Pengaruh Jenis Isolat Sp.

dengan nilai 0,9. Nilai dari rata-rata pertumbuhan anak daun kedua jenis bahan pembawa tersebut berbeda cukup jauh dengan rata-rata pertumbuhan anak daun dari K 4 dan K 3 yang masing masing bernilai 5,9 dan 4,4. Walaupun nilai dari A dan K 4 terpaut cukup jauh, namun kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95. Perlakuan A hanya berbeda nyata terhadap perlakuan K 3 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan K 5 . Perlakuan K 5 berbeda nyata dengan perlakuan K 4 dan K 3 , namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A. Pengaruh jenis bahan pembawa terhadap pertumbuhan tinggi tanaman tidak menunjukkan perbedaan menonjol sebagaimana ditunjukkan pada variabel pertambahan jumlah anak daun. Rata-rata pertambahan tinggi terkecil terdapat pada jenis bahan pembawa K 5 dengan nilai 0,4 cm. Rata-rata pertumbuhan tinggi yang paling tinggi terdapat pada jenis bahan pembawa K 4 dengan nilai 2,8 cm. K 3 dan A masing masing bernilai 1,7 cm dan 1,0 cm. Tabel 7. Hasil uji Duncan pengaruh blok terhadap pertambahan tinggi Jenis bahan pembawa Rata-rata pertambahan tinggi cm Kayu diameter 3 cm K 3 1,7 ab Kayu diameter 4 cm K 4 2,8 a Kayu diameter 5 cm K 5 0,4 b PDA A 1,0 ab Keterangan: Huruf yang sama dibelakang angka menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 Jenis bahan pembawa yang berbeda nyata pada variabel pertambahan tinggi hanya K 4 dan K 5 . Bahan pembawa K 3 dan A tidak berbeda nyata satu sama lain dan tidak berbeda nyata dengan bahan pembawa K 3 dan A.

4.1.2. Pengaruh Jenis Isolat Sp.

Isolat jamur yang digunakan dalam penelitian ini hanya 2 jenis, namun untuk membandingkan perlakuan dengan kontrol, maka Sp. tanpa inokulasi dimasukkan dalam pengujian statistik. Seperti diketahui sejak awal bahwa secara kasat mata terlihat bahwa perlakuan Sp. memiliki pertambahan tinggi dan pertambahan jumlah anak daun yang lebih baik daripada perlakuan Sp. 3 inokulasi isolat sengon dan SP. 4 inokulasi isolat kakao. Perbedaan tersebut juga terlihat secara statistik. Tanaman yang diberikan perlakuan Sp. memiliki rata-rata pertambahan anak daun paling tinggi dengan nilai 10,9. Nilai tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata pertambahan anak daun dari tanaman yang diberikan perlakuan Sp. 4 dan Sp. 3 yang masing masing bernilai -1,3 dan -1,0. Tabel 8. Hasil uji Duncan pengaruh faktor jenis isolat jamur terhadap pertambahan anak daun Perlakuan jenis isolat Rata-rata pertambahan jumlah anak daun Tanpa Inokulasi Sp. 10,9 a Inokulasi Ganoderma spp. kakao Sp. 4 -1,3 b Inokulasi Ganoderma spp. sengon Sp. 3 -1,0 b Keterangan: Huruf yang sama dibelakang angka menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 Pada hasil uji Duncan pengaruh faktor jenis isolat terhadap pertambahan anak daun, perlakuan Sp. berbeda nyata dengan Sp. 3 dan Sp. 4 . Walaupun rata-rata pertambahan anak daun perlakuan Sp. 3 memiliki rata-rata pertambahan jumlah anak daun yang lebih kecil daripada perlakuan Sp. 4 , namun perlakuan Sp. 3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Sp. 4 . Tanaman yang diberikan perlakuan Sp. memiliki rata-rata pertambahan tinggi yang paling tinggi dengan nilai 4,3 cm. Perlakuan Sp. 3 memiliki rata-rata pertambahan tinggi 0,3 cm dan Perlakuan Sp. 4 memiliki rata-rata pertambahan tinggi -0,2 cm. Tabel 9. Hasil uji Duncan pengaruh faktor jenis isolat jamur terhadap pertambahan tinggi tanaman Perlakuan jenis jamur Rata-rata pertambahan tinggi cm Tanpa Inokulasi Sp. 4,3 a Inokulasi Ganoderma spp. sengon Sp. 3 0,3 b Inokulasi Ganoderma spp. kakao Sp. 4 -0,2 b Keterangan: Huruf yang sama dibelakang angka menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 Hasil uji Duncan faktor jenis isolat jamur terhadap pertambahan tinggi menunjukkan bahwa, pertambahan tinggi paling rendah terdapat pada tanaman yang diberikan inokulasi isolat jamur Sp. 4 . Perlakuan Sp. 3 dan Sp. 4 tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95. Perlakuan Sp. 3 dan Sp. 4 berbeda nyata terhadap perlakuan Sp. yang memiliki rata-rata pertambahan tinggi paling tinggi.

4.1.3. Pengaruh Pemotongan Akar P