Analisis Penerimaan Usahatani Padi Sawah

7.4. Analisis Penerimaan Usahatani Padi Sawah

  Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total padi dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Untuk sistem non mina padi, penerimaan yang masuk hanya berupa penerimaan dari produksi padi saja. Namun untuk sistem mina padi penerimaan yang masuk ke keluarga tani berupa penerimaan dari produksi padi sekaligus produksi ikan.

  Pengukuran penerimaan pada penelitian ini didasarkan pada hasil produksi musim tanam pertama (sekitar bulan Januari-April) untuk tahun 2007. Sedangkan biaya dihitung berdasarkan harga yang berlaku dipasar. Pada saat itu daerah penelitian seluruh areal persawahannya terserang hama merah hingga kedesa berikutnya. Penerimaan yang didapat oleh seluruh petani responden saat itu menurun dibandingkan panen-panen sebelumnya. Dalam keadaan ini sistem mina padi penerimaannya akan dibandingkan dengan sistem non mina padi. Penerimaan sistem mina padi terdiri dari dua musim yakni musim tanam rata-rata untuk setiap tahunnya dan untuk satu musim tanam awal tahun 2007. Demikian pula halnya dengan penerimaan sistem non mina padi.

  Kemampuan pestisida kimia saat ini dianggap masih mampu menanggulangi hama dan penyakit pada saat musim tanam tersebut terbukti dengan penurunan produktivitas lahan non mina padi dari 5,72 TonHa menjadi 4,85 TonHa setelah terserang penyakit. Angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan produktivitas padi sekitar 0,50 tonHa pada saat terkena penyakit. Pestisida kimia masih mampu menjaga produktivitas padi mendekati Kemampuan pestisida kimia saat ini dianggap masih mampu menanggulangi hama dan penyakit pada saat musim tanam tersebut terbukti dengan penurunan produktivitas lahan non mina padi dari 5,72 TonHa menjadi 4,85 TonHa setelah terserang penyakit. Angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan produktivitas padi sekitar 0,50 tonHa pada saat terkena penyakit. Pestisida kimia masih mampu menjaga produktivitas padi mendekati

  Penurunan produktivitas mina padi dari 5,63 tonHa menjadi 3,02 tonHa disebabkan oleh dilema yang dihadapi oleh petani mina padi didaerah penelitian. Jika penyemprotan dilakukan secepatnya pada saat padi diketahui telah terserang penyakit atau pada saat penyakit mulai mewabah dari petak yang satu ke petak yang lain, petani enggan untuk langsung menyemprot karena benih ikan belum siap untuk dipanen.

  Penurunan produktivitas mempengaruhi penerimaan secara langsung. Penerimaan mina padi untuk musim tanam rata-rata dari produktivitas padi sebesar Rp 10.142.666,67 turun menjadi Rp 5.434.901,96 untuk rata-rata petani responden. Sedangkan untuk non mina padi penerimaannya turun dari Rp 10.299.468,97 menjadi Rp 8.722.928,21 untuk rata-rata petani responden per hektarnya. Penurunan penerimaan tersebut karena menurunnya produktivitas lahan.

  Untuk sistem non mina padi terjadi penurunan yang cukup besar untuk rata-rata tiap petani yakni sekitar Rp 1.576.540,76. Namun untuk lahan mina padi terjadi penurunan yang lebih drastis yakni sekitar Rp 4.707.764,71 untuk rata-rata tiap petani. Untung saja penurunan penerimaan tersebut dihibur dengan penerimaan ikan sebesar Rp 1.969.858,30. Namun penerimaan dari ikan tidak sebanding dengan penurunan penerimaan dari padi. Untuk itu, ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh petani mina padi meskipun usaha ini tetap menguntungkan.

  Penyemprotan harus dilakukan dengan cara menyurutkan air sawah agar batang bawah yang selama ini terendam dapat tersentuh oleh pestisida kimia dan hama yang berada di air dapat mati. Jika tidak langsung disemprot, hama akan semakin menyebar dan menurunkan produktivitas padi. Petani dalam hal ini harus memilih salah satu alternatif usaha yang harus diselamatkan. Keterlambatan penyemprotan menyebabkan produksi padi di awal tahun 2007 untuk petani mina padi turun drastis.