Konsumsi makanan seringkali tidak dipengaruhi oleh pengetahuan gizi secara langsung tetapi merupakan interaksi antara sikap dan keterampilan
Sanjur 1982. Menurut Sajogyo et al 1978 secara tidak langsung pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi status gizi anak balita, karena dengan
pengetahuannya para ibu dapat mengasuh dan memenuhi kebutuhan zat gizi anak balitanya, sehingga keadaan gizinya terjamin.
Pendidikan ibu sangat erat kaitannya dengan kesehatan anak, baik diukur dari status gizi ataupun kematian bayi dan anak. Pudjiadi 1997 menyatakan
bahwa pengetahuan orang tua tentang usia yang tepat untuk memulai penyapihan dapat menghindari dari penyimpangan pertumbuhan. Pada keluarga
dengan pendapatan rendah penyapihan terlalu dini akan menyebabkan kerugian karena makanan yang diberikan kurang bergizi dan kurangnya pengetahuan
tentang makanan bayi.
Pola Asuh Gizi
Pola asuh gizi yang diamati meliputi pemberian kolostrum, pemberian makananminuman prelaktal, pemberian ASI, pemberian MP ASI, dan praktek
penyapihan. Secara lengkap pola asuh gizi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan pola asuh gizi dan status gizi contoh
Pola asuh gizi Status gizi BBU
KurangBuruk Baik
Total P
n n
n Pemberian
kolostrum Diberikan
- -
10 21.3
10 16.7
0.03
Tidak diberikan 13
100 37
78.7 50
83.3 Pemberian
minumanmakanan prelaktal
Baik 4
30.8 6
12.8 10
16.7 0.00
Tidak baik 9
69.2 41
87.2 50
83.3
Pemberian ASI
ASI eksklusif
- -
5 10.6
5 8.3
0.03
Non ASI eksklusif 13
100 42
89.4 55
91.7 Pemberian MP ASI
Baik -
- 10
21.3 10
16.7 Sedang
2 15.4
20 42.6
22 36.7
0.04
Kurang 11
84.6 17
36.1 28
46.6 Praktek
penyapihan Masih ASI
- -
13 27.7
13 21.7
0.01
Tidak mendapat ASI
13 100
34 72.3
47 78.3
Pemberian kolostrum
Kolostrum susu pertama adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah bayi lahir 4-7 hari berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental karena
mengandung banyak vitamin, protein, dan zat kekebalan yang penting untuk kesehatan bayi dari penyakit infeksi Depkes RI 2005.
Berdasarkan hasil penelitian, ibu-ibu yang melahirkan di paraji setelah melahirkan contoh langsung diberikan madu atau air tajin 83.3 dan tidak
diberikan kolostrum. Hal ini sudah menjadi kebiasaan untuk memberikan madu bagi bayi yang baru lahir. Alasan lain tidak diberikannya ASI yang pertama
keluar dibuang karena warnanya kuning dan baunya tidak enak sehingga dibuang. Disamping itu, ASI masih belum keluar pada umumnya saat baru
melahirkan. Kondisi ini memperkuat pernyataan Depkes 2000 bahwa meskipun
kolostrum sangat penting untuk meningkatkan daya tahan bayi terhadap penyakit, namun masyarakat terutama ibu-ibu masih banyak yang tidak
memberikan kolostrum kepada bayinya. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan manfaat kolostrum bagi bayinya. Kebanyakan ibu-ibu
di pedesaan yang persalinannya ditolong oleh paraji yang belum terlatih, sehingga selalu membuang kolostrum dengan alasan bahwa ASI tersebut
mengandung bibit penyakit. Biasanya kolostrum tersebut dikubur bersama plasenta bayi. Selain karena kepercayaan tersebut, di beberapa daerah memang
terdapat tradisi yang mengharuskan untuk membuang kolostrum. Fenomena ini diperburuk oleh sedikitnya penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat khususnya bagi calon ibu ibu hamil. Hasil uji Spearmen menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif nyata
p 0.05 r=0.447 antara pemberian kolostrum dengan status gizi bayi. Hal ini berarti bahwa pemberian kolostrum pada contoh dapat memperbaiki status gizi
contoh.
Pemberian minuman makanan prelaktal
Makanan prelaktal adalah makanan dan minuman yang diberikan kepada bayi sebelum ASI keluar, misalnya air kelapa, air tajin, madu, pisang, susu
bubuk, susu sapi, air gula, dan sebagainya Depkes RI 2000. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa hampir seluruh contoh 96.7
menyatakan bahwa mereka langsung memberikan madu terlebih dahulu kepada anak mereka sebelum diberi ASI.
Selanjutnya pada beberapa hari kemudian, contoh sudah dikenalkan dengan makanan lunak dan umumnya mereka memberikan buah pisang.
Makanan pendamping ASI tersebut telah diberikan sebelum contoh berusia 4 bulan. Alasan yang diberikan para ibu antara lain adalah sudah menjadi
kebiasaan dalam keluarga, dan tetangga-tetangga lainnya juga melakukan hal yang sama. Menurut mereka dengan diberikan makanan sejak dini, bayi jadi
lebih cepat kenyang dan menjadi lebih kuat. Kebiasaan memberikan makanan prelaktal harus dihindari karena dirasa
tidak perlu dan malah bisa membahayakan bagi saluran pencernaan bayi dan ibu bayi Savage 1991. Kebiasaan memberikan makananminuman prelaktal sangat
berbahaya bagi kesehatan bayi dan dapat menganggu keberhasilan menyusui Depkes RI 2000. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa ada hubungan
negatif yang nyata p=0.00, r=-0.405 antara pemberian minumanmakanan prelaktal dengan status gizi contoh. Hal ini berarti bahwa pemberian
minumanmakanan prelaktal lebih awal dapat berpengaruh tidak baik terhadap status gizi contoh.
Praktek pemberian ASI
Pola pemberian ASI dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pola eksklusif dan pola non eksklusif . ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi
sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberi makanan pendamping ataupun makanan pengganti ASI. Sedangkan ASI non eksklusif adalah pola pemberian
ASI yang ditambah dengan makanan dan minuman lain baik berupa MP-ASI maupun susu formula Depkes RI 2005.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu 91.7 tidak memberikan ASI secara eksklusif, baik pada ibu contoh dengan status gizi baik
89.4 maupun status gizi kurangburuk 100. Pada contoh umur 2-3 bulan umumnya sudah diberikan makanan lunak seperti pisang. Ibu contoh dengan
status gizi baik yang memberikan ASI eksklusif 8.3 mengaku masih memberikan ASI hingga bayi berusia 6 bulan karena ingin melakukan apa yang
disarankan bidan. Pemberian ASI pada bayi umur 1-6 bulan harus dilakukan sesering
mungkin setiap kali bayi menginginkannya on demand. Pemberian ASI minimal 8 kali sehari semalam. Selain itu, sebaiknya tidak memberikan makanan atau
minuman apapun selain ASI, bahkan air putih sekalipun CAHD 2004. ASI mengandung zat gizi yang cukup untuk kebutuhan bayi hingga usia 6 bulan ASI
eksklusif. Hasil uji Spearmen menunjukkan ada hubungan positif nyata p=0.03, r=0.279 antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi contoh. Hal ini berarti
bahwa semakin lama pemberian ASI eksklusif yaitu sampai usia 6 bulan maka akan semakin baik status gizi contoh.
Praktek pemberian MP ASI
Makanan pendamping ASI MP-ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah bayi berumur 4-6 bulan sampai bayi berumur
24 bulan. Selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai umur 24 bulan. MP-ASI ini harus menjadi pelengkap dan dapat
memenuhi kebutuhan bayi. Jadi MP-ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung didalam ASI. MP-ASI berperan bukan sebagai
pengganti ASI tetapi untuk melengkapi atau mendampingi ASI Krisnatuti et al 2002. Praktek pemberian makanan pendamping ASI bayi di Desa Bojong
Jengkol tersaji pada Tabel 6. Berdasarkan data Tabel 6 diketahui bahwa praktek pemberian MP ASI
yang dilakukan sebagian besar 46.7 masih termasuk kategori kurang. Hal ini karena jenis makanan pendamping ASI yang diberikan kurang mencukupi dari
segi kuantitas dan kualitasnya. Makanan pendamping ASI yang sering diberikan biasanya adalah biskuit, susu kental manis sachet, bubur bayi, bubur nasi bubur
ayam, kacang hijau, dan pisang. Pada kelompok contoh status gizi baik terdapat 21.3 contoh yang mendapat MP ASI dengan kategori baik, sedangkan
pada kelompok status gizi kurangburuk tidak ada contoh yang mendapat MP ASI kategori baik. Hasil uji Spearman menunjukkan ada hubungan positif nyata
p0.05 r=0.032 antara pemberian MP ASI dengan status gizi contoh. Hal ini berarti bahwa semakin baik praktek pemberian MP ASI waktu maupun jenis dan
jumlahnya, maka semakin baik status gizi contoh.
Praktek penyapihan
Masa penyapihan adalah proses dimana seorang bayi secara perlahan- lahan memakan makanan keluarga ataupun makanan orang dewasa sehingga
secara bertahap bayi semakin kurang ketergantungannya pada ASI dan perlahan-lahan proses penyusuan akan berhenti Savage 1991. Bayi yang sehat
pada usia penyapihan akan tumbuh dan berkembang sangat pesat, sehingga perlu penjagaan khusus untuk memastikan bahwa bayi mendapat makanan yang
benar Depkes RI 1998.
Penyapihan dimulai pada umur yang berbeda pada masyarakat yang berbeda. Menurut WHO bahwa jumlah ibu-ibu di pedesaan yang mulai
penyapihan lebih awal tidak sebanyak diperkotaan, usia penyapihan di Desa Bojong Jengkol rata-rata pada usia 18 bulan. Di daerah semi perkotaan, ada
kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini karena ibu kembali bekerja. Hal ini menyebabkan kebutuhan zat gizi bayianak
kurang terpenuhi apalagi kalau pemberian MP-ASI kurang diperhatikan, sehingga anak menjadi kurus dan pertumbuhannya sangat lambat Depkes RI 2000.
Pada contoh yang berstatus gizi kurangburuk, seluruhnya 100 sudah tidak mendapat ASI atau disapih Tabel 6, sedangkan pada contoh kelompok
status gizi baik terdapat 27.7 contoh yang masih mendapat ASI belum disapih. Hal ini antara lain disebabkan oleh 92.3 contoh yang berstatus gizi
kurangburuk berumur lebih dari 7 bulan dan hanya 1 orang 7.7 yang berumur 0-6 bulan, sedangkan pada kelompok status gizi baik masih terdapat 23.4
contoh yang berumur 0-6 bulan. Hasil uji Spearman menunjukkan ada hubungan nyata p=0.01, r=0.06 antara pratek penyapihan dengan status gizi contoh. Hal
ini berarti bahwa jika penyapihan diberikan pada umur dan dengan cara yang tepat maka akan semakin baik status gizi contoh.
Asupan Energi dan Protein
Data asupan energi dan protein diperoleh dari recall makanan 2x 24 jam. Adapun cara perhitungan tingkat kecukupan energi TKE diperoleh dari total
asupan hasil recall dibandingkan dengan angka kecukupan energi AKE dikalikan seratus persen Lampiran 13. Secara umum sebagian besar TKE
contoh 46.7 dalam kategori defisit tingkat sedang dengan nilai TKE berkisar antara 70-79. Rata-rata asupan energi dan protein yaitu 625 Kal dan 14.5 g.
Pada contoh dengan status gizi baik terdapat 44.6 contoh dengan TKE kategori defisit tingkat sedang dan 12.8 contoh kategori normal dan tidak ada contoh
dengan TKE kategori defisit tingkat berat. Pada contoh dengan status gizi kurangburuk terdapat 61.5 contoh dengan kategori TKE defisit tingkat sedang,
7.7 contoh kategori defisit tingkat berat dan tidak ada contoh dengan kategori TKE kategori normal.
Pada contoh dengan status gizi baik terdapat 40.4 contoh dengan TKP kategori defisit tingkat sedang dan 12.8 contoh kategori normal dan tidak ada
contoh dengan TKP kategori defisit tingkat berat. Pada contoh dengan status gizi kurangburuk terdapat 46.2 contoh dengan kategori TKP defisit tingkat sedang,
7.7 contoh kategori defisit tingkat berat dan tidak ada contoh dengan TKE kategori normal. Hasil perhitungan tingkat kecukupan energi dan protein
TKETKP disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran contoh berdasarkan angka kecukupan energi dan protein serta
status gizi contoh
TKETKP Kategori
Status gizi BBU KurangBuruk
Baik Total
n n
n
TKE 70
Defisit tingkat
berat 1
7.7 -
- 1
1.7
70-79 Defisit tingkat
sedang 8
61.5 20