Ikan Betina 1. Gambaran Morfologis

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

4.1. Ikan Betina 1. Gambaran Morfologis

Morfologis yang dievaluasi yaitu berat tubuh ikan baik betina maupun jantan. Selanjutnya data rataan berat tubuh ikan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Sampling awal sebelum fotothermal dilakukan pada bulan Mei dengan mengambil ikan secara acak masing-masing 3 ekor ? dan ?, ini tujuannya sebagai pembanding ketika ikan dikenai perlakuan fotothermal. Tabel 2. Nilai rataan ± S.E berat ikan senggaringan betina yang digunakan pada perlakuan fotothermal yang berbeda. Perlakuan Berat g Mei Juni Juli Agustus September T0L0 60,33 69,17 ± 4,97 36,50 ± 6,27 52,00 ± 11,64 45,49 ± 0,74 T0L1 60,33 51,17 ± 10,84 58,00 ± 6,06 69,50 ± 6,51 46,00 ± 2,02 T0L2 60,33 39,17 ± 6,74 52,17 ± 7,80 35,67 ± 1,69 43,17 ± 4,21 T1L0 60,33 52,67 ± 2,77 46,00 ± 5,13 57,67 ± 2,62 47,74 ± 0,67 T1L1 60,33 58,67 ± 7,42 47,83 ± 5,34 45,67 ± 7,12 51,16 ± 2,04 T1L2 60,33 52,67 ± 11,12 58,00 ± 8,54 64,50 ± 8,05 57,00 ± 8,01 T2L0 60,33 39,50 ± 8,05 35,00 ± 6,83 46,50 ± 6,11 45,52 ± 8,32 T2L1 60,33 32,50 ± 4,01 43,00 ± 1,04 36,83 ± 5,10 41,33 ± 4,15 T2L2 60,33 36,67 ± 3,35 37,67 ± 2,05 50,33 ± 16,48 49,57 ± 0,97 Sedangkan untuk rataan panjang ikan betina berkisar 15,80 - 21,60 cm. Sebagai ikan yang populasinya di alam sudah mulai terancam, maka sangat sulit untuk mendaptkan stok ikan, termasuk kehomogenan ukuran, dan juga rentannya ikan uji ini ketika dalam proses aklimatisasi dan adaptasi di laboratorium. Kemudian untuk mengevaluasi pematangan gonad ikan ini, diamati melalui indeks morfoanatomi seperti IGS, IHS, dan IVS.

2. Indeks Gonadosomatik IGS

Evaluasi yang dilakukan yaitu berdasarkan morfologi dan histologi. Secara morfologi lebih mudah dilakukan yaitu dengan membandingkan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan. Eveluasi ini penting dilakukan karena merupakan indikator kematangan gonad ikan. Selanjutnya data rataan IGS ikan senggaringan 21 yang diekspos pada perlakuan fotothermal yang berbeda hingga akhir percobaan disajikan pada Gambar 5. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 T0L0 T0L1 T0L2 T1L0 T1L1 T1L2 T2L0 T2L1 T2L2 Perlakuan IGS Mei Juni Juli Agus Sept Gambar 5. Nilai rataan IGS ikan senggaringan betina sebelum dan sesudah fotothermal. Pada Gambar 5 terlihat bahwa perkembangan IGS ikan betina memiliki pola yang terus meningkat hingga akhir waktu percobaan. Nilai IGS yang terendah ditemui pada sampling awalsebelum percobaan Mei yaitu 3,71, sedangkan nilai IGS pada awal bulan percobaan adalah 5,7 dan nilai tertinggi ditemui pada akhir percobaan September sebesar 15 yaitu pada perlakuan T0L1. Kemudian perlakuan lain memperlihatkan nilai IGS yang cukup tinggi yaitu T1L0, dimana IGSnya dicapai pada bulan Agustus sebesar 13,3 dari 7,1. Jika dilihat dari per waktu sampling, dapat diartikan bahwa gonad ikan senggaringan betina terus mengalami perkembangan pada masing-masing perlakuan jika dibandingkan dengan non fotothermal. Namun hasil analisis secara statistik menyebutkan bahwa perbedaan perubahan antar perlakuan tersebut tidak signifikan P0,05, P=0,077 Lampiran 15. Kenaikan nilai IGS sangat terkait dengan pertumbuhan gonad, dimana semakin tinggi nilai IGS maka dapat diartikan gonad semakin maju perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat diamati secara visual melalui berat dan panjang gonad. Selanjutnya untuk melihat kinerja organ lain yang diduga berperan dalam mendukung perkembangan gonad, maka dilakukan evaluasi organ hati dan visceral. 22

3. Indeks Hepatosomatik IHS

0.5 1 1.5 2 2.5 T0L0 T0L1 T0L2 T1L0 T1L1 T1L2 T2L0 T2L1 T2L2 Perlakuan IHS Mei Juni Juli Agus Sept Gambar 6. Nilai rataan IHS ikan senggaringan betina sebelum dan sesudah fotothermal. Hasil pengamatan memperlihatkan nilai IHS berada pada kisaran 0,7459– 2,8985. Nilai IHS maksimum terdapat pada perlakuan T2L1 pada bulan Juli sebesar 2,06. Namun jika dikaitkan dengan nilai IGS diatas terlihat adanya pola kenaikan nilai IGS 15 T0L1 mengakibatkan penurunan nilai IHS sebesar 1,3 P0,05, P=0,061. Kemudian pada T1L0 nilai IGSnya bulan Agustus sebesar 13,3 dari 7,1, juga memperlihatkan adanya penurunan nilai IHS sebesar 1,2. Sedangkan nilai IHS sebelum fotothermal adalah 1,4. Gambar 6 menunjukkan tingginya IHS pada awal pengamatan diduga pada saat itu, ikan berada pada tahap pengumpulan material energi yang cukup besar, yang kemudian akan digunakan sebagai deposit energi dalam mendukung perkembangan ovari. Rendahnya nilai IHS hingga menjelang akhir pengamatan diduga telah terjadi penurunan energi pada hati, penurunan ini terjadi karena majunya perkembangan gonad hingga tingkat perkembangan akhir. 23

4. Indeks Visceralsomatik IVS

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 T0L0 T0L1 T0L2 T1L0 T1L1 T1L2 T2L0 T2L1 T2L2 Perlakuan IVS Mei Juni Juli Agus Sept Gambar 7. Nilai rataan IVS ikan senggaringan betina sebelum dan sesudah fotothermal. Gambar 7 memperlihatkan profil nilai IVS yang cenderung semakin rendah seiring berakhirnya waktu pengamatan. Perkembangan nilai IVS ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada organ visceral selama tahapan reproduksi. Nilai IVS ikan betina berada pada kisaran 1,6 – 3,5. Dalam kaitannya dengan perkembangan gonad ikan senggaringan betina, dapat dilihat bahwa ketika nilai IGS mencapai maksimum 15 T0L1, diiringi dengan adanya penurunan nilai IVS dari 3,01 ke 1,6. Untuk T1L0 nilai IGS sebesar 13,3 juga memperlihatkan adanya penurunan nilai IVS sebesar 2,6 P0,05, P=0,058. Dari data diatas diduga ikan senggaringan betina lebih kondusif pada temperatur alami di laboratorium kisaran 23-26 o C. Jika dilihat dari hasil penelitian ini, terlihat tingginya nilai IVS pada awal peningkatan nilai IGS, ini diduga erat kaitanya dengan penggunaan materi sebagai sumber energi utama untuk dimanfaatkan bagi proses pematangan gonad. 24

4.2. Ikan Jantan 1. Gambaran Morfologis