Teori Belajar

2.1.3.4 Teori Belajar Behavioristik

Teori ini menyebutkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang nampak atau perilaku yang tidak nampak. Perilaku yang nampak misalnya : berfikir, bernalar, dan berkhayal. Perubahan perilaku yang diperoleh dari hasil belajar bersifat permanen; dalam arti bahwa perubahan perilaku akan bertahan dalam waktu yang relatif lama, sehingga pada sewaktu-waktu perilaku itu dapat digunakan untuk merespon stimulus yang sama atau hampir sama.

Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar adalah bahwa hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia, tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa (menarik dan spesifik) sehingga mudah Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar adalah bahwa hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia, tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa (menarik dan spesifik) sehingga mudah

Teori belajar Behavioristik atau tingkah laku menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku sebagai interaksi antara stimulus dan respons. Belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkrit (Suprihatiningrum,2016 : 16).

Penjelasan diatas mengatakan ada beberapa teori pembelajaran yaitu teori kognitivisme, humanistik, konstruktivisme, dan behaviouristik. Tetapi teori yang berkaitan dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah teori kognitivisme dan konstruktivisme. Karena dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak hanya mencangkup teori saja melainkan siswa juga terlatih dalam mentransfer informasi yang kompleks. Teori kognitivisme mendasari penelitian ini karena berdasarkan teori kognitif Piaget, peserta didik usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkrit yaitu antara usia 7-11 tahun, oleh karena iti dalam pembelajaran hendaknya menggunakan benda-benda konkret dan sesuai dengan sistuasi nyata atau pengalaman yang dialami siswa sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diberikan guru. Teori konstruktivisme digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan pengalaman siswa melalui pengetahuan, dalam pembelajaran siswa dituntut untuk memikirkan, menanggapi dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru secara mandiri dengan berpedoman pada materi yang telah didapat sebelumnya.