Hubungan panjang dan bobot Identifikasi kelompok ukuran dan parameter pertumbuhan

Tabel 2. Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi TKG Betina Jantan I Ovari seperti benang, panjangnya sampai ke depan rongga tubuh, serta permukaannya licin Testes seperti benang,warna jernih, dan ujungnya terlihat di rongga tubuh II Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari kekuning-kuningan, dan telur belum terlihat jelas Ukuran testes lebih besar pewarnaan seperti susu III Ovari berwarna kuning dan secara morfologi telur mulai terlihat Permukaan testes tampak bergerigi, warna makin putih dan ukuran makin besar IV Ovari makin besa, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi 12-23 rongga perut Dalam keadaan diawet mudah putus, testes semakin pejal V Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat didekat pelepasan Testes bagian belakang kempis dan dibagian dekat pelepasan masih berisi Sumber: Effendie 1997 Data sekunder meliputi data hasil dan upaya penangkapan ikan kembung lelaki, alat tangkap ikan kembung lelaki, kapal penangkapan ikan kembung lelaki, dan karakteristik Perairan Selat Sunda. Data tersebut diperoleh dari hasil studi pustaka serta arsip milik PPI labuan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.

3.3. Analisis Data

3.3.1. Hubungan panjang dan bobot

Model yang digunakan dalam menduga hubungan panjang dan bobot Effendie 1997 adalah sebagai berikut: 1 Keterangan : W = bobot gram L = panjang mm a dan b = konstanta Selanjutnya, untuk menduga nilai a dan b model tersebut ditransformasi dengan cara yang terlampir pada Lampiran 1 sehingga menjadi persamaan berikut 2 Misalkan Log L = x i ; Log W = y i ; b = b 1 dan b maka persamaan tersebut dapat disederahanakan menjadi y i = b 0 + b 1 x i . Parameter b , b 1 dan Koefisien determinasi R 2 diduga menggunakan persamaan yang disajikan pada Lampiran 2. Kehomogenan regresi pada ikan kembung lelaki jantan dan betina dapat diuji menggunakan uji t Steel dan Torrie 1991 dengan: Ho : b 1 = b 2 Ho : b 1 ≠ b 2 √ ∑ ̅ ∑ ̅ 3 Sedangkan s 2 dihitung menggunakan persamaan berikut ∑ ̅ ∑ ̅ ̅ ∑ ̅ ∑ ̅ ∑ ̅ ̅ ∑ ̅ 4 Keterangan : b 1 : kemiringan garis pada contoh ke-1 b 2 : kemiringan garis pada contoh ke-2 : data ke-j j=1,2,...,n pada contoh ke-1 untuk peubah bebas ̅ : nilai rataan peubah bebas pada contoh ke-1 : data ke-j j=1,2,...,n pada contoh ke-2 untuk peubah bebas ̅ : nilai rataan peubah bebas pada contoh ke-2 : data ke-j j=1,2,...,n pada contoh ke-1 untuk peubah tidak bebas ̅ : nilai rataan peubah tidak bebas pada contoh ke-1 : data ke-j j=1,2,...,n pada contoh ke-2 untuk peubah tidak bebas ̅ : nilai rataan peubah tidak bebas pada contoh ke-2

3.3.2. Identifikasi kelompok ukuran dan parameter pertumbuhan

Identifikasi kelompok ukuran dilakukan dengan menganalisis frekuensi panjang dengan metode NORMSEP NORMal SEParation yang dikemas dalam paket program FISAT II FAO-ICLARM Stok Assesment Tool. Sebaran frekuensi panjang dikelompokan kedalam beberapa kelompok umur yang menyebar normal dengan nilai rata-rata panjang dan simpangan baku pada masing-masing kelompok umur Gayanilo et al. 1994 in Perdanamihardja 2011. Menurut Boer 1996 fungsi objektif yang digunakan untuk menduga { ̂ ̂ ̂ adalah fungsi kemungkinan maksimum maximum likehood function: ∑ ∑ √ 5 Keterangan : f i = frekuensi ikan pada kelas panjang ke-i i = 1, 2, ...,N, p j = proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j j =1, 2, .., G, µ j = rata-rata panjang kelompok umur ke-j, σ j = simpangan baku panjang kelompok umur ke-j, x i = titik tengah kelas panjang ke-i Pendugaan nilai tengah kelompok umur dilakukan dengan cara mencari turunan pertama L masing-masing terhadap µ j, σ j, dan p j Lampiran 3.

3.3.3. Parameter pertumbuhan