2.2 Fisiologi dan Jalur Pathway Koagulasi
Pada Gambar 1 menunjukan jalur pathway koagulasi, yang terdiri dari dua jalur yakni jalur instinsik, dan jalur ekstrinsik.Dimana pada jalur insrinsik yang ditimbulkan oleh
adanya fase kontak dan pembentukan kompleks activator FX. Kemudian jalur ini akan meliputi diaktifkannya F XII, F XI, F IX, F VIII, High Molecular Weight Kiminogen
HMWK, Pre Kalikrein, PF 3 platelet factor 3 dan ion kalsium. Sedangkan pada jalur ekstrinsik terdiri dari reaksi tunggal yaitu dengan adanya ion kalsium ,faktor kalikrein dan
faktor tromboplastin jaringan oleh karena adanya pembuluh darah yang luka, maka faktor VII akan teraktifasi menjadi faktor VIIa. Kemudian kedua jalur ini akan bergabung menjadi jalur
bersama, yaitu faktor VIIa jalur ekstrinsik, faktor IXa, PF3, ion Ca jalur instrinsik akan mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa serta melibatkan Faktor V, PF3, protrombin dan
fibrinogen. Rangkaian reaksi koagulasi ini akan membentuk thrombin dan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang tidak larut. Fibrin sebagai hasil akhir dari
proses pembekuan darah akan menstabilkan sumbatan trombosit Jerry B L dkk, 2008, Suharti, 2009.
6
Universitas Sumatera Utara
Gambar2.2.1 Escobar CE, et al., Introduction to hemostasis. In: Harmening DM, ed. Clinical
Hematology and Fundamentals of Hemostasis. 4th ed. Philadelphia, PA: FA Davis Company; 2002:441-470.
AT-III
7
Universitas Sumatera Utara
2.3 Antithrombin III AT-III
Sistem koagulasi diatur oleh sejumlah inhibitor.Inhibitor ini berfungsi membatasi reaksi koagulasi yang berlebihan, agar pembentukan fibrin terbatas disekitar daerah yang
mengalami injuri saja, untuk mencegah terjadinya kondisi patologi.Beberapa inhibitor penting dalam sistem koagulasi yaitu antithrombin III AT-III, Protein C, ProteinS
Singanayagam, 2009. Antithrombin III AT-III merupakan inhibitor koagulasi fisiologik yang kuat , terdiri
atas glikoprotein yang disintesa oleh hepar. Antithrombin III AT-III menghambat aktivitas FXa, FIIa thrombin dan dalam tingkatan yang lebih rendah juga menghambat faktor IXa,
XIa,XIIa dan kalikrein. Fungsi inhibitor ini menjadi semakin kuat dengan adanya heparin.Antithrombin memiliki waktu paruh dalam plasma darah dari sekitar 3
hari.Konsentrasi nilai antithrombin III normal pada plasma darah manusia sekitar 75–125 Udl atau 75–125 Suharti, 2009.
Temuan pertama yang penting dari penelitian Agapakis adalah bahwa nilai AT-III menurun secara bermakna pada pasien dengan PK berat, meskipun nilai AT-III tidak berbeda
antara semua pasien PK dengan subjek kontrol sehat. AT-III mengikat dan menghambat aktivasi protein koagulasi dan menurunnya nilai AT-III dihubungkan dengan peningkatan
risiko thrombosis Agapakis dkk, 2010. Hal ini diketahui bahwa endotelium pembuluh darah paru memainkan peranan
penting dalam katabolisme AT-III Proletta M dkk, 2007. Di sisi lain, gangguan proses di alveolar yang disebabkan gangguan pembentukan fibrin telah dilaporkan pada pasien dengan
pneumonia Idell S dkk, 2003. Pembentukan fibrin yang berisi agen infeksi saat terjadi infeksi paru dapat mempengaruhi kekebalan pejamu dan juga mempengaruhi pemeliharaan
dan perbaikan endotel-epitel barrier.Namun, hasil akhir koagulasi seperti trombin dan fibrin merupakan proinflamator signifikan yang dapat mengganggu fungsi paru, seperti yang
mungkin terjadi pada ARDS berat Levi M, 2003. Choi dkk 2004 melaporkan bahwa ventilator-terkait pneumonia VAP ditandai dengan keadaan protrombotik di lokasi infeksi.
Namun hubungan antara AT-III dengan PK berat tidak ada yang spesifik telah dilaporkan pada studi sebelumnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa rendahnya nilai AT-III
saat masuk dapat mengidentifikasi pasien beresiko PK berat.Oleh karena itu, AT-III mungkin merupakan biomarker baru untuk memprediksi tingkat keparahan PK. Penurunan
antikoagulan alami ini dapat memfasilitasi terjadinya thrombosis Agapakis dkk, 2010.
8
Universitas Sumatera Utara
2.4 Skor Klinis Pneumonia