda bukti atau tanda piutang asli secara suka rela oleh si berpiutang kepada si berutang, merupakan suatu bukti tentang pembebasan utangnya, bahkan terhadap orang-orang lain yang turut berutang secara tanggung menanggung. 7. Karena musnahnya barang yang terutang Pasal 1444-1445 KUH Perdata Hal ini meliputi: a. Barang tertentu itu hapus atau musnah b. Adanya larangan dari pemerintah untuk memperdagangkan barang tersebut. c. Barang tertentu itu tidak terang keadaanya Universitas Sumatera Utara Mengenai hapusnya atau hilangnya barang tersebut diisyaratkan bahwa, haruslah diluar kesalahan si berutang. 8. Karena kebatalan atau pembatalan Pasal 1446-1456 KUH Perdata Perjanjian yang termasuk dalam hal ini adalah : a. yang dibuat oleh orang yang tidak cakap b. karena paksaan, kekeliruan atau penipuan c. Bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum. 9. Karena berlakunya suatu syarat batal Pasal 1265 KUH Perdata Pasal ini menyebutkan tentang suatu syarat batal adalah yang apabila dipenuhi, menghentikan perikatan dan membawa sesuatu pada keadaan semula seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan 10. Karena lewatnya waktu Yang dimaksud dengan lewatnya waktu adalah upaya untuk memperoleh perikatan dengan lewatnya waktu tertentu dan atau syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang. Sedangkan dalam penentuan berakhirnya perjanjian sewa-menyewa terkait dengan bentuk perjanjian. Perjanjian sewa-menyewa di dalam KUH Perdata dibedakan antara perjanjian sewa-menyewa yang dibuat secara lisan dan tertulis. Berikut ini cara-cara berakhirnya perjanjian sewa-menyewa: Universitas Sumatera Utara 1. Berakhir sesuai dengan batas waktu tertentu yang sudah ditentukan a. Untuk perjanjian sewa-menyewa tertulis diatur di dalam Pasal 1570 KUH Perdata yang berbunyi: “ jika sewa dibuat dengan tulisan, maka sewa tersebut berakhir demi hukum, apabila waktu yang ditentukan telah lampau tanpa diperlukany a suatu pemberitahuan untuk itu”. b. Untuk perjanjian sewa-menyewa lisan diatur dalam Pasal 1571 KUH Perdata yang berbunyi: “jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa tersebut tidak berakhir pada waktu yang tidak ditentukan, melainkan jika pihak lain menyatakan bahwa ia hendak menghentikan sewanya, dengan mengindahkan tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat.” 2. Batas akhir sewa-menyewa tidak ditentukan waktunya. Penghentian atau berakhirnya waktu sewa dalam perjanjian sewa- menyewa seperti ini didasarkan pada pedoman bahwa berakhirnya sewa-menyewa pada saat yang dianggap pantas oleh para pihak. Undang-undang tidak mengatur berakhirnya perjanjian sewa-menyewa tanpa batas waktu, sehingga penghentianya diserahkan pada kesepakatan kedua belah pihak. 46 3. Berakhirnya sewa-menyewa dengan ketentuan khusus a. Berdasarkan permohonan atau pernyataan dari salah satu pihak untuk menghentikan perjanjian sewa-menyewa hanya dapat dilakukan atas persetujuan dua belah pihak yaitu pihak yang menyewakan dengan pihak penyewa. 46 M. Yahya Harahap,Op.cit, hal. 240. Universitas Sumatera Utara Penghentian karena kehendak para pihak ini bisa dilakukan tanpa putusan dari pengadilan. Hal ini diatur di dalam Pasal 1579 KUH Perdata yang menyatakan bahwa pemilik barang tidak dapat menghentikan sewa dengan mengatakan bahwa ia akan mengunakan sendiri barangnya, kecuali apabila waktu membentuk perjanjian sewa-menyewa ini diperbolehkan. b. Dalam putusan pengadilan tentang menghentikan hubungan sewa- menyewa yang dikehendaki oleh salah satu pihak saja, hanya dapat dilakukan dengan putusan pengadilan seperti yang diatur di dalam Pasal 10 ayat 3 PP No. 49 Tahun 1963 jo PP No. 55 Tahun 1981 Tentang Hubungan Sewa Menyewa Perumahan. 4. Benda obyek sewa-menyewa musnah. Hal ini diatur oleh Pasal 1553 KUH Perdata menetapkan bahwa apabila benda sewaan musnah sama sekali bukan karena kesalahan salah satu pihak, maka perjanjian sewa-menyewa gugur demi hukum. Dengan demikian perjanjian berakhir bukan karena kehendak para pihak melainkan karena keadaan memaksa Overmacht. Universitas Sumatera Utara BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PENYEWA RUKO APABILA TERJADI KERUSAKAN PADA SAAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA BERAKHIR

A. Prosedur Perjanjian Sewa Menyewa Ruko yang Terjadi di Antara Para Pihak