PERKEMBANGAN AGAMA KATOLIK DI KABUPATEN TAPANULI UTARA.

PERKEMBANGAN AGAMA KATOLIK DI KABUPATEN
TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ELWI A A SIMBOLON
NIM. 3133121017

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017

ABSTRAK

Elwi A A Simbolon. NIM 3133121017. Perkembangan Agama Katolik di

Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas
Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (a) Kepercayaan masyarakat
Kabupaten Tapanuli Utara sebelum masuknya agama Katolik khususnya di
Kecamatan Siborongborong (b) Sejarah masuknya agama Katolik di Kabupaten
Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong, dan (c) Perkembangan
agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan
Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Sipahutar, dan Kecamatan
Muara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan metode pengumpulan data field research (penelitian lapangan)
yaitu terjun langsung ke lapangan dan memperoleh data melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi. Metode lainnya adalah studi kepustakaan (library
research) dengan mengumpulkan buku-buku, arsip dan dokumen. Dari penelitian
yang dilakukan dapat diketahui bahwa kepercayaan masyarakat Tapanuli Utara
khususnya di Siborongborong adalah hasipelebeguon serta percaya kepada Debata
Mulajadi Nabolon (Parmalim). Zending Protestan masuk dan menjadi dominan di
Siborongborong. Agama Katolik masuk ke Tapanuli Utara tahun 1934 dan ke
Siborongborong tahun 1936. Pada masa kolonial, berdiri stasi (gereja) di
Sitabotabo (1936). Pada masa kemerdekaan, berdiri stasi Dolok Bintatar (1953),
Hutabulu (1958), dan Pangambatan (1959). Pada masa orde lama, berdiri stasi di

Lobu Siregar (1962). Pada masa orde baru, berdiri stasi Bahal Batu (1966), Buhit
Nangge (1968), Hariara Silaban (1975), Purba Sinomba (1994), dan stasi pusat
Siborongborong (1971). Pada masa reformasi, didirikan Paroki St. Kristoforus
Siborongborong (2012) terdiri dari 23 stasi yang tersebar di Kecamatan
Siborongborong, Pagaran, Sipahutar, dan Muara. Perkembangan dalam bidang
pendidikan ditandai dengan berdirinya TK (1996), SD (1997), dan SMP (2008).
Dalam bidang kesehatan didirikan klinik (1996). Sikap masyarakat penganut
agama Katolik terhadap adat istiadat seperti pernikahan, pemakaman dan
mangokal holi sangat positif.

Kata Kunci : Perkembangan, Agama Katolik, Kecamatan Siborongborong

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
kasih dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skipsi ini dengan judul: “Perkembangan Agama Katolik di Kabupaten Tapanuli
Utara”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Medan.
Dalam melaksanakan penelitian maupun penulisan ini, penulis banyak
mendapatkan dukungan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan

2.

Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3.

Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

4.

Bapak


Syahrul Nizar Saragih, M. Hum, M.A selaku sekretaris Jurusan

Pendidikan Sejarah
5.

Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, masukan, arahan serta petunjuk dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas
semua kebaikan Ibu.

6.

Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen
penguji utama yang banyak memberikan masukan dan saran terhadap
penulisan skripsi ini sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

ii

7.


Bapak Tappil Rambe, S.Pd, M.Si selaku dosen pengajar dan penguji bebas
yang telah memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.

8.

Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M. Pd selaku dosen penguji bebas yang telah
memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

9.

Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Sejarah serta administrasi di Jurusan
Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan yang telah berbagi ilmu
melalui proses belajar mengajar selama beberapa tahun ini. Penulis ucapkan
banyak terima kasih atas bimbingan bapak dan ibu dosen.

10. Terkhususnya untuk kedua orang tua, Ayah Jaten Simbolon dan ibu Romeo
Sardenta Situmorang yang tercinta. Terima kasih atas doa, harapan,
dukungan, semangat, bimbingan, biaya, dan kasih sayang yang diberikan
kepada penulis selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan

mendapat gelar sarjana pendidikan.
11. Buat saudara/i ku tersayang Andri Simbolon, Sandro Simbolon, Lusi
Simbolon, Yianti Simbolon, Angelina Simbolon, Fernando Simbolon,
Theodora

Simbolon,

Isabella

Simbolon,

dan

Febinawaty Simbolon

terimakasih atas dukungan, bantuan dan semangat yang telah diberikan.
Terkhusus untuk itoku Andri Simbolon dan Sandro Simbolon, dan anggiku
Lusi Simbolon serta Yianti Simbolon yang senantiasa menemani penulis
selama penelitian untuk penulisan skripsi ini.
12. Ibu Ruliana Sinaga, Bapak Rapilo Lumbantoruan, Pastor Yanto Laung, SVD,

Suster Katarina Lumbantoruan, KSFL dan Suster Rufina Simamora, KSFL
yang merupakan narasumber-narasumber dalam skripsi penulis.

iii

13. Buat teman-teman penulis selama kuliah, teman-temanku Yosep Zebua, Lia
Santika Hutasoit, Lestari Hasimpulan Sianipar, Melindayani Silaban, Abet
Nego Silaen, Adelina Simanjuntak dan Sutra Sihite serta teman-teman
Pendidikan Sejarah stambuk 2013 khususnya Kelas A Reguler seluruhnya.
Terimakasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.
14. Buat teman-teman PPL “Gapura, Gabungan Guru PPL Imut dan Ramah”
2016 di SMP Negeri 35 Medan. Semua kebersamaan dalam suka dan duka
kita selama masa PPL di SMP Negeri 35 akan menjadi kenangan tak
terlupakan seumur hidupku. Salam sukses untuk kita semua.
15. Kantor

BPS

Kabupaten


Tapanuli

Utara

dan

Kantor

Kecamatan

Siborongborong yang telah memberikan informasi yang penulis perlukan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk memberikan hasil yang terbaik. Namun, sebagai manusia biasa yang
memiliki keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
menerima masukan berupa saran serta kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.
Medan, 11 Desember 2016
Penulis,


Elwi A A Simbolon
NIM. 3133121017

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ......................................................................... 6
1.3. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
1.4. Tujuan Penelitian.............................................................................. 7
1.5. Manfaat Penelitian............................................................................ 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
2.1. Kajian Pustaka .................................................................................. 9
2.2. Kerangka Teori ............................................................................... 12
2.2.1. Teori Adaptasi ...................................................................... 12
2.3. Kerangka Konseptual ..................................................................... 14
2.3.1. Konsep Perkembangan Agama ............................................ 14
2.3.2. Konsep Agama Katolik ........................................................ 16
2.3.3. Sekilas Tentang Kabupaten Tapanuli Utara ......................... 17
2.4. Kerangka Berpikir .......................................................................... 20

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian ........................................................................... 23
3.2. Lokasi Penelitian ............................................................................ 23
3.3. Sumber Data ................................................................................... 24
3.3.1. Sumber Primer...................................................................... 24
3.3.2. Sumber Sekunder ................................................................. 24
3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 25
3.4.1. Wawancara ........................................................................... 25

3.4.2. Observasi .............................................................................. 26
3.4.3. Dokumentasi......................................................................... 26
3.5. Teknik Analisis Data ..................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian.............................................. 28
4.1.1. Sejarah Tapanuli Utara ......................................................... 28
4.1.2. Keadaan Geografis Kabupaten Tapanuli Utara .................... 32
4.1.3. Keadaan Demografi Kabupaten Tapanuli Utara .................. 34
4.2. Kepercayaan Masyarakat Tapanuli Utara Sebelum
Masuknya Agama Katolik ............................................................. 39
4.3. Sejarah Masuknya Agama Katolik di Kabupaten
Tapanuli Utara ............................................................................... 40
4.4. Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik
di Kecamatan Siborongborong ....................................................... 48
4.4.1. Pada Masa Kolonial.............................................................. 48

vi

4.4.2. Pada Masa Kemerdekaan ..................................................... 53
4.4.3. Pada Masa Orde Lama ......................................................... 59
4.4.4. Pada Masa Orde Baru ........................................................... 60
4.4.5. Pada Masa Reformasi ........................................................... 62
4.5. Perkembangan Jumlah Gereja Katolik Di Kabupaten
Tapanuli Utara ............................................................................... 71
4.6. Perkembangan Agama Katolik Dalam Bidang
Pendidikan Di Kecamatan Siborongborong................................... 88
4.7. Perkembangan Agama Katolik Dalam Bidang
Kesehatan Di Kecamatan Siborongborong .................................... 91
4.8. Perkembangan Agama Katolik Dalam Adat
Istiadat Di Kecamatan Siborongborong ......................................... 93
4.8.1. Adat Pernikahan ................................................................... 93
4.8.2. Adat Orang Meninggal/Pemakaman .................................... 94
4.8.3. Adat Mangokal Holi ............................................................. 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 98
5.2. Saran ........................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Luas wilayah Kecamatan Siborongborong
menurut Desa/Kelurahan ............................................................. 33
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Siborongborong
menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Kelamin tahun 2015 ........ 35
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Desa/Kelurahan tahun 2015 ......................................................... 36
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Kecamatan Siborongborong
Berdasarkan Penganut Agama tahun 2015 ................................ 37
Tabel 4.5. Jumlah Rumah Ibadah Menurut Desa/Kelurahan
dan Jenis Rumah Ibadah tahun 2015 .......................................... 38
Tabel 4.6. Data Perkembangan stasi/gereja dan Jumlah
dari Setiap Periode di Kecamatan Siborongborong .................. 68
Tabel 4.7. Data Umat Paroki St. Kristoforus tahun 2012 dan 2015 ........... 69

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Pedoman Wawancara ........................................................ 103
Lampiran II. Daftar Narasumber ............................................................ 104
Lampiran III. Peta Lokasi Penelitian ....................................................... 105
Lampiran IV. Dokumentasi Penelitian ..................................................... 107

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan realitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
yang didalamnya terdapat aturan atau tatacara hidup manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan dan sesamanya. Hal ini menjadikan agama sangat penting dalam
kehidupan manusia karena didalamnya terdapat nilai-nilai yang dapat mengatur
kehidupan manusia.
Berbicara mengenai agama, sebagaimana dalam penjelasan pasal 1 UU
No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan
Agama dikatakan bahwa terdapat enam agama yang dianut oleh penduduk di
Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Cu (Confusius).
Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat empat agama yaitu Islam, Kristen dan
Katolik dan Budha.
Sejarah mencatat bahwa sebelum ke-Kristenan menjamah Tanah Batak
termasuk

di

Kabupaten

Tapanuli

Utara

khususnya

daerah

Kecamatan

Siborongborong hidup dalam kepercayaan animisme dan dinamisme dengan ritual
penyembahan berhala hasipelebeguon. Sungguh suatu kehidupan yang diliputi
kegelapan ditambah sering terjadinya permusuhan antar kampung dalam rangka
memperoleh status hasangapon (kehormatan) dan kekuasaan atas sumberdaya
ekonomi khususnya tanah hamoraon (kekayaan). Konflik itu tak jarang
mengandalkan

kekuatan magis

(hadatuon)
1

yang kerap

berakibat pada

pembunuhan dan terjadi saling balas dendam secara turun temurun. Meskipun
pada awal proses ke-Kristenan di Tanah Batak penuh dengan tantangan dan
pergumulan, namun yang pasti bahwa ke-Kristenan telah membawa Tanah Batak
menuju terang. Lumban Gaol (2011:xxxi).
Sejak misionaris Kapusin masuk Sumatera tahun 1911, kelompokkelompok orang Batak telah menyatakan keinginannya untuk masuk agama
Katolik. Surat-surat maupun utusan-utusan dari berbagai tempat tidak hentihentinya mendatangi pastor. Antara tahun 1922-1924 ada lebih dari selusinan
permohonan yang dikirim ke Prefek Misi Katolik yang baru di Padang. Hampir
semua permohonan berasal dari satu marga dan kebanyakan berasal dari Tarutung
dan Sipirok. Beberapa ditandatangani oleh 40-50 kepala keluarga. Permohonan itu
ditulis diatas kertas bermeterai dengan menggunakan bahasa Batak modern
bergaya formal. Steenbrink (2006:561). Tetapi ada kesulitan untuk masuk daerah
Batak karena ada larangan dari Pemerintah kolonial Hindia Belanda yang tertuang
dalam Buku Hukum pasal 123 (pasal 177) yang menyatakan larangan adanya
dobel-zending dilarang (dua Misi sekaligus, yaitu Misi Katolik dan Zending
Protestan pada daerah yang sama). Datubara (2008:20)
Menunggu izin masuk Tapanuli, para misionaris secara khusus
memperhatikan orang-orang Batak di kota. Sejak tahun 1926, banyak orang Batak
yang pindah ke Medan, masuk gereja Katolik dan menyekolahkan anak-anak
mereka di sekolah Katolik yang dikelola langsung oleh biarawan-biarawati.
Sekolah ini sangat menarik untuk orang Batak karena terbukti sangat berkualitas.
Melihat pengabdian biarawan-biarawati serta teladan dan keramah-tamahan para

2

pastor Kapusin, permintaan orang Batak untuk menjadi Katolik dan mendirikan
sekolah di daerah mereka semakin banyak hingga permintaan terus datang, maka
diuruslah izin di Jakarta supaya bisa berkarya di Tanah Batak.
Akhirnya pada tanggal 8 Desember 1928 diberikan izin membuka sebuah
tempat pemeliharaan rohani Katolik di Sibolga. Pusat misi untuk daerah Batak
seluruhnya berada di Balige dan selanjutnya akan bersinar di atas Tanah Toba,
Samosir, Dataran Tinggi Toba, Habinsaran, dan seterusnya. Datubara (2008:24)
Pada akhir tahun 1934, sekelompok anggota Ordo Kapusin mulai bergerak dari
kota Balige dengan semangat misioner yang mengagumkan. Dalam waktu yang
relatif singkat, para misionaris yang semuanya masih muda berhasil menanam
Gereja Katolik di banyak pelosok di seantero Tapanuli sampai bala tentara Jepang
pada tahun 1942 merebut Hindia Belanda dan memenjarakan semua misionaris.
Ternyata, karya menanam R.K. begitu Gereja Katolik biasanya disebut di
Sumatera Utara: Rom Katolik ditengah suku Batak, yang mayoritas sudah kurang
lebih di-Kristenkan oleh HKBP, dapat dilaksanakan oleh para misionsaris hanya
selama delapan tahun. Kurris (2010:10).
Pada tahun 1936 misionaris mulai berkarya di Lintongnihuta dan pada
tanggal 11 Februari 1937 stasi Lintongnihuta sudah didirikan. Dari tempat inilah
didirikan stasi-stasi baru di Tarutung, Doloksanggul, Siborongborong, dan tempat
terakhir didirikan adalah Pakkat. Stasi yang dimaksud adalah istilah kewilayahan
dalam gereja Katolik dan berada dalam naungan paroki serta memiliki gereja.
Siborongborong merupakan jalan utama ke arah Tarutung dan Balige serta
Lintongnihuta maka tidak heran jika Pastor van Biggelaar mengusulkan untuk

3

membuka stasi di Siborongborong. Namun gagasan itu tidak disetujui dan lebih
memilih Lintongnihuta yang letaknya lebih terpencil agar dapat menghindari
kemungkinan terjadinya pertentangan antara Misi dan Zending mengingat
Tarutung merupakan pusat Huria Kristen Batak Protestan saat itu. Kurris
(2010:86-87).
Perkembangan agama Katolik pada masa kolonial yang dimulai dengan
masuknya agama Katolik di Balige pada tahun 1934. Balige sebagai pusat misi di
Tanah Batak telah membawa banyak perubahan, berangsur-angsur salah satunya
berkat usaha agama Katolik menyebarkan ajaran-ajarannya, animisme perlahanlahan semakin ditinggalkan. Misionaris berusaha memberantas kebiasaankebiasaan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran agama Katolik seperti
pemujaan kepada arwah nenek moyang, magis dan lain-lain. Pada masa
penjajahan Jepang seluruh karya misi dilumpuhkan dan para misionaris dibawa ke
kamp-kamp tawanan. Maka karya misi dilanjutkan oleh para orang-orang pribumi
yang diberikan tanggung jawab oleh para misionaris.
Kemudian sesudah penjajahan Jepang dan pergolakan kemerdekaan para
misionaris Kapusin melanjutkan karya mereka. Perkembangan mulai tampak dari
segi jumlah umat dan jumlah gereja. Penambahan jumlah gereja ditandai dengan
didirikannya stasi-stasi untuk menampung umat Katolik yang semakin bertambah.
Kemudian pada masa orde lama dan orde baru juga tampak dengan bertambahnya
stasi-stasi dan sekolah-sekolah berbasis agama Katolik. Dibidang kesehatan juga
tampak dengan didirikannya klinik kesehatan. Pada masa reformasi berdirilah
paroki

di

Kecamatan

Siborongborong

4

yaitu

Paroki

St.

Kristoforus

Siborongborong pada tanggal 15 Desember 2012 yang terdiri dari 23 stasi dimana
stasi-stasi yang termasuk dalam paroki ini bukan hanya di wilayah Kecamatan
Siborongborong saja namun mencakup tiga kecamatan lainnya yaitu Kecamatan
Pagaran, Kecamatan Sipahutar, dan Kecamatan Muara. Paroki St. Kristoforus
Siborongborong inilah yang menjadi pusat untuk stasi-stasi yang menjadi bagian
dari paroki yang berasal dari 3 kecamatan diluar Kecamatan Siborongborong
tersebut.
Pelayanan yang diberikan oleh para biarawan-biarawati yang turut terjun
juga baik sebagai tenaga pengajar dan tenaga kesehatan yang berkualitas
menjadikan agama Katolik sangat berkembang di daerah ini. Bahkan yang tidak
beragama Katolik juga tertarik untuk bisa belajar di sekolah-sekolah berbasis
agama Katolik tersebut. Kemudian sikap positif dari Gereja Katolik terhadap
kebudayaan Batak seperti gondang, seruling, kemenyan, air suci asal dibersihkan
dari unsur-unsur magis yang tidak sesuai ajaran agama Katolik boleh digunakan
dalam ibadat maupun dalam bangunan. Kurris (2010:47).
Hal ini semakin menarik perhatian masyarakat Batak di

Kabupaten

Tapanuli Utara termasuk di Siborongborong terhadap agama Katolik bahkan yang
sudah menganut agama Kristen Protestan beralih menjadi umat agama Katolik
sehingga agama Katolik semakin berkembang di Kabupaten Tapanuli Utara
termasuk Kecamatan Siborongborong khususnya. Hal inilah yang melatar
belakangi saya untuk menulis tentang “Perkembangan Agama Katolik di
Kabupaten Tapanuli Utara”

5

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di
Kecamatan Siborongborong sebelum masuknya agama Katolik
2. Sejarah masuknya agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya
di Kecamatan Siborongborong
3. Pendekatan yang dilakukan oleh para misionaris dalam penyebaran agama
Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara
4. Perkembangan agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya
Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Sipahutar,
dan Kecamatan Muara

1.3. Pembatasan Masalah
Karena terlalu luasnya masalah yang teridentifikasi dan untuk memberi
arah yang jelas dalam proses penelitian, maka dalam hal ini perlu dilakukan
batasan terhadap penelitian yaitu:
1. Kepercayaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di
Kecamatan Siborongborong sebelum masuknya agama Katolik
2. Sejarah masuknya agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya
di Kecamatan Siborongborong

6

3. Perkembangan agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya
Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Sipahutar,
dan Kecamatan Muara

1.4. Perumusan Masalah
Untuk lebih mendekatkan tujuan dan mempermudah pembahasan maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kepercayaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara khususnya
di Kecamatan Siborongborong sebelum masuknya agama Katolik?
2. Bagaimana sejarah masuknya agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara
khususnya di Kecamatan Siborongborong?
3. Bagaimana perkembangan agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara
khususnya Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan
Sipahutar, dan Kecamatan Muara?

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kepercayaan masyarakat Kabupaten
Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong sebelum
masuknya agama Katolik
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah masuknya agama Katolik di
Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong

7

3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan agama Katolik di Kabupaten
Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong, Kecamatan
Pagaran, Kecamatan Sipahutar, dan Kecamatan Muara

1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Menambah wawasan tentang bagaimana perkembangan agama Katolik di
Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong
2. Menjadi referensi bagi guru untuk bahan mengajar tentang sejarah lokal
khususnya mengenai perkembangan agama
3. Memperkaya informasi bagi masyarakat agar mengetahui tentang
perkembangan agama Katolik di Kecamatan Siborongborong
4. Bahan masukan bagi peneliti atau penulis lain yang bermaksud melakukan
penelitian atau penulisan karya ilmiah pada permasalahan yang relevan.
5. Hasil penelitian ini menjadi gambaran untuk menambah pembendaharaan
karya ilmiah bagi Lembaga Pendidikan, khususnya UNIMED

8

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada
bab ini dapat disimpulkan bahwa Perkembangan Agama Katolik di Kabupaten
Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong adalah sebagai berikut:
1. Sebelum

masuknya

agama

Kristen

ke

Tanah

Batak,

masyarakat

Siborongborong sudah memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme yang
disebut dengan hasipelebeguon, percaya kepada Debata Mulajadi Nabolon
(Parmalim).
2. Di Tapanuli Utara, Pastor Sybrand van Rossum memulai misinya di Pagaran
tepatnya di Desa Sibaragas pada tahun 1934. Di Muara dia memulai misinya
di Batubinumbun pada tahun 1935. Di Sipahutar agama Katolik masuk pada
tahun 1936 di desa Lumban Sormin oleh Pastor Diego van den Biggelaar.
Pada tahun 1936Pater Marianus van den Acker mulai berkarya di
Lintongnihuta hingga ke wilayah Siborongborong yaitu Desa Sitabotabo.
Pada masa kolonial Belanda, di wilayah Siborongborong Pater Van den
Acker membuka stasi Sitabotabo(1936). Pada saat pendudukan Jepang,
pertambahan stasi tidak tampak karena para misionaris ditahan dan sementara
diganti oleh para katekis yang sudah diberi tanggung jawab oleh Pater van
den Acker. Pada masa kemerdekaan, berdiri 3 stasi yaitu stasi Hutabulu

98

(1958), Dolok Bintatar (1953), dan Pangambatan (1959). Pada masa Orde
Lama, didirikan stasi Lobu Siregar (1962). Pada masa Orde Baru, didirikan
stasi Bahal Batu (1966), Buhit Nangge (1968), Hariara Silaban (1975), Purba
Sinomba (1994), dan stasi pusat Siborongborong (1971). Pada masa
Reformasi, didirikan paroki Siborongborong (15 Desember 2012) oleh Mgr.
Anicetus B. Sinaga, OFM. Cap. Terdapat susteran Kongregasi Suster
Fransiskanes Santa Lusia (KSFL) untuk memperlancar kegiatan paroki.
3.

Perkembangan stasi maupun gereja di Paroki St. Kristoforus Siborongborong
tampak dari 23 stasi yang tersebar di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan
Siborongborong, Muara, Pagaran dan Kecamatan Sipahutar. Perkembangan
agama Katolik dalam bidang pendidikan tampak dengan didirikannya TK
(1996), SD (24 Oktober 1997) dan SMP (28 September 2008). Dalam bidang
kesehatan, pada tahun 1990-an, susteran KSFL memberikan pelayanan
kesehatan yang dimulai dengan menyewa rumah-rumah masyarakat hingga
didirikanlah Klinik Santra Lusia Siborongborong pada tahun 1996.
Perkembangan dalam adat istiadat, agama Katolik memiliki sifat yang positif
dan terbuka dalam adat istiadat Batak. Hal itu juga tampak dengan adanya
inkulturasi antara agama Katolik dan budaya Batak seperti dalam adat
pernikahan, adat pemakaman dan adat mangokal holi.

99

5.2. Saran
1.

Sebagai umat ParokiSiborongborong harus digerakkan dan dimotivasi untuk
maju melalui pembinaan hidup rohani umat karena ini menjadi suatu kegiatan
yang sangat penting.

2.

Semangat kebersamaan dan gotong-royong yang diwariskan oleh para pendiri
gereja harus tertanam di dalam diri pengurus dan umat disetiap stasi yang ada
di Paroki Siborongborong

3.

Seluruh pengurus Yayasan Perguruan Katolik Santa Lusia agar bekerja sama
dengan masyarakat dan juga pemerintah agar mengembangkan mutu
pendidikan

di

Kabupaten

Tapanuli

Utara

khususnya

Kecamatan

Siborongborong sehingga menghasilkan alumni-alumni yang berkualitas.
4.

Seluruh pengurus Klinik Katolik Santa Lusia agar bekerja sama dengan
pemerintah agar mengembangkan mutu kesehatan melalui penyuluhan atau
sosialisasi kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan
Siborongborong. Dengan begitu dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
akan kesehatan.

100

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Apri. 2015. Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di
Kecamatan Pakkat Kabupaten Humbang Hasundutan (1938-2015). Skripsi.
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Medan
Ary, dkk. 2011. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Aster, Gentilis. 2008. Kepentingan Kita Berbeda Lima Puluh Tahun Misi Kapusin
di Sumatera. Kabanjahe
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. 2016. Siborongborong Dalam
Angka 2016. Tarutung
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. 2016. Kabupaten Tapanuli
Utara dalam Angka 2016. Tarutung
Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Dalman, H. 2013. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Datubara, Pius, A.G. 2008. Omnibus Omnia. Medan: Penerbit Bina Media Perintis
Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia,. Kamus Teologia. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Hendropuspito. 2000. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Indrasari, dkk. 2015. Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro.
Jurnal FKIP Unila
Ismartono. 2006. Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
Penerbit Obor
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
Gramedia
Koentowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Benteng Pustaka
Kurris, R. 2010. Pelangi di Bukit Barisan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Lumban Gaol, J, Hotman. 2011. Sang Apostel Batak Dari Munson-Lyman Hingga
Nomensen. Jakarta: Permata Aksara

101

MAWI. 1974. Sejarah Gereja Katolik Indonesia jilid 1. Jakarta: Bagian
Dokumentasi Penerangan Kantor Waligereja Indonesia
MAWI. 1974. Sejarah Gereja Katolik Indonesia jilid 3a. Jakarta: Bagian
Dokumentasi Penerangan Kantor Waligereja Indonesia
Nottingham, K, Elizabeth. 1994. Agama Dan Masyarakat Suatu Pengantar
Sosiologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Scharf, R, Betty. 2004. Sosiologi Agama. Jakarta: Prenada Media
Simanjuntak dan Sosrodihardjo. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Sinulingga, Risnawaty. 1994. Pendidikan Agama Kristen. Medan
Situmorang, Lusia, Lusi. 2013. Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir (1936-2011). Skripsi. Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Medan
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Steenbrink, Karel. 2006. Orang-orang Katolik di Indonesia 1808-1942.
Yogyakarta: CV. Titian Galang Printika
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Penerbit Alfabeta
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

102