30 Keuntungan lainnya yang sering disebut-sebut adalah bahwa memang benar error
pada komponen rugi-rugi secara individual tidak begitu mempengaruhi keseluruhan efisiensi. Keuntungannya terutama adalah fakta bahwa ada
kemungkinan koreksi untuk temperatur lingkungan yang berbeda. Biasanya data efisiensi yang disediakan oleh pembuat diukur atau dihitung berdasarkan standar
tertentu.
2.10 DESAIN KELAS MOTOR INDUKSI
Motor asinkron yang sering kita temukan sehari-hari misalnya adalah : kipas angin, mesin pendingin, kereta api listrik gantung, dan lain sebagainya.
Untuk itu perlu diketahui kelas-kelas dari motor tersebut untuk mengetahui unjuk kerja dari motor tersebut. Adapun kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kelas A : Torsi start normal, arus start normal dan slip kecil Tipe ini umumnya memiliki tahanan rotor sangkar yang rendah. Slip pada
beban penuh kecil atau rendah namun efisiensinya tinggi. Torsi maksimum biasanya sekitar 21 dari torsi beban penuh dan slipnya kurang dari 21.
Motor kelas ini berkisar hingga 20 Hp. 2. Kelas B : Torsi start normal, arus start kecil dan slip rendah
Torsi start kelas ini hampir sama dengan kelas A tetapi arus startnya berkisar 75I
fl
. Slip dan efisiensi pada beban penuh juga baik. Kelas ini umumnya berkisar antara 7,5 Hp sampai dengan 200 Hp. Penggunaan
motor ini antara lain : kipas angin, boiler, pompa dan lainnya. 3. Kelas C : Torsi start tinggi dan arus start kecil
Universitas Sumatera Utara
31 Kelas ini memiliki resistansi rotor sangkar yang ganda yang lebih besar
dibandingkan dengan kelas B. Oleh sebab itu dihasilkan torsi start yang lebih tinggi pada arus start yang rendah, namun bekerja pada efisisensi dan
slip yang rendah dibandingkan kelas A dan B. 4. Kelas D : Tosi start tinggi, slip tinggi
Kelas ini biasanya memiliki resistansi rotor sangkar tunggal yang tinggi sehingga dihasilkan torsi start yang tinggi pada arus start yang rendah
Sebagai tambahan pada keempat kelas tersebut diatas, NEMA juga memperkenalkan desain kelas E dan F, yang sering disebut motor induksi soft-
start, namun desain kelas ini sekarang sudah ditinggalkan.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB III PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA
ROTOR BELITAN DENGAN INJEKSI TEGANGAN PADA ROTOR
3.1 UMUM
Motor induksi pada umumnya berputar dengan kecepatan konstan, mendekati kecepatan sinkronnya. Meskipun demikian pada penggunaan tertentu
dikehendaki adanya pengaturan kecepatan. Dibandingkan dengan motor dc, pengaturan kecepatan motor induksi membutuhkan skema yang lebih rumit dan
kompleks. Sebelum adanya peralatan elektronika daya pengaturan motor induksi sangat terbatas, tidak efisien dan memiliki rentang pengaturan yang sempit.
Dengan kemajuan elektronika daya pengaturan motor induksi telah berkembang pesat, motor induksi sudah diinginkan pada aplikasi yang membutuhkan
pengaturan dengan presisi tinggi. Beberapa robot, aktuator telah dilengkapi dengan motor induksi yang beroperasi pada teknik pengaturan yang presisi.
3.2 PRINSIP DASAR PENGATURAN MOTOR INDUKSI
Pengaturan motor induksi memerlukan teknik yang lebih rumit dibandingkan dengan motor dc. Prinsip dasar pengaturan motor induksi dapat
dianalisa dari persamaan karakteristik torsi kecepatan yaitu :
Universitas Sumatera Utara