E. Kerangka Pemikiran Penelitian
Secara  skematis,  kerangka  konsep  penelitian  dapat  digambarkan  sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan berupa acuan kepada pihak  pemerintah  daerah  Wonosobo  untuk  penyusunan  Skema  Imbal  Jasa
Lingkungan  bagi  pengelolaan  DAS  Serayu  dimasa  yang  akan  datang  guna
memotivasi  masyarakat  selaku  pengelola  jasa  lingkungan  di  dalam  menjaga  dan memelihara kualitas DAS Serayu. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan  manfaat  kepada  pihak-pihak  yang  terlibat  di  dalam  pengelolaan kawasan  Dieng,  terutama  bagi  pemerintah  dan  masyarakat  di  dalam  membuat
kebijakan dan menentukan pola pengelolaan lahan pertanian kentang yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai DAS
Persoalan  sedimentasi,  penurunan  muka  air  suatu  waduk,  sungai,  atau danau serta maraknya kejadian bencana alam akhir-akhir ini seperti longsor, banjir
dan kekeringan, dapat dipandang sebagai indikator tidak optimalnya pengelolaan sumberdaya  alam  dan  manusia  dalam  Daerah  Aliran  Sungai  DAS.  Intervensi
dan kebutuhan manusia dalam pemanfaatan sumber daya yang semakin meningkat membuat makin banyaknya DAS yang rusak dan kritis.
Salah  satu  fokus  kegiatan  Departemen  Kehutanan  pada  era  Kabinet Indonesia Bersatu adalah pengelolaan DAS. Saat ini diketahui bahwa jumlah DAS
kritis  yang  ada  di  Indonesia  mencapai  458  DAS  dimana  60  DAS  diantaranya termasuk kedalam prioritas I, 222 DAS termasuk ke dalam prioritas II dan sisanya
176  DAS  tergolong  ke  dalam  prioritas  III  untuk  upaya  penanggulangannya rehabilitasinya. Sedangkan lahan kritis di wilayah DAS kritis di Indonesia sangat
luas  dan  terbagi  ke  dalam  lahan  sangat  kritis  seluas  6.890.567  hektar  dan 23.306.233 hektar merupakan lahan kritis Darori, 2008.
Gambaran kerusakan DAS dan degradasi lahan menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 1984 terdapat  22  DAS  dalam keadaan kritis  dengan
luas 9.699.000 ha, kemudian meningkat  menjadi  39 DAS kritis  pada tahun 1994 dengan luas lahan kritis mencapai 12.517.632 ha dan pada tahun 2000 DAS kritis
berjumlah  42  DAS  dengan  luas  lahan  kritis  mencapai  23.714.000  ha  Soenarno, 2000; Ditjen RRL, 1999. Saat ini diperkirakan 13 atau 62 DAS dari 470 DAS
di  Indonesia  dalam  kondisi  kritis,  meskipun  kegiatan  konservasi  tanah  dan  air dalam pengelolaan DAS sudah sejak lama dilakukan.
Pendekatan pengelolaan DAS menjadi relevan kembali setelah munculnya persoalan  pengelolaan  sumber  daya  alam  serta  dampak  pengelolaan  yang  buruk.
Selain  itu  pendekatan  pengelolaan  DAS  yang  lebih  menonjolkan  aspek  erosi sedimentasi ternyata menjadi bumerang bagi pengelolaan DAS. DAS tidak hanya
menghasilkan  satu  fungsi  yang  selama  ini  lebih  ditonjolkan  tetapi  banyak  fungsi DAS  seperti  penyedia  pangan,  papan,  sandang,  rekreasi,  pendaur  ulang  sampah,
penyedia  air,  mitigasi  kekeringan,  mitigasi  banjir,  keanekaragaman  hayati,