1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan limbah cair perikanan sebagai penghasil listrik melalui teknologi Microbial fuel cell MFC,
serta mengetahui jumlah elektroda yang optimal untuk menghasilkan energi listrik dalam sistem MFC.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Cair Industri Perikanan
Limbah industri perikanan dapat didefinisikan sebagai apa saja yang tersisa dan terbuang dari suatu kegiatan penangkapan, penanganan, dan
pengolahan hasil perikanan. Limbah cair berupa cairan-cairan yang terbuang dari proses penyiangan dan pencucian ikan yang terutama mengandung darah, lemak,
dan substansi-substansi lain, maupun cairan yang terbuang dari proses pencucian daging ikan lumat yang terutama mengandung darah, protein larut air protein
sarkoplasma, lemak dan substansi lain Rieuwpassa dan Salampessy 1997. Pada industri perikanan baik industri pengalengan, industri pembekuan
cold storage, tepung ikan, maupun rumput laut, sangat besar mengonsumsi air yang digunakan untuk pengolahan, pencucian bahan baku dan peralatan, serta
operasional peralatan pengolahan. Oleh karena itu air limbah yang dikeluarkan oleh industri pengolahan sudah dipastikan besar volumenya Ibrahim 2004.
Menurut Suprihatin dan Romli 2009, sumber utama limbah cair industri perikanan adalah air proses pencucian, sisa pemasakan, dan pengepresan ikan
yang mengandung banyak bahan organik terlarut, padatan tersuspensi dan terlarut, nutrient, dan minyak. Limbah cair selama ini dibuang langsung ke selokansistem
drainase tanpa pengolahan yang memadai. Limbah cair mengandung bahan organik dalam konsentrasi tinggi karena keberadaan minyak, protein, padatan
tersuspensi, dan nutrient fosfor dan nitrat. Limbah cair ini dikeluarkan dalam jumlah yang tidak sama setiap harinya.
Pada waktu tertentu dalam jumlah banyak tetapi encer terutama mengandung protein dan garam. Pada waktu yang lain dikeluarkan limbah cair dalam jumlah
sedikit tetapi pekat yang mengandung protein dan lemak Ibrahim 2005. Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang tinggi.
Tingkat pencemaran limbah cair industri pengolahan perikanan sangat tergantung pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang diolah Ibrahim 2005. Air
limbah perikanan mengandung parameter BOD, COD, TSS, minyak dan lemak. Apabila keseluruhan parameter tersebut dibuang langsung ke badan air penerima,
maka akan mengakibatkan pencemaran air Edahwati dan Suprihatin 2009.
Tabel 1 Karakteristik limbah industri perikanan Parameter
Satuan Kegiatan
Pembekuan Kegiatan Pengalengan
Pembuatan Tepung Ikan
pH -
6-9 TSS
mgL 100
100 100
Sulfida mgL
- 1
1 Amonia
mgL 10
5 5
Klor bebas mgL
1 1
- BOD
mgL 100
75 100
COD mgL
200 150
300 Minyak lemak
mgL 0,02
8,54 6,54
Sumber: Kementrian Negara Lingkungan Hidup 2007
Tabel 1 merupakan karakteristik limbah industri perikanan berdasarkan beberapa kegiatan pengolahan hasil perikanan seperti kegiatan pembekuan,
kegiatan pengalengan, dan pembuatan tepung ikan. Baku mutu air limbah ini merupakan batasan unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah yang akan dibuang dari suatu kegiatan usaha. Limbah cair dari aktivitas industri perikanan, seperti proses pencucian,
pemasakan, dan pengepresan ikan menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah cair dari kegiatan tersebut mengandung bahan organik terlarut, padatan
tersuspensi, nutrient, dan minyak. Limbah cair selama ini dibuang langsung ke selokansistem drainase tanpa pengolahan yang memadai, atau sekedar dilewatkan
pada suatu unit pemisah minyak oil trap sederhana. Pada musim ikan, diperkirakan 1.300 m
3
hari limbah cair dihasilkan Romli dan Suprihatin 2009. Menurut FAO 1996, penanganan untuk limbah cair perikanan ada
beberapa perlakuan. Perlakuan pertama pada pengolahan limbah yang dilakukan secara umum adalah mengatur penghilangan partikel yang mengapung dan
mengendapkan padatan. Pada tahap pertama ini yang dilakukan adalah perlakuan fisik seperti pemisahan, sedimentasi, dan pengapungan. Pemisahan bertujuan
untuk menghilangkan padatan yang besar 0,7 mm atau lebih besar pada perlakuan pertama ini. Hal ini biasa dilakukan pada produksi pengolahan
makanan untuk mengurangi jumlah padatan secara cepat. Sedimentasi digunakan untuk menghilangkan padatan tersuspensi yang ada pada limbah cair. Pada limbah
perikanan hal ini termasuk sisik ikan, bagian daging ikan, dan jeroan.
Pengapungan merupakan perlakuan untuk menghilangkan tidak hanya minyak dan lemak tetapi padatan tersuspensi.
Perlakuan kedua adalah perlakuan secara biologis. Tujuan dari perlakuan secara biologis pada limbah cair ini adalah untuk menghilangkan padatan yang
tidak mengendap dan bahan organik terlarut dengan menggunakan mikroba. Mikroba ini digunakan untuk mendegradasi bahan organik pada limbah.
Berdasarkan caranya memanfaatkan oksigen, perlakuan ini diklasifikasikan menjadi aerobik membutuhkan oksigen dalam melakukan metabolismenya,
anaerobik tidak membutuhkan oksigen untuk melakukan metabolismenya dan fakultatif mampu berkembang biak dengan ada atau tidak oksigen meskipun
menggunakan proses metabolisme yang berbeda.
2.2 Microbial Fuel Cell MFC