BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Geografis Kabupaten
Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara
geografis terletak antara 107°02’-107° 40’ BT dan 5°56’-6°34’ LS, termasuk daerah
yang relatif rendah dengan variasi ketinggian mencapai 0-1279 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0-2°, 2-15°, 15-40°, dan di atas 40° dengan
suhu rata-rata 27°C. Pada bagian selatan memiliki ketinggian antara 26 – 1.200 dpl.
Memperhatikan kondisi tersebut, Kabupaten Karawang merupakan daerah
dataran rendah dengan sebagian kecil dataran tinggi terutama di daerah
perbukitanpasir. Kabupaten Karawang memiliki 3 saluran irigasi besar, yaitu:
saluran induk tarum utara, saluran induk tarum tengah, dan saluran induk tarum barat.
Saluran irigasi ini digunakan untuk pengairan sawah, tambak, dan pembangkit
listrik. Berikut adalah luasan sawah dan serangan BLB pada Kabupaten Karawang.
Secara umum jenis tanah di Kabupaten Karawang adalah alluvial. Luas
lahan di Kabupaten Karawang secara keseluruhan 1.753,27 km
2
atau 175.327 ha dengan luas lahan sawah 97.529 ha. Dengan
luas sawah yang mencapai 97.529 ha dapat di liahat pada Tabel 1. bahwa serangan BLB
relatif kecil. Luas serangan terbesar terjadi pada tahun 2006 mencapai 4.419 ha atau
sekitar 4.68 dari total luas sawah di Kabupaten Karawang.
4.2 Kondisi Serangan BLB Pada Wilayah
Kajian
Luas serangan BLB di Kabupaten Karawang berbeda pada tiap tahunnya. Pada
periode tahun 2005-2009 Luas yang paling tinggi terjadi pada bulan Mei tahun 2008
mencapai lebih dari 1600 hektar. Pada tahun 2005 luas serangan tertinggi terjadi pada
bulan April yang mencapai hampir 1400 hektar. Pada tahun 2006 luas serangan
tertinggi terjadi pada bulan Maret yang mencapai 1200 hektar. Tahun 2007 serangan
tertinggi terjadi pada bulan April mencapai lebih dari 1200 hektar. Sedangkan tahun
2009 luas serangan tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan luas serangan tahun
sebelumnya yang mencapai lebih dari 1000 hektar. Pada tahun ini luas serangan tertinggi
terjadi pada bulan April dan Mei yang mencapai lebih dari 600 hektar. Secara
keseluruhan luas serangan BLB periode tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Gambar
4. Luas serangan BLB tinggi pada kisaran bulan Februari-Mei. Pada bulan-bulan
tersebut serangan mencapai lebih dari 1000 hektar dikarenakan sedang berada pada
musim penghujan sehingga curah tinggi adanya genangan air pada areal persawahan
sehingga suhu menjadi rendah dan kelembaban tinggi. Hal ini yang membuat
luas serangan BLB menjadi tinggi.
Tabel 1. Perbandingan luas sawah dengan luas serangan BLB pada Kabupaten Karawang. Tahun
Luas Sawah ha Luas Serangan BLB
Persentasi sawah terserang ha
2005 93.456 3.557
3.81 2006 94.385
4.419 4.68
2007 94.311 2.938
3.12 2008 94.311
4.019 4.26
2009 97.529 3.042
3.12 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang
Gambar 4.Luas serangan BLB bulanan di wilayah kajian tahun 2005-2009 Garret et al. 2006 menyatakan
bahwa perubahan iklim berpengaruh terhadap penyakit melalui pengaruhnya pada
tingkat genom, seluler, proses fisiologi tanaman dan patogen Analisis selanjutnya
dilakukan dengan melihat hubungan antara serangan BLB dengan unsur iklim yaitu
curah hujan, suhu, dan kelembaban pada setiap bulannya diwilayah kajian periode
tahun 2005-2009. Berikut adalah plot luas serangan dengan unsur iklim setiap bulannya
di wilayah Kabupaten Karawang tahun 2005-2009.
Kabupaten Karawang merupakan salah satu wilayah penghasil beras terbesar
di Jawa Barat yang memiliki tiga irigasi besar karena dilalui Sungai Citarum. Aliran
irigasi yang selama ini digunakan untuk mengairi lahan sawah seluas ±97 ha.
Gambar 4 menunjukkan bahwa serangan BLB terjadi setiap bulannya sepanjang
tahun. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya curah hujan di wilayah kajian serta
bisa dikarenakan pengairan irigasi yang terlalu berlebihan. Bacterial Leaf Blight
BLB dapat hidup pada musim penghujan dan musin kemarau yang basah. Dari
Gambar 5 dapat dilihat luas serangan tertinggi mencapai
≥1600 ha terjadi pada saat curah hujan mencapai 209 mm. Hal ini
dapat terjadi karena tingginya curah hujan pada saat itu mengakibatnya adanya
genangan air pada area sekitar tanaman padi sehingga suhu udara rendah dan kelembaban
meningkat maka peryerangan bakteri terhadap tanaman padi menjadi lebih cepat.
Pada saat curah hujan mencapai
≥73 mm luas serangan bakteri hawar daun mencapai
≥1300ha. Hal ini kemungkinan terjadi karena meskipun curah hujan tidak begitu
tinggi namun aliran irigasi yang dekat dengan area persawahan yang
mengakibatkan terjadinya genangan air berlebihan atau terjadi banjir sehingga suhu
udara sekitar menjadi rendah dan kelembaban tinggi. Dapat dilihat juga pada
saat curah hujan tinggi mencapai
≥240 mm luas serangan berada di atas 1000 ha.
Namun pada saat curah hujan ≥252 mm luas
serangan dari bakteri hawar daun ini hanya mencapai
≥300 ha. Hal ini bisa saja terjadi karena pada saat curah hujan tinggi aliran
irigasi tidak meluap ke area pertanaman padi sehingga pada saat itu genangan air akibat
curah hujan yang tinggi cepat diserap oleh tanah dan tanaman tidak tergenang air
terlalu lama yang mengakibatkan udara sekitar tanaman padi menjadi lembab.
Gambar 5. Grafik hubungan curah hujan dengan luas serangan BLB di wilayah Kabupaten Karawang 2005-2009
Gambar 6. Grafik hubungan kelembaban dengan serangan BLB di wilayah Kabupaten Karawang 2005-2009
Tingginya curah hujan di Kabupaten Karawang mempengaruhi kelembaban di
wilayah tersebut. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa pada saat kelembaban tinggi
bakteri berkembang dengan baik untuk menginfeksi tanaman padi. Saat kelembaban
mencapai 84.5 luas serangan bakteri hawar daun mencapai 1700 ha. Namun pada
saat kelembaban mencapai
≥85 tingkat serangan menurun dan berada di bawah
300ha. Hal ini bisa saja terjadi bila saat udara lembab ada kemungkinan pada saat itu
sedang tidak ada tanaman padi atau dengan kata lain bukan masa tanam padi. Pada saat
kelembaban mencapai 66 luas serangan tinggi bahkan mencapai
≥1200 ha. Pada saat kelembaban 60 tingkat serangan mencapai
≥1300 ha. Bakteri penyebab penyakit kresek
pada padi Xanthomonas oryzae pv. oryzae mempunyai suhu optimum pada 30ºC
Webster dan Mikkelsen 1992 dalam Wiyono 2007. Pengaruh suhu terhadap
penyebaran BLB dapat dilihat pada Gambar 7. Periode 2005-2009 serangan BLB terjadi
setiap bulan meskipun mengalami fluktuasi karena pada periode tahun tersebut suhu
rata-rata bulanan maksimum kurang dari 30º C yang merupakan suhu optimum
perkembangan bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae
penyebab penyakit hawar daun atau lebih dikenal dengan kresek pada
tanaman padi. Tinggi rendahnya tingkat serangan BLB di wilayah Kabupaten
Karawang selain dipengaruhi unsur iklim dapat juga dipengaruhi oleh pola para petani
dari mulai menanam sampai panen.
Penyakit terjadi pada musim hujan atau musim kemarau yang basah, terutama pada
lahan sawah yang selalu tergenang, dan di pupuk N tinggi 250 kg ureaha .
Gambar 7. Grafik hubungan suhu udara dengan serangan BLB di wilayah Kabupaten Karawang 2005-2009
Gambar 8. Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Karawang tahun 2005-2009 4.3. Kondisi Iklim di Wilayah Kajian
Kabupaten Karawang terletak pada107°02’-107° 40’ BT dan 5°56’-6°34’
LS. Data iklim yang digunakan diperoleh dari stasiun SMPK Jatisari, Karawang, Jawa
Barat 6°21’ LS dan 107°30’ BT dengan ketinggian 28 mdpl.
Pada Gambar 8 dapat dilihat curah hujan periode tahun 2005-2009 mengalami
fluktuasi. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret tahun 2009. Dilihat secara
keseluruhan curah hujan tinggi terjadi pada tahun 2006 dan 2009. Bila saluran irigasi
yang mengaliri air ke lahan sawah yang sedang ditanami padi penggunaannya tidak
semestinya maka akan terjadi genangan air yang menyebabkan perkembangan BLB
meningkat karena suhu di sekitar tanaman padi menjadi rendah dan udara lembab.
Suhu udara rata-rata bulanan di wilayah Kabupaten Karawang periode tahun
2005-2009 meskipun mengalami fluktuasi tetapi suhu udara rata-rata tiap bulan
dibawah suhu optimum perkembangan BLB yaitu 30°C. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 9. Pada bulan Januari-Agustus tahun 2007 suhu udara mencapai dibawah
27°C yang merupakan suhu optimum perkembangan BLB. Hal ini bisa
menyebabkan peningkatan serangan BLB. Pada tahun 2006 suhu udara di bawah 27°C
terjadi pada bulan Januari dikarenakan curah hujan tinggi, Februari, Oktober-Desember
suhu udara rendah bisa terjadi karena matahari tertutup awan sehingga radiasi
matahari tidak terlalu banyak . Sedangkan pada tahun 2005 suhu dibawah 27°C terjadi
pada bulan Januari-Februari. Pada tahun 2008 suhu udara di bawah 27°C terjadi pada
bulan Februari dan Juli. Pada Tahun 2009 terjadi peningkatan curah hujan pada bulan
Januari-Februari sehingga suhu udara pada bulan tersebut rendah mencapai di bawah
27°C. Fluktuasi suhu udara di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Suhu rata-rata di Wilayah Kabupaten Karawang tahun 2005-2009
Gambar 10. Kelembaban rata-rata di Wilayah Kabupaten Karawang tahun 2005-2009 Datangnya musim hujan bulan
Oktober hingga Desember selain memberikan persediaan air yang cukup bagi
tanaman, ternyata juga memberikan dampak negatif berupa lingkungan yang lembab.
Kelembaban yang cukup tinggi akan meningkatkan pertumbuhan penyakit hawar
daun bakteri. Curah hujan yang tinggi diiringi dengan saluran irigasi yang kurang
baik maka akan mengakibatkan terjadinya genangan air di areal persawahan. Hal inilah
yang menyebabkan lingkungan menjadi lembab. Fluktuasi kelembaban di wilayah
Kabupaten Karawang periode tahun 2005- 2009 dapat dilihat pada Gambar 10.
Kelembaban rendah terjadi pada tahun 2005 dan 2006 hingga berada di bawah 70. Pada
tahun 2005 kelembaban berada pada kisaran 54-70 sedangkan pada tahun 2006
kelembaban berada pada kisaran 55-75. Pada tahun 2008 kelembaban berada pada
kisaran 75-90 dan kelembaban maksimum mencapai 90 terjadi pada bulan
Februari. Pada tahun 2007 kelembaban udara berkisar pada 63-80 dengan
kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Mei dibawah 65 dan meningkat
sampai 80 yang merupakan kelembaban maksimum pada tahun 2007 yang terjadi
juga pada bulan Februari. Pada tahun 2009 kelembaban udara berada pada kisaran 65-
85 dengan kelembaban maksimum terjadi pada bulan Juni.
4.4. Analisis Regresi