Stimulus Nyeri Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Tabel 2.2 Perbedaan nyeri somatik dan viseral Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral Kualitas Menjalar Stimulasi Reaksi otonom Refleks kontraksi otot Superfisial Tajam, menusuk, membakar Tidak Torehan, abrasi terlalu panas dan dingin Tidak Tidak Dalam Tajam, tumpul, nyeri terus Tidak Torehan, panas, iskemia pergeseran tempat Ya Ya Tajam, tumpul, nyeri terus, kejang Ya Distensi, iskemia, spasmus, iritasi kimiawi tidak ada toleran Ya Ya Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ visceral. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberpa jalur saraf Aziz Alimul, 2008.

5. Stimulus Nyeri

Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri pain tolerance, atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri pain tolerance. Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya: 1 Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor. 2 Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri. 3 Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri. 4 Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteria koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat. 5 Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik. Universitas Sumatera Utara

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Karena nyeri merupakan sesutu yang kompleks, banyak factor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu. Hal tersebut dipengaruhi oleh: 1 Usia Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di anatara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Pada lansia yang mengalami nyeri, perlu dilakukan pengkajian, diagnosis dan penatalaksanaan secara agresif. Namun, individu yang berusia lanjut memiliki risiko tinggi mengalami situasi-situasi yang membuat mereka merasakan nyeri Ebersole Hess, 1994 dalam Potter Perry, 2005. 2 Jenis Kelamin Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeriPotter Perry, 2005. 3 Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana beraksi terhadap nyeri Calvillo dan Flaskerud, 1991 dalam Potter Perry. 4 Makna Nyeri Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan tantangan Potter Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara 5 Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun Potter Perry, 2005. 6 Ansietas Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Nyeri yang tidak kunjung hilang seringkali menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian Potter Perry, 2005. 7 Keletihan Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap disbanding pada akhir hari yang melelahkan Potter Perry, 2005. 8 Pengalaman sebelumnya Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka ansietas bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri, dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk menginterpretasikan sensasi nyeri Potter Perry, 2005. 9 Gaya koping Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebgaian maupun keseluruhantotal. Klien seringkali menemukan berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. Penting untuk memahami sumber-sumber koping klien selama ia mengalami nyeri. Sumber- sumber seperti berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan latihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam rencana asuhan Universitas Sumatera Utara keperawatan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu Potter Perry, 2005. 10 Dukungan keluarga dan sosial Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasaskan, kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan Potter Perry, 2005.

7. Pengkajian