Keaslian Penelitian Kerangka Teori dan Konsepsional

Memberikan manfaat sebagai bahan informasi dan acuan untuk mahasiswa dan praktisi serta instansi terkait yang diharapkan akan timbul rasa tanggung jawab dan kehati-hatian dalam melakukan pelayanan terhadap tahanan sehingga tidak sampai timbul pelanggaran Hak Asasi Manusia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang ada disekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Khususnya Fakultas Hukum, ternyata belum ditemukan judul mengenai Pelaksanaan Penahanan Dan Pelayanan Tahanan Dalam Kaitannya Dengan Penegakan Hak Asasi Manusia Dirumah Tahanan Negara Studi di Rutan Klas I Medan . Dari beberapa judul tesis yang ada seperti “ Pelaksanaan Perlindungan Hak-Hak Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan. Kemudian “ Perananan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Penegakan Hukum dan Perlindungan Terhadap Hak Asasi Tahanan dan Narapidana”. Penulis ketahui bahwa topik dan permasalahannya sangat berbeda dengan judul tesis yang penulis angkat. Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa judul tesis ini dan permasalahan yang diajukan belum pernah diteliti dan dibahas, sehingga dapat dikatakan asli.

F. Kerangka Teori dan Konsepsional

1. Kerangka Teori Pengertian yang sederhana penahanan merupakan tindakan menghentikan kemerdekaan seseorang, sedangkan kemerdekaan itu adalah hak Universitas Sumatera Utara asasi manusia ; KUHAP merupakan undang-undang hukum acara pidana yang sangat menjunjung tinggi martabat dan harkat manusia, karena itu KUHAP memberikan pembatasan waktu lamanya penahanan dapat dilakukan, dan jika batas waktu itu dilampaui maka pejabat yang melakukan penahanan harus sudah mengeluarkan tersangka atau terdakwa dari rumah tahanan negara demi hukum. 15 Landasan penahanan meliputi dasar hukum, keadaan, serta syarat- syarat yang memberi kemungkinan melakukan tindakan penahanan antara yang satu dengan yang lain dari dasar tersebut, saling menopang kepada unsur yang lain. Sehingga kalau salah satu unsur tidak ada, tindakan penahanan kurang memenuhi asas legalitas meskipun tidak sampai di kualifikasi sebagai tindakan yang tidak sah Ilegal. Misalnya yang terpenuhi hanya unsur landasan hukum atau yang sering juga dinamakan landasan unsur objektif, tetapi tidak didukung unsur keperluan atau yang disebut unsur subjektif, serta tidak dikuatkan unsur syarat-syarat yang ditentukan undang-undang, penahanan yang seperti itu lebih bernuansa “ Kejaliman “ dan kurang berdimensi relevansi dan urgensi. 16 Perintah penahanan terhadap tersangkaterdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana, selain didasarkan pada bukti alat bukti yang sah yang 15 Martiman Prodjohamidjojo, SH , Penangkapan dan Penahanan, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984 hal. 18 16 M. Yahya Harahap, SH. , Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta : Sinar Grafika , 2009 hal. 165 Universitas Sumatera Utara cukup, harus didasarkan pula pada persyaratan lain sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam KUHAP, yaitu : 17 − Dasar Hukum Dasar Objektif Tindakan penahanan yang dapat dikenakan terhadap tersangka terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih, atau tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 21 ayat 4 huruf b KUHAP. Berdasarkan ketentuan tersebut maka tidak setiap tersangkaterdakwa yang melakukan tindak pidana yang dilakukan tersebut diluar ketentuan pasal 21 ayat 4 KUHAP. − Dasar Kepentingan Dasar Subjektif Berdasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku sebagai dasar objektif, maka tindakan penahanan terhadap tersangkaterdakwa juga didasarkan pada kepentingan keperluan yaitu untuk kepentingan penyidikan, untuk kepentingan penuntutan dan untuk kepentingan pemeriksaan disidang pengadilan pasal 20 KUHP, serta didasarkan pula pada keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangkaterdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau mengulangi tindak pidana pasal 21 ayat 1 KUHAP. 17 Dr. H.M.A. Kuffal, SH. , Penerapan KUHAP dalam Praktek Hukum, Malang : UMM Press, 2004 hal. 71 - 72 Universitas Sumatera Utara Penahanan atas diri pelaku tindak pidana pada dasarnya merupakan suatu perampasan hak untuk hidup secara bebas yang dimiliki oleh seseorang. Setiap penahanan dilaksanakan berdasarkan asas praduga tak bersalah, yang secara tegas dinyatakan dalam undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Penempatan tahanan di Rutancabang Rutan atau Lapascabang lapas ditempat tertentu merupakan rangkaian proses pemidanaan yang diawali dengan proses penyidikan, seterusnya dilanjutkan dengan proses penuntutan dan pemeriksaan perkara disidang pengadilan serta pelaksanaan putusan pengadilan di Lembaga Pemasyarakatan. Proses pemidanaan tersebut dilaksanakan secara terpadu dalam Integrated Criminal Justice System. Perawatan tahanan di Rutancabang Rutan atau Lapascabang Lapas atau ditempat tertentu bertujuan antara lain untuk : 18 1. Memperlancar proses pemeriksaan baik pada tahap penyidikan maupun pada tahap peruntutan dan pemeriksaan dimuka pengadilan. 2. Melindungi kepentingan masyarakat dari pengulangan tindak kejahatan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana yang bersangkutan, atau 3. Melindungi si pelaku tindak pidana dari ancaman yang mungkin akan dilakukan oleh keluarga korban atau kelompok tertentu yang terkait dengan tindak pidana yang dilakukan. Hak tahanan yang diatur dalam peraturan pemerintah ini ditekankan pada hak kodrati yang dimiliki oleh setiap orang dan pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan statusnya sebagai tahanan dan satu-satu hak yang hilang adalah hak untuk hidup bebas. Oleh karena itu perawatan tahanan harus 18 Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 1999, Tentang Syarat-syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan. Universitas Sumatera Utara dilakukan sesuai dengan program perawatan tahanan dengan memperhatikan tingkat proses pemeriksaan perkara. Kewajiban tahanan untuk secara tertib mengikuti program-program perawatan adalah bersifat fakultatif yang tidak bersifat memaksa. Kewajiban tersebut semata-mata untuk memberikan manfaat yang menguntungkan bagi dirinya dengan mengikuti berbagai kegiatan sehingga perasaan stres, bosan dan putus asa dapat dilalui secara baik. Darwan Prinst 19 Berkenaan dengan hak asasi manusia, praduga tak bersalah diprioritaskan sebagai langkah awal bagi semua standar dibidang penahanan praajudikasi. Orang-orang yang belum dihukum atas kejahatan yang dituduhkan dijamin hak nya atas perlakuan yang berbeda sesuai dengan status mereka sebagai orang-orang yang belum dihukum oleh pasal 10 2 a , mengemukakan hak-hak tersangkaterdakwa yang diatur dalam KUHAP, sebagai upaya untuk melindungi hak asasi manusia, akan tetapi oleh karena perumusannya lemah seringkali hal ini menjadi nihil. Oleh karena itu ada kemungkinan bahwa KUHP harus direvisi untuk tidak memberi peluang atas pelanggaran hak-hak tersangka terdakwa. Namun demikian sebagaimana bagusnya suatu undang-undang pelaksanaanya tetap ditentukan oleh kualitas, moral dan etika para pelaksananya. Sebagaimana diungkapkan adanya peraturan yang baik dengan pelaksanaan yang tidak baik maka akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. 19 Darwan Prinst, Hukum Acara Pidanan dalam Praktik, Jakarta : Djambatan, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum, 1998 hal. 5 Universitas Sumatera Utara Kovenan tentang hak-hak sipil dan politik. Interprestasi komite hak asasi manusia berkomentar bahwa berdasarkan praduga tak bersalah beban pembuktian mengenai tuduhan ada pada penuntut umum dan tertuduh harus diragukan kesalahannya, sampai dengan dapat dibuktikan tuduhan tanpa keraguan yang mendasar. Salah satu artikel dari Suterland “Detention Before Trial” tentang alternatif institusi penahanan masa kini ada menyebutkan bahwa 20 “Persons a waiting from should be separated from convicted criminals, ordinanly authorities believe that this could be best accomplished by maintainingconvicted prisoners in one institution and detained person in another”. “Bahwa orang-orang yang menunggu proses pemeriksaan pengadilan seharusnya ditempatkan terpisah dari pelaku kriminal yang sudah dihukum. Bahwa tiap pemerintah harusnya mempercayai hal ini dilakukan sebaik mungkin untuk menempatkan para napi dalam satu institusi dan orang tahanan pada institusi yang lain”. Orang-orang terpenjara adalah sekalian orang-orang yang dimasukkan dalam penjara atas dasar suatu surat perintah yang sah dari yang berwajib polisi, jaksa, hakim dan untuk golongan ini sering disebut sebagai “Penghuni” , sedangkan orang-orang tahanan adalah mereka yang ditahan oleh karena tuduhandisangka melanggar hukum dan ditempatkan dalam “Penjara” sambil menunggu proses persidangan. Pembahasan teori labeling menekankan pada dua hal yaitu : 20 Sutherland, Donald EH, R. Cressey, Praciple of Criminology, Smith Edition, New York : JB Liponcot Company, 1960 hal. 370 Universitas Sumatera Utara 1. Menjelaskan permasalahan mengapa dan bagaimana orang- orang tertentu diberi label, dan pengaruh serta efek dari label tersebut sebagai suatu konsekuensi dari perbuatan yang telah dilakukannya. 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah dengan adanya label akan menimbulkan perhatian masyarakat disekitarnya memperhatikannya secara terus menerus yang akhirnya orang yang terlabel tersebut akan menjalani stigma pemberian masyarakat. Citra punitif atau gambaran suatu penderitaan orang terpenjara ini diuraikan oleh Gresham M. Sykes dalam artikelnya sebagai berikut : 21 1. Loss of Liberty hilang kemerdekaan bergerak, kesakitan ini dirasakan sebagai tutupnya kemungkinan yang tidak hanya untuk bebas karena dikurung dalam penjara, akan tetapi secara moril dan spiritual juga tidak bebas. 2. Loss of Autonomi, kesakitan yang dirasakan sebagai kehilangan hak untuk mengatur diri sendiri, karena harus tunduk pada peraturan-peraturan yang berlaku. Akibatnya adalah orang akan menjadi kehilangan kepribadian. 3. Loss of Goods and Services, yaitu hilangnya hak untuk memiliki barang-barang pribadi dan kebiasaan untuk dilayani. 4. Loss of Heteroseksual, adalah kehilangan hubungan dengan lawan jenis, karena tidak memungkinkan untuk menyalurkan hasrat biologisnya. Sebagai akibat dari itu sering timbul perbuatan homo seksual atau lesbian. 5. Loss of Security, dimaksudkan sebagai hilangnya rasa aman. Kesakitan ini dirasakan sebagai kekhawatiran dan kecemasan terhadap sesama orang tahanan, karena keterasingan rasa curiga dengan orang yang baru dikenal. Irwin dan Cressey mengemukakan adanya “Subcultures” yang 21 Sir Lem Radzinowicz and Marville R. Cressey, Principle of Criminology, Opcit, hal. 77 Universitas Sumatera Utara berbeda dalam kehidupan di balik tembok penjara, yang pertama, disebut sebagai “Convict Subcultures” 22 Asas equality before the law yang mengandung pengertian bahwa setiap orang sama dan sejajar di mata hukum tanpa memperdulikan status sosial, profesi atau segala hal lain yang melekat dalam diri orang ketika orang itu melakukan suatu kejahatan pada praktik penegakan hukumnya sungguh sulit diwujudkan. Asas equal treatment yakni perlakuan ketentuan hukum yang sama terhadap setiap orang yang melakukan kejahatan dan tidak memberikan peluang kemudahan terhadap orang yang lain dengan alasan-alasan yang tidak patut dan tidak logis, juga pada praktiknya tidak semudah kita mengucapkan. Dan asas presumtion of innocent yang menjadi prinsipnya dalam penegakan hukum acara pidana yang pada prinsipnya adalah penghormatan terhadap hak asasi tersangkaterdakwaterpidana tanpa mengenyampingkan proses penegakan hukum semestinya dan berbagai aspek konsekuensi logisnya, pada praktiknya menjadi alat pertahanan buat pejabat pelaku kejahatan untuk menghindari proses tindakan-tindakan hukum seperti penahanan yang sah di mata hukum dan tindakan defensif ketika rakyat menggugat posisi status sosialnya. Kondisi dimana ketika penegakan hukum pidana berjalan terhadap suatu kejahatan namun tidak menghasilkan efektivikasi hukum pidana atau tidak menghadirkan efek keadilan didalam masyarakat maka hukum dan 22 Soerjono Soekanto, Opcit, hal. 135 Universitas Sumatera Utara penegakannya yang setengah hati itu justru merupakan pintu masuk entry point bagi lahirnya delegitimasi negara. Pada akhirnya kita akan melihat hancurnya kekuasaan negara atau kekuasaan yang memerintah berlangsung akibat tekanan-tekanan yang saling bersaing kontradiksi yang tanpa sadar diciptakan negara itu sendiri. Pada titik ini bukan saja pantas masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya kembali menggunakan cara- cara hukum rimba untuk menyelesaikan persoalan kejahatan disekelilingnya. Bila ini meluas maka praktik seperti penyerangan suatu kelompok masyarakat kepada kelompok masyarakat lainnya, aksi premanisme oleh sekelompok orang, pola kriminalitas sadis dikota-kota besar, konflik dan curiga yang berkepanjangan dibeberapa daerah sampai aksi pemboman dilokasi tertentu adalah benih fasisme yang sadar tidak sadar telah disemai oleh negara. Banyak orang menggugat nilai keadilan yang dihasilkan dari penegakan hukum dan penjatuhan sanksi secara individual yang kadang melebihi suatu ukuran nilai kemanusiaan yang beradap karena hanya bersandar pada prinsip pembalasan. Orang juga mempertanyakan nilai keadilan yang diciptakan oleh negara melalui aparat penegak hukumnya yang bukan saja gagal memenuhi prinsip pembalasan yang mengandung sifat nestapa terhadap pelaku kejahatan tapi juga gagal mencapai prinsip prevensi umum yakni menakut-nakuti orang untuk tidak berbuat jahat dan menjadikan masyarakat pada umumnya taat pada hukum. Universitas Sumatera Utara Keadilan sebagai orientasi substansial dari hukum pada akhirnya berubah menjadi ketidakadilan justru oleh hukum itu sendiri ketika hukum masuk pada bagian yang sifatnya prosedural. Bagian dimana hukum diasumsikan suka hati bukan lagi dalam konteks diskresi yang bersifat kepatutan oleh masing-masing penegak hukumnya. 2. Kerangka Konsepsional Kerangka konsepsional adalah kumpulan dari berbagai teori yang dihubungan satu sama lain untuk dapat memberikan suatu gambaran atas suatu fenomena. 23 a. Pelayanan adalah suatu bentuk perbuatan yang membuat seseorang merasa aman dan terlindungi dari segala pengaruh dari luar yang membuatnya tidak aman. Kerangka konsep sehubungan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : b. Penegakan adalah membuat segala sesuatu menjadi adil c. RUTAN adalah Rumah Tahanan Negara dimana ini merupakan tempat warga binaan yang harus mendapatkan binaan atau dengan kata lain hukuman dari perbuatan pidana yang telah dilakukannya.

G. Metode Penelitian