Kebiasaan Makanan Predation of anchovy during capture process of bagan rambo its relation to plankton abundance

Hubungan antara fitoplankton dan zooplankton terjadi di dalam rantai makanan dimana zooplankton memakan fitoplankton, proses ini dinamakan grazing pemangsaan. Grazing pemangsaan tidak hanya sebagai penyebab mortalitas fitoplankton tetapi juga merubah komposisi fitoplankton. Adanya grazing inilah yang menyebabkan perubahan biomassa fitoplankton di perairan Frost 1977. Nybakken 1992 menyatakan bahwa laju siklus reproduksi fitoplankton jauh lebih cepat dari pada zooplankton dan proses pemangsaan terjadi terus menerus sehingga komposisi fitoplankton tetap stabil. Hal ini berlangsung dalam jumlah yang tetap sepanjang tahun, sehingga proses pemangsaan tersebut tidak banyak mempengaruhi jumlah fitoplankton secara keseluruhan. Tomascik et al. 1997 menyatakan bahwa jumlah plankton di permukaan perairan pada pagi hari berbeda dengan siang hari. Hal ini penting untuk melihat migrasi vertikal, dimana plankton-plankton hewani cenderung berpindah di kedalaman yang lebih dalam selama siang hari dan menuju ke permukaan pada malam hari Basmi 1990. Banyak plankton hewani yang menghindari sinar matahari yang terlampau kuat di permukaan pada siang hari dan menyusup ke lapisan yang lebih dalam, baru setelah malam hari plankton tersebut kembali ke permukaan, sedangkan pada perairan yang lebih dangkal banyak yang bermigrasi dekat dasar perairan selama siang hari dan akan mucul ke permukaan pada malam hari. Migrasi vertikal bukan saja pada holoplankton seperti Copepoda, tetapi juga pada meroplankton seperti pada bermacam- macam mikroplankton Tomascik et al. 1997.

2.4 Kebiasaan Makanan

Menurut Effendie 1997 yang dimaksud dengan kebiasaan makanan food habits adalah jenis, kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Ketersedian makanan merupakan faktor yang menentukan ukuran populasi, pertumbuhan, reproduksi dan dinamika populasi serta kondisi ikan yang ada di suatu perairan Nikolsky 1963. Makanan yang telah digunakan oleh ikan akan mempengaruhi sisa ketersediaan makanan, sebaliknya dari makanan yang diambil tersebut akan mempengaruhi keberhasilan hidupnya. Adanya makanan yang tersedia dalam perairan selain dipengaruhi oleh kondis i biotik seperti tersebut diatas, ditentukan pula oleh kondisi abiotik lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan Effendie 1997. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan tergantung pada macam makanan, kebiasaan makanan, kelimpahan ikan, suhu air dan kondisi ikan yang bersangkutan. Jenis-jenis makanan yang dimakan oleh suatu spesies ikan biasanya biasanya tergantung pada umur ikan, tempat dan waktu Effendie 1997. Adapun struktur pencernaan yang berperan dalam adaptasi makanan adalah mulut, gigi, tapis insang, lambung dan usus Lagler 1972. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan, pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menggantikan organ-organ tubuh yang rusak, kelebihan makanan digunakan untuk pertumbuhan. Menurut Nikolsky 1963 bahwa urutan kebiasaan makanan ikan dibedakan kedalam 4 kategori berdasarkan persentase bagian terbesar yang terdiri dari makanan utama, yaitu makanan yang biasa dimakan dalam jumlah besar; makanan pelengkap, yaitu makanan dalam saluran pencernaan dalam jumlah yang lebih sedikit; dan makanan tambahan, yaitu makanan yang ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit; selain itu terdapat juga makanan pengganti, yaitu makanan yang dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia. Effendie 1997 mengelompokkan ikan berdasarkan makanannya sebagai ikan sebagai pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus, ikan buas dan pemakan campuran. Selanjutnya berdasarkan kepada jumlah variasi dari makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi eurypagic yaitu ikan pemakan bermacam- macam makanan, stenophagic yaitu ikan pemakan makan yang macamnya sedikit atau sempit dan monophagic yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu macam makanan saja. Effendie 1997 mengemukakan jika ditelaah makanan ikan itu sejak dari awal pembentukannya sampai ke makanan yang dimakan oleh ikan, sebenarnya merupakan mata rantai yang dinamakan rantai makanan food chains. Plankton tumbuh-tumbuhan melalui proses fotosintesis dapat memproduksi bahan organik dari bahan anorganik produsen primer, organisme yang memakan nprodusen primer dinamakan konsumer primer, organisme yang memakan konsumer primer dinamakan konsumer skunder, dan seterusnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa panjang pendeknya rantai makanan tergantung dari macam, uk uran atau umur ikan, namun kenyataannya dalam interaksi makan-pemakan terjadi tumpang tindih, dimana satu jenis konsumen memakan beberapa jenis makanan dan satu jenis produsen di makan oleh beberapa jenis konsumen sehingga membentuk suatu jaringan yang dinamakan jaring- jaring makanan food webs. Popova 1978 mengemukakan bahwa komposisi makanan konsumer tergantung dari sifat-sifat morfologi, pola hidup dan tingkah laku pemangsa. Ketersediaan makanan untuk ikan ditentukan oleh berbagai faktor dan yang terutama adalah kehadiran dan kelimpahan relatif dari tipe makanan tertentu. Bila salah satu macam makanan ikan tersedia dalam jumlah melimpah pada suatu perairan, belum tentu makanan tersebut menjadi bagian penting dalam susunan makanan ikan. Jika makanan yang disukai tidak ditemukan, ikan akan mengganti organisme makanannya walaupun kelimpahan organisme makanan ini rendah. Dikemukakan lebih lanjut bahwa selain kelimpahan, pemangsaan juga tergantung pada distribusi spesies makanan dalam perairan, tingkah laku, aktivitas dan ukuran makanan maupun ikan pemangsa. Mempelajari makanan ikan- ikan pemangsa dapat melalui: 1 penentuan komposisi spesies dan ukuran dari organisme makanan yang ditemukan dalam saluran pencernaan; 2 penentuan laju pencernaan; dan 3 penentuan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh ikan. Menurut Hyslop 1980, studi tentang makanan ikan didasarkan pada analisis isi saluran pencernaan saat ini merupakan standar dalam ekologi ikan. Berbagai metode digunakan untuk menentukan makanan yang dominan dikonsumsi oleh ikan. Metode tersebut mencakup frekuensi kejadian, metode jumlah, metode volumetrik dan metode gravimetrik Popova 1978. Analisis isi saluran pencernaan yang dilakukan di alam berdasarkan pada kelebihan dan kelemahan metode yang ada Hyslop 1980. Menurut Effendie 1979 keuntungan menggunakan metode frekuensi kejadian adalah organisme makanan dengan mudah diidentifikasi, cepat dan membutuhkan peralatan yang minimum. Kelemahannya metode ini kurang memberikan indikasi tentang jumlah relatif jenis makanan yang terdapat dalam lambung. Metode jumlah merupakan metode yang relatif cepat dan mudah dikerjakan serta memberikan identifikasi spesies yang jelas. Kelemahan dari metode ini adalah organisme makanan yang berukuran kecil yang mungkin lebih cepat dicerna tidak tercatat. Dengan analisis volumetrik, volume total dari kategori makanan yang dikonsumsi oleh ikan ditentukan sebagai persentase total volume dari semua lambung. Perhitungan dari rata-rata dimensi spesies makanan didasarkan pada jumlah individu yang selanjutnya akan menentukan volume rata- rata. Kelebihan dari metode volumetrik adalah dapat digunakan khusus untuk organisme makanan dengan variasi makanan yang dimakan berukuran besar.

2.5 Pemangsaan Predasi