Latar Belakang Rancang bangun alat pengasapan dingin berbasis mikrokontroler

1 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan diperkirakan potensi lestari perikanan Indonesia mencapai 6,7 juta tontahun. Namun dari keseluruhan, hanya termanfaatkan sebesar 59 Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, 2009, sehingga pengembangan perikanan ke arah industri masih sangat menjanjikan. Pemanfaatan total produksi perikanan di Indonesia sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk segar 43,1 , beku 30,4 , pengalengan 13,7 dan dalam bentuk olahan lain 12,8 Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, 2009. Pemanfaatan dalam bentuk olahan ini dapat berupa ikan asin, ikan asap, ikan pindang, produk fermentasi petis, terasi, peda, dan lain-lain. Sebaran pengolahan ikan dari tangkapan di Indonesia adalah: 30,5 penggaraman, 5,4 pemindangan, 2,4 fermentasi, 1,8 pengasapan, 1 pengawetan lain, 6,2 pembekuan, 1,2 pengalengan, dan 0,5 pembuatan tepung ikan Astawan, 1997. Pengasapan ikan sampai saat ini masih belum mendapatkan perhatian yang cukup dari industri perikanan dan hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nelayan itu sendiri padahal di beberapa negara maju, tingkat konsumsi produk ikan asap cukup bagus Hukmi, 2010. Sehingga dibutuhkan peningkatan produksi dan kualitas produk ikan asap di Indonesia. Pengasapan ikan di Indonesia sebagian besar dilakukan dengan alat yang masih sederhana, yaitu rumah berbentuk para-para sistem terbuka dengan bahan bakar kayu bakar. Pengasapan semacam ini kurang efektif karena panas dan asap yang dikeluarkan lebih banyak terbuang sesuai arah angin daripada yang terpusat ke ikan. Dengan demikian untuk menghasilkan produk ikan asap dengan pengasapan dingin membutuhkan waktu selama 1 - 2 minggu Adawyah, 2007 dan bahan bakar yang digunakan juga banyak, sementara hasilnya berkualitas rendah, baik dari segi rasa, aroma, tekstur, dan warna. Alat pengasapan yang berkembang di Indonesia, sebagian besar berupa alat pengasapan panas suhu 60 - 120 o C, sedangkan yang menggunakan pengasapan dingin relatif 20 - 50 o C jarang untuk dikembangkan. Padahal dari segi ketahanan ikan, ikan yang diasapi dengan pengasapan dingin memiliki daya tahan yang lebih lama dibandingkan ikan yang diasapi dengan pengasapan panas Adawyah, 2007. Melihat kondisi tersebut, diperlukan pengembangan dari alat pengasapan dingin yang sudah ada dengan efisiensi yang lebih baik dari segi waktu dan produk ikan asap yang dihasilkan, mempunyai mutu yang lebih baik.

1.2 Tujuan Penelitian