Masalah Korupsi Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

1 Masalah Korupsi Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

Grand theory

(teori dasar)

5 a) Teori

atau Freise Ermessen; Discretion of power, dan Good Governance, Teori Penyalahgunaan Wewenang, yang

kewenangan

meliputi

unsur-unsur delik

penyalahgunaan

wewenang, sifat

Desain Analitis penyalahgunaan

wewenang dan

(Kerangka Pemikiran)

melawan hukum;

6 tentang fenomena pengelolaan

Untuk m enjawab persoalan

keuangan Daerah yang

Pisau Analisis Hukum

berimplikasi kepada tindak

Pidana

pidana korupsi

Midle range theory Pelengkap

(teori tengah),

Konseptual

Teori Tindak Pidana, sifat melawan hukum dalam konsep hukum pidana,

Graand Teori

Aspek otonomi daerah, yang di

membahas tentang 9 desentralisasi otonomi daerah,

dalamnya

Teori dan dasar hukum tentang tindak pidana korupsi.

Untuk mencari model baru

pengelolaan keuangan daerah dalam

mengembangkan Good Governance Middle range theory

pada pemerintahan daerah demi terciptanya pelayanan publik yang Fenomena (Aplikasi Teori) korupsi di berbagai

dinamis untuk kesejahteraan daerah. daerah, yang terdiri dari sub pokok bahasan

yakni; menggali akar pundamental terjadinya korupsi di

Dari gambaran / ragaan di atas, dapat dijelaskan bahwa latar belakang yang penulis jelaskan tersebut akhirnya menemukan dua rumusan permasalahan dalam pengelolaan keuangan daerah (di tunjukan oleh gambar panah 2). Kemudian, sebagaimana yang terlihat dalam gambar panah (3), menunjukan terdapat sebuah persoalan dalam pengelolaan keuangan daerah, yang berdimensi korupsi. Untuk mencari persoalan tersebut, di pergunakan desain analitis, yakni yang di tunjukan sebagaimana pada bagan nomor (4)

Grand theory (Teori Dasar), yang penulis gunakan dalam disertasi ini, adalah Teori kewenangan atau Freise Ermessen; Discretion of power, dan Good Governance, kemudian dilanjutkan dengan teori Penyalahgunaan Wewenang, yang meliputi unsur- unsur delik penyalahgunaan wewenang, sifat penyalahgunaan wewenang dan melawan hukum; sebagaimana yang ditunjukan oleh gambar panah nomor (5).

Desain analitis tersebut yang dicantumkan dalam Grand theory (Teori Dasar), penulis pergunakan untuk menjawab persoalan tentang fenomena pengelolaan keuangan Daerah yang berimplikasi kepada korupsi, sebagaimana yang di tunjukan gambar panah nomor (6 & 7). Dalam teori ini juga, penulis melengkapi dengan konsep good governance, teori ini dipergunakan untuk menganalisis maladministrasi Negara.

Sebagai pelengkap teori, penulis menggunakan Midle range theory (Teori Tengah), dalam teori tengah ini penulis menggunakan Teori Tindak Pidana, sifat melawan hukum dalam konsep hukum pidana, Aspek otonomi daerah, yang di dalamnya membahas tentang desentralisasi otonomi daerah, kemudian teoridan dasar hukum tentang tindak pidana korupsi di bahas dalam teori ini; sebagaimana yang ditunjukna oleh gambar panah nomor (8 & 9).

Desain analitis pelengkap tersebut, penulis pergunakan untuk mencari model baru pengelolaan keuangan daerah dalam mengembangkan Good Governance pada pemerintahan daerah demi terciptanya pelayanan publik yang dinamis untuk kesejahteraan daerah, sebagaimana yang ditunjukan oleh gambar panah (Nomor 10).

Kemudian Applied theory (Teori aplikasi) sebagaimana yang ditunjukan oleh gambar panah nomor (11), penulis menggunkan teori tentang fenomena korupsi di berbagai daerah, yang terdiri dari sub pokok bahasan yakni; menggali akar pundamental terjadinya korupsi di daerah, korupsi di daerah terjadi karena kebudayaan dan politik kekuasaan, serta dalam teori tengah ini juga dibahas tentang teori pengawasan dalam pengelolaan keuangan daerah, dan teori motivasi dalam korupsi.

Uraian mengenai kerangka pemikiran tersebut, dapat penulis jelaskan sebagai berikut, dari mulai grand theory; middle theory, sampai kepada Applied theory, penjelasan di bawah ini, merupakan gambaran untuk memahami desain teoritik yang akan

penulis uraikan di dalam Bab II yang berjudul “Penyalahgunaan wewnang dan melawan hukum dalam tindak pidana korupsi”.