Hakikat Pembelajaran IPA Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA

Hilda Mardiana,2013 PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME TENTANG GAYA MAGNET DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 BSNP: 124 dijelaskan bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip- prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Ucapan Einstein dalam Mulyana 2011: 7: ‘Science is the atempt to make the chaotic diversity of our sense experience corresponsd to a logically uniform sistem of thought, mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah. Menurut Marsetio Donosepoetro ‘pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur ’ Trianto, 2012: 137. Menurut Laksmi Prihantoro dkk. Trianto, 2012: 137 mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Berdasarkan pendapat dari para ahli, penulis menyimpulkan bahwa IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang sistematik, mempelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi, IPA bukan pengetahuan yang cukup untuk diketahui, IPA merupakan sebuah proses penemuan. Dengan mempelajari IPA diharapkan siswa dapat mengenal alam sekitar dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Hakikat Pembelajaran IPA

Hilda Mardiana,2013 PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME TENTANG GAYA MAGNET DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Konsep pembelajaran menurut Corey dalam Sagala 2006: 61 adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. UUSPN No. 20 tahun 2003 dalam Sagala 2012: 62, menyatakan pembelajaran adalah ‘proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. ’ IPA hakikatnya merupakan suatu proses, produk, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, Prihantro Laksmi dalam Trianto 2012: 141-142 nilai-nilai IPA dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain: a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah- langkah metode ilmiah. b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, pempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah. c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan. Mata pelajaran IPA di SDMI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam da segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMPMNTs BSNP, 2006: 124 Hilda Mardiana,2013 PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME TENTANG GAYA MAGNET DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Wynne Harlen dalam Mulyana 2011: 11 menjelaskan sembilan sikap ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini pada siswa Sekolah Dasar. Pengembangan sikap ini bukan melalui ceramah melainkan dengan memunculkannya ketika siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah. Kesembilan sikap tersebut adalah: a. Sikap ingin tahu curiousity b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru originality c. Sikap kerja sama cooperation d. Sikap tidak putus asa perseverance e. Sikap terbuka untuk menerima open-mindedness f. Sikap mawas diri self critism g. Sikap bertanggung jawab responssibility h. Sikap berpikir bebas independence in thinking i. Sikap kedisiplinan diri self discipline

3. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA