4
divide, atau punggung bukitgunung yang dapat ditelusuri pada peta topografi. Semua air permukaan yang berasal dari daerah yang dikelilingi oleh pembagi tersebut dialirkan melalui titik
terendah pembagi, yaitu tepat yang dilalui oleh sungai utama pada DAS yang bersangkutan Linsley, 1985.
Menurut Suripin 2004, karakteristik DAS akan berpengaruh besar terhadap besarnya aliran permukaan. Karakteristik tersebut adalah a luas dan bentuk DAS, b topografi, dan c tata guna
lahan. Semakin besar luas DAS, semakin besar pula volume aliran permukaan. Bentuk DAS yang memanjang dan sempit akan menghasilkan aliran permukaan yang kecil dibanding DAS yang
memiliki bentuk yang melebar dan melingkar. Hal ini karena pada DAS yang memanjang, aliran permukaan akan membutuhkan waktu lama untuk terkonsentrasi pada suatu titik. Topografi akan
berpengaruh pada kemiringan lahan, keadaan dan kerapatan parit atau saluran. Volume aliran permukaan akan lebih besar pada DAS yang memiliki kemiringan curam dan saluran yang rapat
dibanding dengan DAS yang landai, terdapat cekungan – cekungan, dan jarak antar parit atau
saluran yang jarang. Pengaruh tata guna lahan dinyatakan dengan koefisien aliran permukaan C, yaitu perbandingan antara besar aliran permukaan dengan besar curah hujan. Dengan kisaran 0
– 1, semakin rusak suatu DAS, harga C mendekati satu yang berarti hampir semua air hujan mengalir
sebagai aliran permukaan dan sedikit sekali yang berinfiltrasi ke dalam tanah. Perubahan penutupan lahan memberikan respon hidrologis berupa terjadinya perubahan pada
limpasan permukaan, erosi dan tingkat pengisian air di bumi. Dalam skala lokal, perubahan penutupan lahan akan memberikan efek secara cepat terhadap hidrologi lokal seperti peningkatan
pada limpasan permukaan dan peningkatan erosi. Sebagai indikator fisik DAS, limpasan permukaan berpengaruh terhadap sedimentasi, kualitas air sungai, dan debit sungai. Limpasan
permukaan dipengaruhi oleh faktor urbanisasi, kekasapan permukaan, reforestasi, curah hujan, dan persentase penutupan tajuk Taufik, 2006.
DAS berfungsi sebagai penampung air hujan, penyimpan, dan pendistribusian menuju sungai dan saluran lainnya. Gangguan fungsi DAS yang marak terjadi pada saat ini akan berdampak pula
terhadap sistem hidrologi Suripin, 2004
C. Soil and Water Assessment Tool SWAT
Soil and Water Assessment Tool yang disingkat SWAT adalah model hidrologi skala daerah aliran sungai DAS yang pertama kali dikembangkan oleh Dr. Jeff Arnold untuk USDA
Agricultural Research Service WASWC, 2008. SWAT dikembangkan untuk memprediksi dampak pengelolaan lahan land management practices terhadap hasil air, sedimen, dan hasil
kimia pertanian pada suatu DAS yang kompleks dan luas dengan beragamjenis tanah, penggunaan lahan dan pola pengelolaan pada waktu yang lama.
Menurut Neitsch et. al. 2001 dalam WASMC 2009, SWAT merupakan model hidrologi berbasis proses fisika physically based model yang memerlukan informasi spesifik tentang iklim,
sifat – sifat tanah, topografi, vegetasi dan praktek pengelolaan lahan yang terjadi di dalam DAS.
Proses – proses fisika seperti pergerakan air, sedimentasi, pertumbuhan tanaman, siklus hara dan
sebagainya secara langsung dapat dimodelkan oleh SWAT. Proses yang dimodelkan oleh SWAT yang terjadi di dalam DAS didasarkan kepada neraca air. Persamaan neraca air yang berlaku pada
model SWAT sebagai berikut : � = �
+ −
− − �
� −
=1
…………….1
5
Dimana � adalah kandungan air tanah akhir mm, �
adalah kandungan air tanah permulaan hari 1 mm, t adalah waktu hari, Rday adalah jumlah curah hujan pada hari i mm,
Qsurfc adalah jumlah aliran permukaan pada hari i mm, Ea adalah jumlah evapotranspirasi pada hari i mm, Wseep adalah jumlah air yang masuk ke dalam zona vadose pada profil tanah pada
hari i mm, dan Qgw adalah jumlah air yang merupakan air kembali. Deliniasi DAS sebagai areal penelitian dilakukan menggunakan Digital Elevation Model
DEM. DEM membatasi areal penelitian berdasarkan berdasarkan topografi alaminya. Dalam simulasi, suatu DAS dibagi menjadi beberapa Sub DAS. Sub DAS adalah pembagian atau
pengelompokan berdasarkan kesamaan penggunaan lahan dan tanah atau sifat lain yang berpengaruh terhadap hidrologi. Informasi masukan untuk setiap sub-basin dikelompokan atau
disusun kedalam kategori berikut : iklim, unit respon hidrologi hydrologic response unitHRU, genanganbasahan, air bawah tanah, dan saluran utama yang men-drainase sub-basin. HRU adalah
kelompok lahan di dalam sub-basin yang memiliki kombinasi tanaman penutup, tanah, dan pengelolaan yang unik.
Untuk mendapatkan Hydrologic Response Unit HRU sebagai unit analisis dilakukan tumpang tindih overlay antara peta tanah dengan peta penggunaan lahan. HRU yang terbentuk
selanjutnya dihubungkan dengan data iklim yang telah di-entry menggunakan format file.pcp dan file.tmp. Simulasi dijalankan setelah periode simulasi ditentukan.
Simulasi hidrologi DAS dengan menggunakan SWAT dapat dibagi menjadi dua bagian.utama. Bagian pertama adalah fase lahan pada siklus hidrologi dan kedua adalah fase
pergerakan air pada siklus hidrologi. Pada fase lahan yaitu mengontrol jumlah air, sedimen, hara dan pestisida yang masuk ke sungai. Pada fase pertama ini merupakan fase lahan dari siklus
hidrologi yang dapat dilihat pada sub DAS dan HRUs. Pada tingkat sub-DAS dan HRU, informasi yang diperoleh meliputi jumlah curah hujan, evapotranspirasi, kandungan air tanah, perkolasi,
aliran permukaan, aliran dasar, aliran lateral, dan total hasil air yang hasil air yang masuk ke dalam saluran utama pada sub-basin selama periode simulasi.
Fase kedua adalah fase pergerakan air fase air pada siklus hidrologi yang didefinisikan sebagai pergerakan air, sedimen, hara dan pestisida melalui jaringan sungai sampai ke outlet
Neitsch et. al. 2009. Pada fase ini dapat diperoleh informasi jumlah aliran yang masuk dan keluar sungai utama, jumlah air yang hilang melalui penguapan dan rembesan selama periode simulasi
Arsyad, 2006.
D. Sequencial Uncertainty Fitting version 2. Soil and Water Assessment Tool-