Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan Tahun 2010

(1)

PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN DAN STATUS GIZI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI (PTKI)

MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

AGUS MULIA NIM. 051000036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN DAN STATUS GIZI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI (PTKI)

MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

AGUS MULIA NIM. 051 000 036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN DAN STATUS GIZI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI (PTKI)

MEDAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt.,M.Kes Dr.Ir.Zulhaida Lubis, M.Kes NIP. 19580315198811 2 001 NIP. 196205291989032001

Penguji II Penguji III

Ernawati Nasution, SKM.,M.Kes Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si NIP. 197002121995012001 NIP. 196706131993031004

Medan, Juli 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP.19531018 198203 2 001

AGUS MULIA NIM. 051 000 036

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 30 Juni 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji


(4)

ABSTRAK

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat. Aktivitas yang padat serta kehidupan sosial pada mahasiswa sangat mempengaruhi perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya sehari-hari.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan gizi, pola makan, dan status gizi mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptis dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah seluruh mahasiswa PTKI Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Data pengetahuan gizi untuk menggambarkan pengetahuan gizi mahasiswa yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Pola makan untuk menggambarkan tingkat konsumsi energi dan protein yang diperoleh dengan menggunakan metode food recall 24 jam dilakukan dua kali dan menggunakan food frequency questionnaire untuk mengetahui jenis dan frekuensi makan. Status gizi diukur dengan menggunakan metode antropometri (Indeks Massa Tubuh).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan gizi mahasiswa dalam kategori baik, akan tetapi pola makan berdasarkan jenis makanan dan frekuensi makan masih kurang baik. Demikian juga dalam konsumsi energi sebagian besar mahasiswa dalam kategori kurang (23,1%) dan defisit (43,9%). Sedangkan konsumsi protein sebagian besar mahasiswa dalam kategori sedang (51,6%) dan baik (20,9%). Status gizi mahasiswa berdasarkan IMT, ditemukan sebesar 31,9% mahasiswa status gizinya kurus tingkat ringan dan 1,1 % mahasiswa status gizinya kurus tingkat berat.

Perlu disosialisasikan kepada mahasiswa tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sehingga kebutuhan gizi harian mahasiswa dapat terpenuhi.


(5)

ABSTRACT

University students as part of the Indonesian society and, especially, as the next generation of the nation were expected to have healthy life behavior. The students’ tight activities and social life highly affected their healthy life behavior especially on daily food pattern.

The purpose of this research was to find out the nutritional knowledge, food pattern and nutritional status of the university students of Pendidikan Teknologi Kimia Indonesia (PTKI) Medan in 2010. This study is descriptive with cross-sectional design. The population was all PTKI Medan students. Sampling was conducted by using simple random sampling method. The food pattern that described the students’ consuming level on energy and protein was collected by using food recall method which was conducted twice within 24 hours and food frequency questionnaire which was used to identify the food type and frequency of food consumption. The students’ nutritional status was assessed by using anthropometry method (Body Mass Index).

Result of the study showed that in general the students’ nutritional knowledge was in good category. However the students’ food pattern, based on the food type and frequency of food consumption was less good and so it was with the students’ consuming level on energy; most of the students was in less category (23,1%) and deficit (42,9%) category. Then most of the students’ consuming level on protein was in moderate category (51,6%) and good (20,9%) category. Concerning on the students’ nutritional status, based on the BMI, it was found that 31,9% students had thin nutritional status at light level and 1,1% students had thin nutritional status at heavy level.

Need to be socialized to the students about the general guidelines for balanced nutritional (PUGS) so the students’ daily nutritional can be met.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Agus Mulia

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Sosa / 04 Agustus 1986 Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak Ke : 2 (tiga) dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Abdul Hakim Kp. Susuk No. 16 Padang Bulan, Selayang I, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Inpres Tamba Saribu No. 096764 (1993-1999) 2. SLTP RK Budi Mulia Pematang Siantar (1999-2002) 3. SMU Negeri 3 Pematang Siantar (2002-2005) 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU (2005-2010)


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan anugrahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan Tahun 2010”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Jumirah, Apt. M.Kes selaku dosen pembimbing I dan kepada Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, masukan dan kesabaran serta motivasi selama penyusunan skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. dr. Ria Masniari, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Ir. Aman Nasution, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik semasa perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Dra. Jumirah Apt. M.Kes selaku Kepala Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Ngenteng Tarigan, selaku Pembantu Kepala I Bidang Akademik PTKI Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Penghargaan yang setinggi-tingginya untuk Ayah dan Bundaku, A. Girsang dan M. Br. Silalahi yang telah memberikan dukungan setiap saat baik secara moril dan materil serta kasih sayangnya yang tulus kepada penulis.

7. Buat keluargaku tercinta, Bg Moreno Girsang dan adekku tersayang Fitri Magdalena Girsang dan Ruth Yohanna Girsang.

8. Buat Bg Marihot yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus surat-surat untuk keperluan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Kepada teman-teman terbaikku riva, ka lince, bg asron, desnal, erik, esron, hendra, sandro, yenthi, menti, christine, mery dan ade nofe yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 10.Buat teman-teman seperjuanganku yanthi, rilma, agustria, ka esra, ka nina,

paulina, yunus dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya.

Medan, Juni 2010 Penulis Agus Mulia


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Gizi Mahasiswa ... 6

2.2. Pola Makan Mahasiswa ... 7

2.1.1. Kebiasaan Makan Mahasiswa ... 9

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Mahasiswa ... 10

2.3. Konsep Dasar Gizi Seimbang ... 12

2.3.1. Energi ... 14

2.3.2. Protein ... 15

2.4. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang ... 16

2.5. Status Gizi ... 20

2.6. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan ... 22

2.7. Kerangka Konsep ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 24

3.2.2. Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4.1. Data Primer ... 25

3.4.2. Data Sekunder ... 26

3.5. Defenisi Operasional ... 26

3.6. Instrumen Penelitian ... 27

3.7. Aspek Pengukuran ... 27


(10)

3.8.1. Pengolahan Data ... 29 3.8.2. Analisa Data ... 29 BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pendidikan Teknologi Kimia Industri

(PTKI) Medan ... 30 4.2. Karakteristik Responden ... 31 4.3. Pengetahuan Gizi Responden ... 31 4.4. Pola Makan Responden Berdasarkan Jenis Makanan dan

Frekuensi Makan ... 32 4.5. Konsumsi Energi dan Protein Responden ... 35 4.6. Status Gizi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(IMT) ... 37 4.6.1. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan

Pengetahuan Gizi ... 38 4.6.2. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan

Konsumsi Energi dan Protein ... 38 4.6.3. Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan

Konsumsi Energi dan Protein ... 39 BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Gizi Mahasiswa ... 41 5.2. Pola Makan Mahasiswa Berdasarkan Jenis Makanan dan

Frekuensi Makan ... 42 5.3. Konsumsi Energi dan Protein Mahasiswa ... 45 5.4. Status Gizi Mahasiswa ... 46 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 50 6.2. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Pengetahuan Gizi Seimbang Lampiran 2. Formulir Food Recall 24 Jam

Lampiran 3. Formulir Food Frequency

Lampiran 4. Data Karakteristik dan Pengetahuan Gizi Seimbang Mahasiswa Lampiran 5. Data Konsumsi Energi dan Protein Mahasiswa

Lampiran 6. Data Status Gizi Mahasiswa

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) .. 22 Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (Per Orang

Per Hari) ... 22 Tabel 4.1. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Tingkatan dan Jumlah

Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010 ... 32 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 32 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi ... 33 Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 33 Tabel 4.5. Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Jenis Makanan

dan Frekuensi Makan ... 34 Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Responden ... 36 Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Responden ... 36 Tabel 4.8. Distribusi Konsumsi Energi Rata-rata Responden Berdasarkan

Kelompok Umur Pada Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010 .. 37 Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Protein Rata-rata Responden Berdasarkan

Kelompok Umur Pada Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010 .. 38 Tabel 4.10. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 38 Tabel 4.11. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Gizi ... 39 Tabel 4.12. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Tingkat

Konsumsi Energi ... 39 Tabel 4.13. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Konsumsi

Protein ... 40 Tabel 4.14. Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

ABSTRAK

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat. Aktivitas yang padat serta kehidupan sosial pada mahasiswa sangat mempengaruhi perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya sehari-hari.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan gizi, pola makan, dan status gizi mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptis dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah seluruh mahasiswa PTKI Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Data pengetahuan gizi untuk menggambarkan pengetahuan gizi mahasiswa yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Pola makan untuk menggambarkan tingkat konsumsi energi dan protein yang diperoleh dengan menggunakan metode food recall 24 jam dilakukan dua kali dan menggunakan food frequency questionnaire untuk mengetahui jenis dan frekuensi makan. Status gizi diukur dengan menggunakan metode antropometri (Indeks Massa Tubuh).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan gizi mahasiswa dalam kategori baik, akan tetapi pola makan berdasarkan jenis makanan dan frekuensi makan masih kurang baik. Demikian juga dalam konsumsi energi sebagian besar mahasiswa dalam kategori kurang (23,1%) dan defisit (43,9%). Sedangkan konsumsi protein sebagian besar mahasiswa dalam kategori sedang (51,6%) dan baik (20,9%). Status gizi mahasiswa berdasarkan IMT, ditemukan sebesar 31,9% mahasiswa status gizinya kurus tingkat ringan dan 1,1 % mahasiswa status gizinya kurus tingkat berat.

Perlu disosialisasikan kepada mahasiswa tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sehingga kebutuhan gizi harian mahasiswa dapat terpenuhi.


(14)

ABSTRACT

University students as part of the Indonesian society and, especially, as the next generation of the nation were expected to have healthy life behavior. The students’ tight activities and social life highly affected their healthy life behavior especially on daily food pattern.

The purpose of this research was to find out the nutritional knowledge, food pattern and nutritional status of the university students of Pendidikan Teknologi Kimia Indonesia (PTKI) Medan in 2010. This study is descriptive with cross-sectional design. The population was all PTKI Medan students. Sampling was conducted by using simple random sampling method. The food pattern that described the students’ consuming level on energy and protein was collected by using food recall method which was conducted twice within 24 hours and food frequency questionnaire which was used to identify the food type and frequency of food consumption. The students’ nutritional status was assessed by using anthropometry method (Body Mass Index).

Result of the study showed that in general the students’ nutritional knowledge was in good category. However the students’ food pattern, based on the food type and frequency of food consumption was less good and so it was with the students’ consuming level on energy; most of the students was in less category (23,1%) and deficit (42,9%) category. Then most of the students’ consuming level on protein was in moderate category (51,6%) and good (20,9%) category. Concerning on the students’ nutritional status, based on the BMI, it was found that 31,9% students had thin nutritional status at light level and 1,1% students had thin nutritional status at heavy level.

Need to be socialized to the students about the general guidelines for balanced nutritional (PUGS) so the students’ daily nutritional can be met.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat, terutama di perkotaan. Melalui rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global. Dalam waktu relatif singkat telah diperkenalkan selera makanan gaya fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan telah berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat, dan rendah zat gizi mikro. Perubahan selera makan ini cenderung menjauhi konsep makan seimbang sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi (Baliwati, 2004).

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau pengetahuan untuk menerapkan informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan masyarakat khususnya ibu tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari beberapa faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan mereka (Budianto, 1998).

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat. Aktivitas yang padat serta kehidupan sosial pada mahasiswa sangat mempengaruhi perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya sehari-hari seperti makan yang tidak teratur, tidak sarapan pagi atau bahkan tidak makan siang serta sering mengonsumsi jajanan.


(16)

Sebagian besar mahasiswa merupakan anak kos yang tinggal jauh dari keluarga. Kebanyakan mereka memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat, kurang istirahat karena tidur larut malam dan kurang olahraga. Bagi laki-laki menjadi semakin kompleks karena merokok, kecanduan kopi apalagi ada sebagian besar yang gemar mengonsumsi alkohol. Parahnya hal semacam ini tidak diimbangi dengan asupan gizi yang baik (Putra, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muharrom (2006) tentang hubungan pola konsumsi dengan status gizi mahasiswa yang tinggal di asrama putra kampus Universitas Airlangga, diperoleh bahwa meskipun sebagian mahasiswa telah memiliki status gizi normal, tetapi masih ada yang mengalami kekurangan energi dan terbiasa makan dua kali sehari.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Sebagian mahasiswa USU memberi alasan mengonsumsi mie instant karena harga yang relatif murah dibandingkan dengan membeli sebungkus nasi. Kebiasaan mengonsumsi mie instant tersebut dapat menimbulkan masalah gizi, mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi apabila tidak ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi gizinya.

Dalam memperoleh makanan, ada beberapa cara mahasiswa kos mendapatkan makanan yaitu makan bayar, beli di warung, rantangan dan masak sendiri. Hal ini dilakukan 3 kali atau 2 kali per hari, tergantung kepada keinginan mahasiswa


(17)

tersebut. Khusus mereka yang makan sendiri atau makan bayar, keteraturan pola makannya sangat tergantung kepada kedisiplinan mereka mengatur waktu dan keuangan. Tidak jarang dijumpai mahasiswa yang makan pagi dan siang disatukan karena terlambat bangun atau kondisi keuangan yang kurang baik, karena biasanya yang dialami mereka yang kos, ada waktu tertentu uang mereka banyak dan ada

waktu tertentu uang mereka sedikit atau sama sekali tidak ada (Simanjuntak, 1998).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2002), waktu makan sebagian besar mahasiswa non kesehatan (54,3%) berada pada kategori sedang, 31,4% berada pada kategori kurang dan 14,3% berada pada kategori baik. Untuk memilih menu makanan paling banyak (52,9%) berada pada kategori sedang, 34,3% berada pada kategori kurang dan 12,9% berada pada kategori baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa non kesehatan masih kurang dalam memilih menu makanan dan menentukan waktu makan yang baik, pernyataan ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hanya 12,9% memiliki menu makanan kategori baik dan 14,3% mahasiswa non kesehatan yang memilih waktu makan kategori baik.

Pendidikan Teknik Kimia Industri (PTKI) yang terletak di Jalan Medan Tenggara (Menteng) VII Medan merupakan salah satu institusi pendidikan diploma (D3) yang terdiri atas dua jurusan yaitu Teknik Kimia Industri (TKI) dan Teknik Mekanik Industri (TMI) dimana sebagian besar mahasiswanya adalah anak perantauan (anak kos) yang bertempat tinggal di sekitar kampus tersebut. Makanan yang dikonsumsi mereka selain dengan masak sendiri adalah rantangan dan membeli


(18)

di warung dengan harga yang relatif terjangkau. Berdasarkan survei pendahuluan dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa PTKI mempunyai kebiasaan makan dua kali sehari (tidak sarapan pagi karena terlambat bangun pagi atau tidak selera makan) dan masih tingginnya konsumsi makanan fastfood. Hal ini dipengaruhi oleh karena terbatasnya uang saku dan padatnya aktivitas mahasiswa di kampus (kebiasaan mengisi waktu satu harian di kampus dari pukul 08.00 wib hingga pukul 17.00 wib dengan aktivitas di ruang laboratorium hingga sampai 5 jam, ruang kuliah, diskusi kelompok, dan kegiatan di senat mahasiswa).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa PTKI Medan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa PTKI Medan.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa PTKI Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan gizi mahasiswa PTKI Medan.

2. Untuk mengetahui jenis dan frekuensi makanan mahasiswa PTKI Medan. 3. Untuk mengetahui konsumsi energi dan protein mahasiswa PTKI Medan. 4. Untuk mengetahui status gizi mahasiswa PTKI Medan.


(19)

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi seluruh mahasiswa PTKI Medan tentang pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa PTKI Medan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Gizi Mahasiswa

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin sehingga apabila seseorang telah memasuki usia remaja atau dewasa mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan perilaku makannya karena pengetahuan gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa yang kita konsumsi setiap harinya. Dengan adanya pengetahuan gizi pada seseorang, maka kita dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan zat gizi yang sesuai dengan banyak kalori yang kita perlukan setiap harinya dalam melakukan aktivitas dan produktivitas kita sehari-hari sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal (Paul, 2001).

Hal ini didukung oleh pendapat Berg dalam Suhardjo (1989) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi. Solusi yang dapat dilakukan melalui suatu proses belajar mengajar tentang pangan, bagaimana tubuh menggunakan zat besi dan bagaimana zat besi tersebut diperlukan untuk menjaga kesehatan.


(21)

Faktor pendukung lain yang menyebabkan masih rendahnya tingkat pengetahuan gizi mahasiswa non kesehatan adalah kurang kreatif dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Pengetahuan tentang gizi dapat kita peroleh dari berbagai media seperti media massa, media cetak dan media elektronik untuk memenuhi rasa ingin tahu kita tentang gizi. Dengan kata lain, kemajuan teknologi, seperti misalnya acara konsultasi kesehatan di media televisi, majalah-majalah kesehatan, koran, internet, dan lain sebagainya berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan gizi mahasiswa (Ginting, 2002). Sesuai dengan pendapat Sediaoetomo (1999) yang mengatakan bahwa pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya.

2.2. Pola Makan Mahasiswa

Menurut Hong yang dikutip oleh Santoso (2004) mengemukakan bahwa pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pola makan di suatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau kondisi setempat yaitu (Santoso, 2004) :

a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan bahan makanan termasuk faktor geografi, kesuburan tanah berkaitan dengan produksi bahan makanan, daya perairan, kemajuan teknologi, transportasi, distribusi dan persediaan pangan di suatu daerah.

b. Faktor sosio-ekonomi dan kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen yang memegang peranan penting dalam pola konsumsi penduduk.


(22)

c. Bantuan atau subsidi terhadap bahan-bahan tertentu.

Pola makan mengandung aspek budaya, etnik, agama, sosial dan ekonomi. Karena itu unsur kenikmatan, kesantaian, nilai-nilai, tabu, dan sebagainya juga terkait dalam keseimbangan pola makan (Soekirman, 2000).

Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang. Mahasiswa dengan aktivitas sosial tinggi, memperlihatkan peran teman sebaya menjadi tampak jelas. Di kota besar sering kita lihat kelompok-kelompok mahasiswa bersama-sama makan di rumah makan yang menyajikan makanan siap saji/fastfood yang beraasal dari negara-negara barat. Fastfood tersebut, pada umumnya mengandung kadar lemak maupun kalori tinggi, sehingga apabila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan kegemukan dengan segala dampaknya (Sayogo, 2006)

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Sebagian mahasiswa USU memberi alasan mengkonsumsi mie instant karena harga yang relatif murah dibandingkan dengan membeli sebungkus nasi. Kebiasaan mengkonsumsi mie instant tersebut dapat menimbulkan masalah gizi, mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi apabila tidak ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi gizinya.


(23)

2.1.1. Kebiasaan Makan Mahasiswa

Menurut Putra (2008) banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan. Pertumbuhan mahasiswa (remaja menuju dewasa) diiringi dengan meningkatnya partisipasi kehidupan sosial mereka, dan aktifitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang di makan mahasiswa tersebut. Biasanya mahasiswa lebih suka makanan yang serba instant yang berasal dari luar rumah seperti fast food. Fast food biasanya mengandung zat gizi yang terbatas atau rendah, diantaranya adalah kalsium, riboflavin, vitamin A, magnesium, vitamin C, folat dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup tinggi pada berbagai fast food.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muharrom (2006) tentang hubungan pola konsumsi dengan status gizi mahasiswa yang tinggal di asrama putra kampus Universitas Airlangga, menunjukkan bahwa meskipun sebagian mahasiswa telah memiliki status gizi normal, tetapi masih ada yang mengalami kekurangan energi dan terbiasa makan dua kali sehari.

Pada umumnya tidak makan pagi atau sarapan juga merupakan kebiasaan mahasiswa. Padahal sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat nekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, memehami pelajaran, sehingga prestasi belajar pun lebih baik (Depkes, 1995)

Penelitian di universitas Lowa yang berlangsung 10 tahun menunjukkan bahwa anak-anak dan orang dewasa yang makan pagi secara rutin dan dengan


(24)

kualitas baik, mempunyai penampilan fisik dan mental yang baik, serta lebih produktif sepanjang pagi dan siang. Mereka juga mempunyai kecepatan reaksi dan lebih sedikit mengalami kelelahan pada otot-ototnya, dibandingkan dengan mereka yang tidak makan pagi (Anonim, 2004).

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan Mahasiswa

Pola konsumsi pangan atau pola makan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio-budaya dan religi (Baliwati, 2004). 1. Faktor ekonomi dan harga

Keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan berpengaruh besar terhadap konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan karena golongan miskin menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga (baik harga pangan maupun harga komoditas kebutuhan dasar).

Perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli.

Selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan harga nonpangan. Perubahan harga dapat berpengaruh


(25)

terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli yang berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini mengakibatkan konsumsi pangan berkurang.

2. Faktor sosio-budaya dan religi

Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Aspek sosio-budaya pangan adalah fungsi pangan masyarakat yang berkembang sesuai sengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan masyarakat tersebut.

Budaya merupakan cara hidup manusia yang berfungsi menjamin kelestarian hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan pengalaman yang teruji dalam upaya memenuhi kebutuhan orang-orang yang tergabung dalam masyarakat yang bersangkutan. Budaya mengajarkan orang tentang cara bertingkah laku dan berusaha dalam memenuhi kebutuhan dasar biologi. Orang dapat menentukan apa yang akan digunakan sebagai makanan, untuk siapa, dan dalam keadaan yang bagaimana makanan tersebut dimakan. Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh atau tidak boleh memakan suatu makanan (tabu). Oleh kareana itu, kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis pangan, pengolahan serta persiapan dan penyajiannya.

Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor sosio-budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi di berbagai lapisan masyarakat dan negara. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi.


(26)

Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan, takhayul, dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang berlainan. Suatu pantangan yang berdasarkan agama (Islam) disebut haram hukumnya, dan individu yang melanggar pantangan tersebut berdosa. Hal ini disebabkan makanan dan minuman yang dipantangkan mengganggu kesehatan dan jasmani atau rohani bagi pemakannya atau peminumnya. Sementara, pantangan atau larangan yang berdasarkan kepercayaan umumnya mengandung perlambang atau nasihat-nasihat yang dianggap baik dan tidak baik yang lambat laun menjadi kebiasaan (adat), terlebih dalam suatu masyarakat yang masih sederhana. Biasanya, pangan pantangan ini ditujukan untuk anak kecil, ibu hamil dan ibu menyusui. Pangan yang menjadi pantangan anak kecil adalah ikan, terutama ikan asin karena dapat menyebabkan cacingan, sakit mata atau sakit kulit. Kacang-kacangan juga tidak diberikan pada anak-anak karena khawatir perut anak akan kembung.

2.3. Konsep Dasar Gizi Seimbang

Gizi seimbang adalah susunan hidangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat hidup sehat secara optimal. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk hidup sehat adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam


(27)

bahan makanan. Hal ini berarti ada saling ketergantungan antara zat gizi (Anonim, 2004).

Keanekaragaman bahan makanan yang dikonsumsi tersebut dikelompokkan menjadi tiga golongan. Ketiga golongan tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut dengan urut-urutan menurut banyaknya digunakan dalam hidangan sehari-hari. Dasar kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan bahan makanan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pengatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang sangat relatif paling sedikit dimakan setiap hari. Ketiga golongan bahan makanan tersebut adalah : 1. Sumber zat energi/tenaga: padi-padian (serealia) seperti beras, jagung dan

gandum; sagu; umbi-umbian seperti ubi singkong dan talas; pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia juga dimakan sebagai makanan pokok serta hasil olahannya seperti tepung-tepungan, mie, roti, makaroni, havermont, dan bihun. 2. Sumber zat pengatur : berupa sayuran dan buah, sayuran diutamakan yang

berwarna hijau dan kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel dan tomat ; serta sayur kacang-kacangan, seperti kacang panjang, buncis dan kecipir. Buah-buahan diutamakan yang berwarna kuning jingga, kaya serat, dan yang berasa asam, seperti pepaya, mangga, nenas, nangka masak, jambu biji, apel, sirsak dan jeruk.

3. Sumber zat pembangun : sumber protein hewani seperti daging, ayam, telur, susu dan keju; serta sumber protein nabati seperti kacang-kacangan berupa kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tolo; serta hasil olahannya seperti tempe, tahu, susu kedelai dan oncom.


(28)

Selain bahan makanan yang dikemukakan diatas, menu sehari-hari juga menggunakan sumber lemak murni, seperti minyak goreng, margarin, mentega, serta sumber karbohidrat murni: seperti gula pasir, gula merah, madu dan sirop. PUGS menganjurkan agar 60-75% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat (terutama karbohidrat kompleks), 10-15% dari protein, dan 10-25% dari lemak (Almatsier, 2006).

2.3.1. Energi

Kebutuhan energi seseorang, menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka-panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk: (1) metabolisme basal; (2) aktivitas fisik, dan (3) efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (Spesific Dynamic Action/SDA). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal. Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak/minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu, bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber energi.

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan


(29)

tubuh. Sebaliknya, Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh, akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak (Almatsier, 2001).

2.3.2. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Terdapat berbagai fungsi protein dalam tubuh antara lain untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, pembentukan antibodi, sumber energi (Sayogo, 2006)

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lainnya. Padi-padian dan hasilnya relatif rendah dalam protein, tetapi karena dimakan dalam jumlah banyak, memberi sumbangan besar terhadap konsumsi protein sehari. Menurut Biro Pusat Statistik tahun 1999, rata-rata 51,4% konsumsi protein sehari berasal dari padi-padian.

Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial-ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun. Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan dengan kekuarangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus. Sedangkan, Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas.


(30)

Kelebihan protein biasanya memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein (Almatsier, 2001). 2.4. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang

Secara alami komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C tetapi miskin vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Anonim, 2007)

Berdasarkan hasil penelitian Khasanah (2006) bahwa pengetahuan siswi tentang porsi makanan yang mengandung karbohidrat hanya 29 orang (35,37%) yang sesuai dengan anjuran PUGS yaitu 50-60% atau setara dengan 3-4 piring nasi sedangkan 53 orang (64,63%) menyatakan tidak sesuai dengan anjuran PUGS. Sebanyak 42 orang (51,22%) siswi yang mempunyai tindakan tentang gizi seimbang tergolong sedang. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswi (74,39%) lebih memilih makanan jenis bakso atau mie instant (makanan fast food) yang tidak sesuai dengan anjuran PUGS.

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) memuat 13 Pesan Dasar, yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk


(31)

mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Makanlah Aneka Ragam Makanan

Makanan yang beraneka ragam dijamin dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Kesimpulannya, makan hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang.

2. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi

Setiap orang dianjurkan makan cukup hidangan mengandung sumber zat tenaga atau energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Kecukupan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badannya yang normal.

3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat, Setengah dari Kebutuhan Energi Seyogianya, sekitar 50-60% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks, atau setara dengan 3-4 piring nasi. Apabila energi yang diperoleh melebihi 60% berasal dari karbohidrat kompleks, maka biasanya kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.


(32)

4. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak Sampai Seperempat dari Kecukupan Energi

Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% dari kebutuhan energi dan tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi. Lemak dan minyak membuat mudah merasa kenyang.

5. Gunakan Garam Beryodium

Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). GAKI dapat menghambat perkembangan tingkat kecerdasan pada anak-anak, penyakit gondok endemik dan kretin. Garam mengandung natrium. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram atau satu sendok teh setiap harinya.

6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi

Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi. Anemia gizi dapat diderita oleh semua golongan umur, terutama ibu hamil, anak balita, anak sekolah, dan tenaga kerja wanita. Karena itu, mengkonsumsi makanan sumber zat besi perlu diperbanyak. Bahan makanan sumber zat besi antara lain adalah semua sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging.

7. Berikan ASI Saja Kepada Bayi Sampai Berumur 6 Bulan

Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Kolostrum, yakni ASI yang


(33)

keluar pada hari-hari pertama, agar diberikan kepada bayi. Setelah bayi berumur 6 bulan. ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi.

8. Biasakan Makan Pagi

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih baik.

9. Minumlah Air Bersih, Aman dan Cukup Jumlahnya

Air minum harus bersih dan bebas kuman. Oleh karena itu, air minum harus terlebih dulu dididihkan. Cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap harinya, agar proses faal dalam tubuh berlangsung dengan lancar dan seimbang.

10. Lakukan Kegiatan Fisik dan Olah Raga Secara Teratur

Kegiatan fisik dan olah raga, yang tidak seimbang dengan energi yang dikonsumsi dapat mengakibatkan berat badan lebih atau berat badan kurang bagi yang bersangkutan. Untuk mempertahankan berat badan normal, upayakan agar kegiatan fisik dan olah raga selalu seimbang dengan masukan energi yang diperoleh dari makanan sehari-hari.

11. Hindari Minum Minuman Beralkohol

Minum minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan, mabuk dan tak mampu mengendalikan diri. Kehilangan kendali diri sering menjadi pencetus tindak kriminal. Selain itu, minum minuman beralkohol secara berlebihan dapat


(34)

menimbulkan penyakit yang gawat, misalnya penyakit hati. Karenanya, hindari minum minuman beralkohol.

12. Makanlah Makanan Yang Aman Bagi Kesehatan

Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.

13. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas

Keterangan mengenai tanggal kadaluwarsa pada label menunjukkan kelayakan makanan tersebut untuk bisa dimakan atau tidak. Sedangkan keterangan mengenai bahan-bahan, yang terkandung dalam makanan kemas tersebut, memberikan informasi kepada konsumennya untuk menilai halal atau tidaknya makanan tersebut (Depkes RI, 1995).

2.5. Status Gizi

Menurut Supariasa (2002), status gizi adalah suatu keadaan seseorang sebagai akibat dari keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaan zat-zat tersebut oleh tubuh untuk pertambahan produksi energi dan proses tubuh. Status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal maupun gizi lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi. Bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunkan kemampuan fungsional,


(35)

misalnya kekurang vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat merasa lelah.

Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Karena itu untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dalam jumlah sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi, diperlukan konsumsi makanan yang seimbang baik jumlah maupun kualitasnya. Faktor gaya hidup dan pola makan yang terlanjur salah merupakan penyebab defisiensi unsur gizi tertentu yang sering terjadi. Selain itu, polusi, stres berkepanjangan, sakit keras, baru sembuh dari sakit dan minuman keras adalah faktor lain yang memepengaruhi penyerapan zat gizi dalam tubuh (Anonim, 2004).

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah penting karena selain mempunyai risiko terjadinya penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan berat badan yang ideal atau normal. Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan cara sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, sehingga mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa, 2002).


(36)

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut : Berat Badan (Kg) IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT

Kurus Kekuranga berat badan tingkat berat < 17,0 Kekuranga berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal > 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber: Depkes, 1994

2.6. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mancakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.

Angka kecukupan gizi (energi dan protein) rata-rata yang dianjurkan untuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari) Kelompok Umur Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (cm) Energi (Kkal) Protein (g) Pria 16-18 19-29 55 56 160 165 2600 2550 65 60 Wanita 16-18 19-29 50 52 154 156 2200 1900 50 50 Sumber: Irianto, 2007


(37)

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dari kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pengetahuan gizi sangat berperan dalam menunjang pola makan seseorang yang dilihat dari jenis makanan, frekuensi makan dan jumlah konsumsi makanan (energi dan protein) sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi status gizinya.

Pola makan : - Jenis makanan - Frekuensi makan

- Jumlah konsumsi energi dan protein

Status Gizi Pengetahuan


(38)

BAB III

MATODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional (sekat silang) yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan yang terletak di Jalan Medan Tenggara (Menteng) VII Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah berdasarkan hasil survei pendahuluan diperoleh bahwa sebagian besar mahasiswa PTKI mempunyai kebiasaan makan dua kali sehari (tidak sarapan pagi karena terlambat bangun atau tidak selera makan) dan konsumsi makanan fastfood yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh karena terbatasnya uang saku dan padatnya aktivitas mahasiswa di kampus (di ruang laboratorium hingga sampai 5 jam, ruang kuliah, diskusi kelompok, dan kegiatan di senat mahasiswa).

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan November 2009 sampai Maret 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) yang masih aktif yang berjumlah 992 orang.


(39)

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini diambil secara Simple Random Sampling, dengan menggunakan teknik undian (lottery technique), dimana setiap mahasiswa dalam satu tingkatan mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005):

n =

) ( 1 N d2

N + Keterangan : N = populasi

n = sampel

d = penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi yang ditetapkan 0,1

Perhitungan:

n =

) 1 , 0 ( 992 1

992

2

+ n =

92 , 10

992

n = 90,8424 n = 91 orang

Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel penelitian adalah 91 orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara langsung/kuesioner dengan mahasiswa PTKI Medan yang meliputi identitas, pengetahuan gizi. Data konsumsi makanan


(40)

meliputi jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi makanan mahasiwa diperoleh dengan menggunakan formulir food recall 24 jam dilakukan dua kali dan food frequency. Data status gizi mahasiswa diperoleh melalui penimbangan berat badan dengan menggunakan timbangan injak dan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan microtoise.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini adalah data jumlah mahasiswa PTKI yang masih aktif yang diperoleh dari bagian administrasi PTKI Medan.

3.5. Definisi Operasional

1. Pengetahuan gizi adalah pengetahuan yang dimiliki mahasiswa tentang susunan hidangan yang disesuaikan dengan konsep dasar gizi seimbang.

2. Pola makan adalah gambaran mengenai jenis makanan dan frekuensi makan yang dikonsumsi dan berlaku berulang-ulang dan terus-menerus.

3. Jenis makanan adalah berbagai macam bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari.

4. Frekuensi makan adalah banyaknya mengkonsumsi sejumlah makanan pokok, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman dan jajanan dalam periode tertentu. 5. Jumlah konsumsi energi dan protein adalah jumlah rata-rata asupan energi dan

protein setiap hari.

6. Status gizi adalah keadaan tubuh mahasiswa yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan makanan yang ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).


(41)

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen (alat) yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah : 1. Kuesioner

2. Formulir food recall 3. Formulir food frequency

4. Alat pengukur berat badan (weight scale) yaitu timbangan injak 5. Alat pengukur tinggi badan (microtoise)

6. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 7. Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA 3.7. Aspek pengukuran

1. Pengetahuan gizi diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan paling rendah diberi nilai 1. Pegukuran tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang dalam penelitian ini dibedakan atas 3 kategori berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden akan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang. Kategori aspek pengukuran pengetahuan gizi berdasarkan Arikunto (2000) yaitu:

- Baik, apabila total skor yang diperoleh responden > 66 % - Cukup, apabila total skor yang diperoleh responden 33-66 % - Kurang, apabila total skor yang diperoleh responden < 33 %

2. Jenis makanan diukur dari konsumsi makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain dengan menggunakan formulir food frequency.


(42)

3. Pengukuran frekuensi makan dibagi menjadi 5 jenis yaitu: 1-3x /hari, 4-5x /minggu, 1-3x /minggu, 1x/2 minggu atau lebih dan tidak pernah sama sekali. 4. Jumlah konsumsi energi dan protein diukur dengan menggunakan food recall

yang kemudian dibandingkan dengan DKGA.

Jumlah konsumsi energi dan protein dikategorikan menjadi: - ≥ 100 % AKG : Baik

- > 80-99 % AKG : Sedang - 70-80 % AKG : Kurang - < 70 % AKG : Defisit

5. Pengukuran status gizi dilakukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) mengikut i klasifikasi Depkes tahun 2000 dengan rumus :

Berat Badan (kg) IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Pengkategorian status gizi berdasarkan IMT adalah:

- Jika IMT <17,0 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau kekurangan energi kronis (KEK) berat.

- Jika IMT 17,0-18,4 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau kekurangan energi kronik (KEK) ringan. - Jika IMT 18,5-25,0 keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.

- Jika IMT >25,0-27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.


(43)

- Jika IMT >27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.

3.8. Teknik Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan tahapan sebagai berikut :

1. Pengetahuan gizi, jenis makanan dan frekuensi makan diolah secara manual. Kemudian hasilnya disajikan ke dalam tabel dengan menggunakan Microsoft Excel.

2. Konsumsi energi dan protein diperoleh dengan menggunakan program nutri survei. Kemudian hasilnya disajikan ke dalam tabel dengan menggunakan Microsoft Excel.

3. Status gizi diperoleh dari hasil pengukuran BB dan TB. Kemudian dibandingkan dengan nilai ambang batas Indeks Massa Tubuh (IMT).

3.8.2. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi terhadap variabel-variabel yang diteliti kemudian dianalisis secara deskriptif.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan PTKI Medan adalah salah satu perguruan tinggi milik pemerintah di bawah naungan Kementrian Perindustrian RI yang terletak di Jalan Medan Tenggara VII Medan. Didirikan pada tahun 1983 dengan bantuan Grant Aids dari pemerintah Jepang (JICA) dengan luas areal ± 8 Ha.

Jenjang pendidikan pada Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan adalah Diploma III (D3) dengan gelar Ahli Madya yang memiliki dua jurusan yang dikonsentrasikan pada teknologi proses dan maintenance pabrik, yaitu Jurusan Teknologi Kimia Industri (Terakreditasi B) dan Jurusan Teknologi Mekanik Industri (Terakreditasi B). Adapun batas-batas wilayah PTKI Medan adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Perumahan Medan Tenggara Indah Sebelah Selatan : berbatasan dengan Pusat Industri Kecil Sepatu

Sebelah Timur : berbatasan dengan Jalan Medan Tenggara (Menteng) Sebelah Barat : berbatasan dengan Jalan Tol

Sebagaian besar mahasiswa PTKI Medan adalah anak perantauan yang bertempat tinggal (kos) di sekitar kampus dan tergolong dalam ekonomi menengah ke bawah (uang saku terbatas). Kebiasaan mengisi waktu satu harian di kampus dari pukul 08.00 wib hingga pukul 17.00 wib dengan aktivitas di ruang laboratorium hingga sampai 5 jam, ruang kuliah, diskusi kelompok, dan kegiatan di senat mahasiswa merupakan kesibukan mereka sehari-hari di kampus.


(45)

PTKI memiliki 18 ruangan kelas dengan rata-rata daya tampung satu ruangan kelas adalah sekitar 30 orang mahasiswa. Jumlah mahasiswa PTKI Tahun Ajaran 2009/2010 adalah 992 orang yang terdiri dari 3 tingkatan seperti yang terlihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Tingkatan dan Jumlah Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010

No Tingkatan Jumlah

1. I 350

2. II 360

3. III 282

Jumlah 992

Sumber: Bagian Pendidikan PTKI Medan 2010 4.2. Karakteristik Responden

Distribusi responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2. di bawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin No Umur

(Tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah

n % n % n %

1. 18 4 25,0 12 75,0 16 100,0

2. 19 18 60,0 12 40,0 30 100,0

3. 20 19 57,6 14 42,4 33 100,0

4. 21 8 88,9 1 11,1 9 100,0

5. 22 2 100,0 0 0 2 100,0

6. 23 0 0 1 100,0 1 100,0

Sumber: Bagian Pendidikan PTKI Medan 2010

Dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa jumlah responden paling banyak berumur 20 tahun yaitu 33 orang yang terdiri dari 19 orang (57,6%) laki-laki dan 14 orang (42,4%) perempuan.


(46)

4.3. Pengetahuan Gizi Responden

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan gizi responden dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini:

Tabel.4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi

No Pengetahuan Gizi Jumlah

n %

1. Baik 75 82,4

2. Cukup 16 17,6

Jumlah 91 100,0

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa 75 orang (82,4%) responden pengetahuan gizinya baik dan 16 orang (17,6%) responden pengetahuan gizinya cukup. Dalam hal ini responden lebih memahami pertanyaan kuesioner nomor 2, 3, 7, 11, 16, 17 dan 18. Distribusi pengetahuan gizi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.4. di bawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Pengetahuan

Gizi

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki Perempuan

n % n % n %

1. Baik 42 56,0 33 44,0 75 100,0

2. Cukup 9 56,2 7 43,8 16 100,0

Ternyata pengetahuan gizi antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, yaitu 56,0% laki-laki dan 44,0% perempuan pengetahuan gizinya sudah baik.

4.4. Pola Makan Responden Berdasarkan Jenis Makanan dan Frekuensi Makan Jenis makanan dan frekuensi makan responden diukur dengan menggunakan

formulir food frequency. Pengukuran frekuensi makan yaitu: 1-3x/hari, 4-5x/minggu, 1-3x/minggu, 1x/2 minggu atau lebih dan tidak pernah. Hasil penelitian dapat dilihat


(1)

43 Sabam Surbakti

20

L

50

baik

44 Medi Dianna P

20

P

50

baik

45 Juni Prima S

19

L

44

baik

46 William Manik

20

L

50

baik

47 Lukman Nul Hakim

20

L

50

baik

48 Muhammad Ali

21

L

52

baik

49 Adrian Barus

19

L

42

baik

50 Alvino S

20

L

38

sedang

51 Tongam Pasaribu

19

L

42

baik

52 Putri Fiza

19

P

44

baik

53 Tinun Wulan Nita

19

P

40

sedang

54 Elminton Sidauruk

20

L

44

baik

55 Jerry Sembiring

20

L

42

baik

56 Delta Tarigan

20

L

42

baik

57 Yennika Silalahi

19

P

50

baik

58 Evelyna C

19

P

38

sedang

59 Omri Manik

19

L

46

baik

60 Gusnita Nancy

19

P

48

baik

61 Anry Manurung

20

L

44

baik

62 Juli Triani

19

P

40

sedang

63 Mira Handayani

19

P

46

baik

64 Yandi Silalahi

19

L

44

baik

65 Candra L.Gaol

20

L

42

baik

66 Persadanta Sembiring

22

L

42

baik

67 Samuel P

22

L

36

sedang

68 Ade Lily T

20

P

50

baik

69 Gita Ginting

20

P

48

baik

70 Nova Simbolon

20

P

46

baik

71 Wenita Tarigan

20

P

48

baik

72 Mega Sembiring

20

P

48

baik

73 Rosenta P

20

P

44

baik

74 Melda Sinuraya

20

P

48

baik

75 Sri W.S

23

P

44

baik

76 Verawaty Sihite

20

P

44

baik

77 Alexon Siregar

21

L

50

baik

78 Ari Sastria

21

L

46

baik

79 RNF.P Adi S

20

L

50

baik

80 Mei Sonia G

20

P

50

baik

81 Suyatno

21

L

46

baik

82 Darwin S

20

L

50

baik

83 Dewi Sahlia

20

P

40

baik

84 Herdi Purba

21

L

48

baik

85 Bresman Siahaan

21

L

42

baik

86 Imelda Gultom

20

P

50

baik

87 Frida S

20

P

38

sedang


(2)

89 Kiki Andriani

21

P

40

sedang

90 Dame Sianturi

20

P

46

baik

91 Zulham

21

L

46

baik


(3)

No Nama Umur L/P AKG BB TB IMT Kecukupan Tingkat Kecukupan Energi Prot

Energi

rt2 Protein rt2 Baik Sedang Kurang Defisit

1 Novelina Sitorus 18 P 2200 50 40 150 17,78 1552 46,8 P 93,6% E 70,6%

2 Desi Handayani 18 P 2200 50 44 154 18,55 1605 53,9 P 107,8% E 72,9%

3 Dasu Gusti H 18 P 2200 50 55 156 22,60 1781 49,3 E 81% P 98,6%

4 Ibnu Nasution 19 L 2550 60 48 160 18,75 1442,8 49,2 P 82% E 56,6%

5 Alexander Pinem 18 L 2600 65 55 164 20,45 1522,9 52,5 P 80,8% E 58,5%

6 Andro Situmorang 19 L 2550 60 57 158 22,83 1479,6 38 E 58% P 63,3%

7 Roida Situmorang 19 P 1900 50 46 155 19,15 1723,4 45,7 E 90,7% P 91,4%

8 Rahayu S 19 P 1900 50 48 148 21,90 1871,1 46,9 E 98,5% P 93,8%

9 Irawaty Saragih 18 P 2200 50 50 158 20,13 1672,9 50,4 P 100,8% E 76,1%

10 Abdul Sirait 19 L 2550 60 55 164 20,45 1398,6 41,5 E 54,8% P 69,2%

11 William Sitorus 18 L 2600 65 50 167 17,93 1807,5 56,9 P 87,5% E 69,5%

12 Iwan Sitorus 19 L 2550 60 68 162 22,10 1916,5 57,2 P 95,3% E 75,2%

13 Firnando S 18 L 2600 65 65 170 22,49 2292,5 60,5 E`88,2% P 93,1%

14 Desi Pardede 18 P 2200 50 48 150 21,33 1851 56,8 P 113,6% E 84,1%

15 Debora Stg 18 P 2200 50 50 158 20,13 1762,3 50 P 100% E 80,1%

16 Bernando Dmnk 19 L 2250 60 50 166 18,15 1578,9 47,5 P 79,2% E 61,9%

17 Andrew S 18 L 2600 65 60 165 22,04 1701,4 50,9 P 78,3% E 65,4%

18 Lasmaria S 18 P 2200 50 48 150 21,33 1496,6 43,1 P 86,2% E 68%

19 Junianti Tarigan 18 P 2200 50 50 156 20,55 1796,6 46,6 E 81,7% P 93,2%

20 Immanuel M 19 L 2550 60 65 170 22,49 1970,6 54,9 P 91,5% E 77,3%

21 Elfrida Purba 18 P 2200 50 50 158 20,13 1591,6 50,9 P 101,8% E 72,4%

22 Putri Hardiayanti 18 P 2200 50 41 152 17,75 1665,1 54,7 P 109,4% E 75,7%

23 Erwin Manalu 20 L 2550 60 50 166 18,15 1672,3 53,4 P 89% E 65,6%

24 Desmon Barus 19 L 2550 60 50 165 18,40 1728,3 50 P 83,3% E 67,8%

25 Erna Purba 19 P 1900 50 45 157 18,27 1528,6 45,6 E 80,1% P 91,2%

26 Jonferi S 19 L 2550 60 60 168 21,26 2004,6 50,8 P 84,7% E 78,6%

27 Vidia Virawita 18 P 2200 50 50 153 21,36 1556,1 47,6 P 95,2% E 70,7%

28 Erianto 19 L 2550 60 52 169 18,21 1669,2 42 P 70% E 65,5%

29 Belman P 19 L 2550 60 56 162 21,34 2079,4 54,2 E 81,5% P 90,3%

30 Erwin Syahputra 19 L 2550 60 54 168 19,13 1855,4 48,3 P 80,5% E 72,8%

31 Sandy Pratama 19 L 2550 60 50 165 18,40 1721,5 51,2 P 85,3% E 67,5%

32 Rika Siahaan 18 P 2200 50 50 150 22,22 1881,7 51,8 P 103,6% E 85,5%

33 Datkita Tarigan 20 L 2550 60 50 167 17,93 1807,5 52,5 P 87,5% E 70,9%

34 Bonardo 20 L 2550 60 55 165 20,20 1669,9 54,2 P 90,3% E 65,5%

35 Franky Sitorus 20 L 2550 60 65 175 21,22 1926,7 72,2 P 120,3% E 75,6%

36 Sastria 20 L 2550 60 62 165 22,77 1657,2 50 P 83,3% E 65%

37 Oktavianus S 20 L 2550 60 56 162 21,34 1818 56,5 P 94,2% E 71,3%

38 Arifin Ginting 20 L 2550 60 47 160 18,36 1392,8 45,3 P 75,5% E 54,6%

39 Ari Purba 20 L 2550 60 47 160 18,36 1406,9 46,7 P 77,8% E 55,1%

40 Tommy Siburian 19 L 2550 60 58 162 22,10 1739,7 36,6 E 68,2% P 61%

41 Asni Purba 19 P 1900 50 50 153 21,36 1521,9 38,6 E 80,1% P 77,2%

42 Togi Anna P 19 P 1900 50 52 156 21,37 1424,9 42,5 P 85% E 74,9%

43 Sabam Surbakti 20 L 2550 60 50 150 22,22 1112 41,9 E 43,6% P 69,8%

44 Medi Dianna P 20 P 1900 50 48 156 19,72 1381,2 41,1 P 82,2% E 72,7%

45 Juni Prima S 19 L 2550 60 60 170 20,76 1561,7 43,3 P 72,2% E 61,2%

46 William Manik 20 L 2550 60 50 166 18,15 1695,1 48,2 P 80,3% E 66,5%

47 Lukman Nul H 20 L 2550 60 50 165 18,37 1676,7 41,9 E 65,8% P 69,8%

48 Muhammad Ali 21 L 2550 60 55 164 20,45 1501,1 35,9 E 58,9% P 59,8%

49 Adrian Barus 19 L 2550 60 75 170 25,95 1682,1 57 P 95% E 65,9%

50 Alvino S 20 L 2550 60 50 170 17,30 1708,3 45,1 P 75,2% E 66,9%

51 Tongam Pasaribu 19 L 2550 60 65 175 21,22 1350,6 46,2 P 77% E 52,9%

52 Putri Fiza 19 P 1900 50 41 152 17,75 1867,9 44,8 E 98,3% P 89,6%

53 Tinun Wulan Nita 19 P 1900 50 45 153 19,22 1802,3 43,1 E 94,9% P 86,2%

54 Elminton S 20 L 2550 60 70 170 24,22 1649 46,3 P 77,2% E 64,7%

55 Jerry Sembiring 20 L 2550 60 50 165 18,40 1566,3 50,1 P 83,7% E 61,4%

56 Delta Tarigan 20 L 2550 60 55 170 19,03 1845,4 46,9 E 72,4% P 78,2%


(4)

Lampiran 6. Data Status Gizi Mahasiswa PTKI Medan 2010

No

Nama

Umur

L/P

BB

TB

IMT

Status Gizi

Kategori Status Gizi

1

Novelina Sitorus

18

P

40

150

17,78

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

2

Desi Handayani

18

P

44

154

18,55

normal

3

Dasu Gusti Handayani

18

P

55

156

22,60

normal

4

Ibnu Nasution

19

L

48

160

18,75

normal

5

Alexander Pinem

18

L

55

164

20,45

normal

6

Andro Situmorang

19

L

57

158

22,83

normal

7

Roida Situmorang

19

P

46

155

19,15

normal

8

Rahayu S

19

P

48

148

21,90

normal

9

Irawaty Saragih

18

P

50

158

20,13

normal

10

Abdul Sirait

19

L

55

164

20,45

normal

11

William Sitorus

18

L

50

167

17,93

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

12

Iwan Sitorus

19

L

68

162

22,10

normal

13

Firnando Sihombing

18

L

65

170

22,49

normal

58 Evelyna C 19 P 1900 50 45 157 18,27 1741,8 44 E 91,7% P 88%

59 Omri Manik 19 L 2550 60 62 165 22,77 2069,3 61,1 P 101,8% E 81,1%

60 Gusnita Nancy 19 P 1900 50 45 153 19,22 1690 50,4 P 100,8% E 88,9%

61 Anry Manurung 20 L 2550 60 50 166 18,15 1869,4 44,8 E 73,3% P 76,7%

62 Juli Triani 19 P 1900 50 52 156 21,37 1800,9 51,8 P 103,6% E 94,8%

63 Mira Handayani 19 P 1900 50 44 156 18,08 1605,3 45,2 E 84,5% P 90,4%

64 Yandi Silalahi 19 L 2550 60 60 170 20,76 1873,6 54,3 P 90,5% E 73,5%

65 Candra L.Gaol 20 L 2550 60 50 165 18,40 2023,5 48,4 P 80,7% E 79,4%

66 Persadanta S 22 L 2550 60 60 168 21,25 1447,6 52,9 P 88,2% E 56,8%

67 Samuel P 22 L 2550 60 60 170 20,76 1748,6 46,5 P 77,5% E 68,6%

68 Ade Lily T 20 P 1900 50 58 158 23,23 1780 61,5 P 123% E 93,7%

69 Gita Ginting 20 P 1900 50 58 156 23,83 2086,6 52,7 E109,8% P105,4%

70 Nova Simbolon 20 P 1900 50 39 152 16,90 1306,4 35,4 P 70,8% E 68,8%

71 Wenita Tarigan 20 P 1900 50 47 165 17,26 1560,4 41,9 E 82,1% P 83,8%

72 Mega Sembiring 20 P 1900 50 47 156 19,30 1454,9 67 P 134% E 76,4%

73 Rosenta P 20 P 1900 50 50 157 20,29 1520 69,2 P 138,4% E 80%

74 Melda Sinuraya 20 P 1900 50 50 155 20,81 1869,3 41,3 E 98,4% P 82,6%

75 Sri W.S 23 P 1900 50 48 158 19,23 1447,1 40,7 P 81,4% E 76,2%

76 Verawaty Sihite 20 P 1900 50 48 153 20,51 1521,9 38,6 E 80,1% P 77,2%

77 Alexon Siregar 21 L 2550 60 62 172 20,96 1694,1 39,1 E 66,4% P 65,2%

78 Ari Sastria 21 L 2550 60 58 168 20,55 1448,6 42,6 P 71% E 56,8%

79 RNF.P Adi S 20 L 2550 60 54 167 19,36 1745,6 51,9 P 86,5% E 68,5%

80 Mei Sonia G 20 P 1900 50 50 155 20,81 1624,1 63,9 P 127,8% E 85,5%

81 Suyatno 21 L 2550 60 50 167 17,93 1625,8 35,6 E 63,8% P 59,3%

82 Darwin S 20 L 2550 60 50 166 18,15 1421,7 48,2 P 80,3% E 55,8%

83 Dewi Sahlia 20 P 1900 50 44 156 18,08 1145 56,6 P 113,2% E 60,3%

84 Herdi Purba 21 L 2550 60 54 167 19,36 1402,3 44,9 P 74,8% E 55%

85 Bresman Siahaan 21 L 2550 60 60 170 20,76 1624 55,8 P 93% E 63,7%

86 Imelda Gultom 20 P 1900 50 50 160 19,53 1496,4 46,8 P 93,6% E 78,8%

87 Frida S 20 P 1900 50 45 167 18,27 1613,5 49,5 E 84,8% P 99%

88 Benny Panjaitan 21 L 2550 60 50 166 18,15 1705 51,9 P 86,5% E 66,9%

89 Kiki Andriani 21 P 1900 50 48 162 18,29 1749,6 44 E 92,1% P 88%

90 Dame Sianturi 20 P 1900 50 50 158 20,13 1654,4 56 P 112% E 87,1%


(5)

14

Desi Pardede

18

P

48

150

21,33

normal

15

Debora Sitanggang

18

P

50

158

20,13

normal

16

Bernando Damanik

19

L

50

166

18,15

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

17

Andrew Sitanggang

18

L

60

165

22,04

normal

18

Lasmaria Siahaan

18

P

48

150

21,33

normal

19

Junianti Tarigan

18

P

50

156

20,55

normal

20

Immanuel Manurung

19

L

65

170

22,49

normal

21

Elfrida Purba

18

P

50

158

20,13

normal

22

Putri Hardiayanti

18

P

41

152

17,75

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

23

Erwin Manalu

20

L

50

166

18,15

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

24

Desmon Barus

19

L

50

165

18,40

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

25

Erna Purba

19

P

45

157

18,27

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

26

Jonferi Simanjuntak

19

L

60

168

21,26

normal

27

Vidia Virawita

18

P

50

153

21,36

normal

28

Erianto

19

L

52

169

18,21

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

29

Belman Panjaitan

19

L

56

162

21,34

normal

30

Erwin Syahputra

19

L

54

168

19,13

normal

31

Sandy Pratama

19

L

50

165

18,40

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

32

Rika Siahaan

18

P

50

150

22,22

normal

33

Datkita Tarigan

20

L

50

167

17,93

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

34

Bonardo

20

L

55

165

20,20

normal

35

Franky Sitorus

20

L

65

175

21,22

normal

36

Sastria

20

L

62

165

22,77

normal

37

Oktavianus S

20

L

56

162

21,34

normal

38

Arifin Ginting

20

L

47

160

18,36

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

39

Ari Purba

20

L

47

160

18,36

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

40

Tommy Siburian

19

L

58

162

22,10

normal

41

Asni Purba

19

P

50

153

21,36

normal

42

Togi Anna P

19

P

52

156

21,37

normal

43

Sabam Surbakti

20

L

50

150

22,22

normal

44

Medi Dianna P

20

P

48

156

19,72

normal

45

Juni Prima S

19

L

60

170

20,76

normal

46

William Manik

20

L

50

166

18,15

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

47

Lukman Nul Hakim

20

L

50

165

18,37

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

48

Muhammad Ali

21

L

55

164

20,45

normal

49

Adrian Barus

19

L

75

170

25,95

gemuk

kelebihan berat badan tingkat ringan

50

Alvino S

20

L

50

170

17,30

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

51

Tongam Pasaribu

19

L

65

175

21,22

normal

52

Putri Fiza

19

P

41

152

17,75

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

53

Tinun Wulan Nita

19

P

45

153

19,22

normal

54

Elminton Sidauruk

20

L

70

170

24,22

normal

55

Jerry Sembiring

20

L

50

165

18,40

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

56

Delta Tarigan

20

L

55

170

19,03

normal

57

Yennika Silalahi

19

P

50

158

20,03

normal

58

Evelyna C

19

P

45

157

18,27

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan


(6)

60

Gusnita Nancy

19

P

45

153

19,22

normal

61

Anry Manurung

20

L

50

166

18,15

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

62

Juli Triani

19

P

52

156

21,37

normal

63

Mira Handayani

19

P

44

156

18,08

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

64

Yandi Silalahi

19

L

60

170

20,76

normal

65

Candra L.Gaol

20

L

50

165

18,40

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

66

Persadanta Sembiring

22

L

60

168

21,25

normal

67

Samuel P

22

L

60

170

20,76

normal

68

Ade Lily T

20

P

58

158

23,23

normal

69

Gita Ginting

20

P

58

156

23,83

normal

70

Nova Simbolon

20

P

39

152

16,90

kurus

kekurangan berat badan tingkat berat

71

Wenita Tarigan

20

P

47

165

17,26

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

72

Mega Sembiring

20

P

47

156

19,30

normal

73

Rosenta P

20

P

50

157

20,29

normal

74

Melda Sinuraya

20

P

50

155

20,81

normal

75

Sri W.S

23

P

48

158

19,23

normal

76

Verawaty Sihite

20

P

48

153

20,51

normal

77

Alexon Siregar

21

L

62

172

20,96

normal

78

Ari Sastria

21

L

58

168

20,55

normal

79

RNF.P Adi S

20

L

54

167

19,36

normal

80

Mei Sonia G

20

P

50

155

20,81

normal

81

Suyatno

21

L

50

167

17,93

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

82

Darwin S

20

L

50

166

18,15

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

83

Dewi Sahlia

20

P

44

156

18,08

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

84

Herdi Purba

21

L

54

167

19,36

normal

85

Bresman Siahaan

21

L

60

170

20,76

normal

86

Imelda Gultom

20

P

50

160

19,53

normal

87

Frida S

20

P

45

167

18,27

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

88

Benny Panjaitan

21

L

50

166

18,15

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

89

Kiki Andriani

21

P

48

162

18,29

kurus

kekurangan berat badan tingkat ringan

90

Dame Sianturi

20

P

50

158

20,13

normal


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendidikan Gizi Tentang Pola Makan Seimbang Melalui Game Puzzle dan Gambar Animasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak SDN 067690 Kota Medan

19 141 81

Karakteristik Anak dan Ibu, Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2014

4 89 208

Gambaran Pengetahuan dan Sikap ibu Tentang Gizi Seimbang dan Pola Makan Anak Autis di sdlbn 107708 Lubuk pakam tahun 2012

21 98 92

Gambaran Status Gizi dan Pola Penyakit Lansia Yang Berobat Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Kesehatan Daerah Militer I Bukit Barisan Medan Tahun 2002

0 48 60

Pengaruh Penatalaksanaan Gizi dan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi Balita Gizi Buruk di Puskesmas Se-Kota Medan

2 54 105

Gambaran Status Gizi Balita Pada Penderita Diare dan ISPA di Ruang Rawat Inap Bagian Anak RSU.H.Adam Malik Medan Periode Januari sampai Juni Tahun 2000

1 38 45

Gambaran Status Gizi dan Pola Penyakit Anak Balita di Ruang Rawat Inap Bagian Anak Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Periode Januari Sampai Juni Tahun 2000

0 24 64

Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Anak Balita Di Kelurahan Sei Putih Timur Ii Kecamatan Medan Petisah Tahun 2004

0 26 88

Hubungan Tingkat Sadar Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Padang Bulan Medan

2 34 80

Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Anak Balita di Desa Tertinggal Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010

1 44 90