Bimbingan dan Konseling Berlandaskan Lintas Budaya
2.4.1 Bimbingan dan Konseling Berlandaskan Lintas Budaya
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah segala sesuatu yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keseninan, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Tylor dalam Soekanto, 2012: 150). Sejalan dengan hal tesebut, budaya atau kebudayaan ( culture ) merupakan keselurahan dari tradisi, kebiasaan, nilai-nilai, norma, bahasa, keyakinan dan berpikir yang terpola Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah segala sesuatu yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keseninan, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Tylor dalam Soekanto, 2012: 150). Sejalan dengan hal tesebut, budaya atau kebudayaan ( culture ) merupakan keselurahan dari tradisi, kebiasaan, nilai-nilai, norma, bahasa, keyakinan dan berpikir yang terpola
Kebudayaan merupakan pola-pola pemikiran serta tindakan tertentu yang terwujud dalam aktivitas, sehingga pada hakekatnya kebudayaan itu sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ashley Motagis, yaitu a way of life , cara hidup tertentu, yang memancarkan identitas tertentu pula pada suatu bangsa. Kebudayaan menurut Syani (dalam Basrowi, 2007: 72) mengandung tiga hal yang penting yakni: (1) kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat dan manusia; (2) kebudayaan diturunkan melalui proses belajar dari setiap individu tentang kehidupan masyarakat; (3) perwujudan dari penyampaian perasaan dan pikiran individu. Kebudayaan dilahirkan untuk mengembangkan kreativitas individu dalam menjawab tantangan dengan tujuan untuk kelangsungan dan kemaslahatan individu guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengacu pada hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan sistem yang meliputi gagasan, sistem nilai, tindakan, dan hasil karya manusia sebagai wujud kedinamisan dalam menjawab tantangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga mampu memberikan identitas pada kelompok masyarakat tertentu dan diwariskan pada setiap individu melalui proses belajar.
Lebih lanjut, setiap kebudayaan yang dimiliki oleh manusia mempunya 7 unsur kebudayaan yang bersifat universal. Koentjaraningrat (dalam Basrowi, 2007:
75) menyatakan ada 7 unsur kebudayaan yang mencakup: (1) bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi,dan (7) kesenian.
Semua unsur di atas merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Singkat kata, kebudayaan sebagai penciptaan dan perkembangan nilai-nilai yang meliputi segala hal yang terkait dengan fisik, personal dan sosial. Artinya, pemikiran manusia yang dinyatakan secara jelas sehingga berbentuk nyata, baik itu sistem ilmu pengetahuan, perundang-undangan maupun sistem kepercayaan, termasuk nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat (Usman, 2009: 65). Pada sisi ini, kebudayaan merupakan rasa, karya, gagasan yang akhirnya dapat diwujudkan dalam wujud kongkret dan lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia, material maupun spiritual.
Kemudian adanya istilah private culture yang oleh Kurt Lewin disimbolkan dengan āIā (the person) dan oleh Carl Rogers disebut sebagai the self , menjelaskan makna bahwa setiap individu memiliki dunia pribadi yang unik, atau pola-pola pribadi yang sangat bersifat pribadi (Supriadi, 2001: 5). Budaya pribadi tersebut bukan dimaksudkan sebagai budaya yang mempengaruhi budaya kolektif atau kelompok, akan tetapi budaya pribadi tersebut merupakan manifestasi atau refleksi diri dari budaya kelompok atau kolektif. Kelompok yang dimaksud ialah kelompok yang terdiri atas: ras, etnik, agama, sekte, pemakai bahasa, hingga kelompok paratai politik, profesi atau kampus dan komunitas lainnya yang memiliki keunikan sendiri dan membentuk subkultur dalam cakupan culture yang lebih luas (Supriadi, 2001: 5).
Penjelasan mengenai lintas budaya dimaksudkan untuk menegaskan adanya saling hubungan antar-budaya yang beragam, lebih dari sebuah keberagaman dari budaya itu sendiri. Bimbingan dan konseling berlandaskan lintas budaya yang Penjelasan mengenai lintas budaya dimaksudkan untuk menegaskan adanya saling hubungan antar-budaya yang beragam, lebih dari sebuah keberagaman dari budaya itu sendiri. Bimbingan dan konseling berlandaskan lintas budaya yang
Merujuk pada uraian di atas, mengerucutkan pada pemahaman bahwa setiap konselor perlu peka budaya agar dapat memberikan pelayanan yang tepat kepada siswa yang dilayaninya. Untuk itu, penelitian ini sangat sesuai dengan konsep di atas karena mencoba mengaitkan budaya khusus Jawa Banyumasan yang berpengaruh pada pembentukan pribadi konselor di wilayah tersebut meskipun tidak lahir di daerah tersebut akan tetapi konselor pendatang pun dapat belajar budaya di daerah tersebut atau yang disebut proses akulturasi budaya.