1
I. PENDAHULUAN Latar Belakang
Domba lokal memiliki potensi untuk dikembangkan karena mempunyai beberapa keunggulan, seperti mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan
tropis, mampu bereproduksi sepanjang tahun, memiliki kekebalan terhadap beberapa macam penyakit dan parasit. Tetapi domba lokal juga memiliki
beberapa kendala yang perlu diatasi, antara lain bobot tubuh dan ukuran-ukuran tubuh lainnya dengan keragaman yang sangat tinggi disertai kualitas daging masih
belum memenuhi standar internasional. Perbaikan mutu genetik domba lokal dilakukan melalui seleksi dan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas
daging, sehingga domba pedaging yang berkualitas dapat dikembangkan secara nasional. Berdasarkan data statistik tahun 2010 DJBPP, 2010, populasi domba
di Indonesia mencapai 10.915.000 ekor dengan jumlah pemotongan domba mencapai 1.500.076 ekor atau sekitar 13,74 dari total populasi. Populasi ini
lebih rendah dibandingkan dengan kambing yang mencapai 15.815.000 ekor dengan jumlah ternak yang dipotong 594.516 ekor atau sekitar 3,75 dari total
populasi. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi masyarakat terhadap daging domba masih lebih rendah dibandingkan ternak kambing, padahal jika dilihat dari
proporsi dan kualitas daging, maka daging domba memiliki persentase daging yang lebih besar dengan tekstur daging yang lebih lembut dibandingkan daging
kambing. Hal ini menjadi tantangan yang menarik dalam pengembangan peternakan domba sebagai pendukung penyediaan daging nasional
Salah satu domba lokal yang potensial untuk dikembangkan adalah domba ekor tipis DET. Meskipun bobot badan dewasa hewan ini relatif lebih kecil
dibandingkan dengan domba ekor gemuk, tetapi DET memiliki kemampuan adaptasi yang baik dengan ketersediaan pakan yang terbatas dan suhu yang cukup
tinggi. Selain itu, DET memiliki tingkat kematian anak yang relatif rendah serta daya tahan tubuh terhadap penyakit ektoparasit dan cacing yang tinggi
Subandriyo, 2003. Kemajuan dalam bidang biologi molekuler memungkinkan upaya seleksi
dapat dilakukan pada tingkat DNA, yaitu dengan cara mencari gen yang mengontrol produktivitas ternak yang memberikan nilai ekonomis, seperti
2 perdagingan dan keempukan daging. Salah satu marka gen yang berhubungan
dengan bobot badan pada domba lokal yaitu gen yang mengatur sintesis calpastatin CAST Sumantri et al., 2008. Calpastatin merupakan enzim yang
berfungsi untuk menghambat degradasi protein sel-sel otot oleh enzim -calpain,
m-calpain. Peningkatan aktivitas CAST menyebabkan terjadinya pertambahan massa otot hypertrophy disertai dengan penurunan keempukan daging.
Calpastatin bersama-sama dengan myostatin berperan dalam mengatur laju pertumbuhan otot, dengan demikian keragaman gen CAST diduga akan
mempengaruhi sifat pertumbuhan domba lokal. Adanya variasi gen CAST pada ternak diharapkan akan memberikan pengaruh tidak hanya pada laju keempukan
daging postmortem, tetapi juga pada pertumbuhan otot.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari komparasi performa anatomis dan produktivitas serta kualitas karkas antara DET pada variasi gen calpastatin
yang berbeda. Data tersebut diharapkan dapat menjadi data dasar dalam pengembangan performa dan produktivitas bangsa DET berdasarkan variasi gen
CAST. Data ini juga dapat dijadikan acuan dalam pengembangan bangsa domba lokal Indonesia lainnya sehingga dapat dilakukan perbaikan produktivitasnya.
Identifikasi Masalah
Penelitian mengenai keragaman genetik, dan morfometrik domba lokal Indonesia telah banyak dilakukan, tetapi data mengenai komposisi karkas dan
distribusi perdagingan otot-otot pada domba lokal Indonesia masih sangat terbatas. Data morfometrik yang diamati saat ini hanya sebatas morfometrik dasar
seperti lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, panjang dan lebar kepala, tetapi data detail mengenai perfoma fenotip berdasarkan genotipe dari gen yang
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan belum banyak dilakukan. Selain itu pengaruh variasi gen dalam satu bangsa domba terhadap performa fenotipik juga
belum banyak dilakukan. Salah satu domba lokal yang menarik untuk diteliti adalah DET. Hal yang
istimewa dari DET adalah daya adaptasi hewan ini terhadap lingkungan sangat baik, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit cukup tinggi. Tetapi laju
3 pertumbuhan berat badan DET relatif rendah dibandingkan dengan domba ekor
gemuk, sehingga perlu dilakukan seleksi untuk dapat menghasilkan DET dengan performa yang lebih baik. Salah satu cara adalah dengan melihat performa dari
variasi gen yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan otot. Salah satu gen yang berperan dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan sel otot adalah
gen CAST. Penelitian tentang aktivitas CAST lebih banyak dilakukan dengan tujuan
untuk mengamati pengaruh gen ini pada keempukan daging, sedangkan pengaruhnya pada pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otot belum banyak
dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai performa fenotip perototan pada domba ekor tipis pada variasi gen calpain system
yang berbeda.
Keluaran yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan luaran : 1.
Data morfometrik DET lokal pada variasi gen CAST yang berbeda. 2.
Data perbandingan komposisi karkas DET lokal pada variasi gen calpastatin yang berbeda sehingga didapatkan komposisi karkas,
persentase daging, lemak, jaringan ikat dan tulang, serta persebaran lemak dari masing-masing domba tersebut.
3. Data perototan dari DET lokal pada variasi gen CAST yang berbeda,
sehingga dapat diketahui pola perdagingannya.
Hipotesis
Hipotesis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1.
H0 : Tidak terdapat perbedaan performa anatomis dan produktivitas antara domba ekor tipis dengan genotipe gen CAST-1 MM dengan MN.
2. H1 : Terdapat perbedaan performa anatomis dan produktivitas antara
domba ekor tipis dengan genotipe gen CAST-1 MM dengan MN.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA Domba Ekor Tipis