Pengaruh Kinerja Guru Agama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pendidikan Agama Islam Di SMPN 14 Bintara Bekasi Barat

(1)

PENGARUH KINERJA GURU AGAMA TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMPN 14 BINTARA BEKASI BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh

Aida Fitri Yati NIM: 104011000164

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Pengaruh Kinerja Guru Agama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pendidikan Agama Islam Di SMPN 14 Bintara Bekasi Barat” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 5 Februari 2009 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 5 Februari 2009 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan / Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA ……… ………

NIP. : 150 236 009

Sekretaris ( Sekretaris Jurusan/Prodi )

Drs. Safiuddin Sidiq, M. Ag ……… ………

NIP. : 150 229 477 Penguji I

Drs. H. Gufron Ihsan, MA ……… ……… NIP. : 150 202 340

Penguji II

Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA ……… ……… NIP. : 150 236 009

Mengetahui: Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 150 231 356


(3)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Aida Fitri Yati

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 15 Januari 1986

NIM : 104011000164

Jurusan/Prodi : PAI

Judul Skripsi : Pengaruh Kinerja Guru Agama Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMPN 14 Bintara Bekasi Barat

Dosen pembimbing : Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phill

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 29 Januari 2009 Mahasiswa Ybs,

Materai 6000

Aida Fitri Yati NIM: 104011000164


(4)

No. Dokumen : FTIK-FR-AKD-098 Tgl. Terbit : 1 September 2008 No. Revisi : 00

DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia

FORM (FR)

Hal : 1/1

PENDAFTARAN PESERTA WISUDA

1. Nama :Aida Fitri Yati

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Januari 1986

3. NIM : 104011000164

4. Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam

5. Program : Reguler

6. Judul Skripsi : PENGARUH KINERJA GURU AGAMA

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 14 BINTARA BEKASI BARAT.

7. Pembimbing : Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phill. .

8. Penguji : 1. Drs. H. Gufron Ihsan, MA

2. Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA.

9. Tanggal Lulus : 5 Februari 2009

10.Nomor ijazah :

11.Indeks Prestasi / Yudisium : 3,28 (Tiga Koma Dua Delapan) 12.Jabatan dalam organisasi

Kemahasiswaan : -

13.Alamat Asal : Jl. Bintara 6 b rt 002/06 Bintara Bekasi Barat 17134

14.Alamat Sekarang : sda.


(5)

16.Pendidikan Terakhir Ayah : SLTA

17.Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta

18.Nama Ibu : Siti Zainun

19.Pendidikan Terakhir Ibu : MA

20.Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Jakarta, 20 Februari 2009 Calon Wisudawati

Aida Fitri Yati

Pas Foto 3 X 4


(6)

ABSTRAK

Judul skripsi ini "PENGARUH KINERJA GURU AGAMA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 14 BINTARA BEKASI BARAT".

Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan, yakni di SMPN 14 Bintara Bekasi Barat, bahwa para guru PAI yang mengajar di sekolah tersebut, telah mengupayakan kinerja yang mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa dalam PAI. Akan tetapi dari hasil penelitian yang penulis lakukan, bahwa tidak terdapat pengaruh yang cukup kuat antara Kinerja Guru PAI dengan Hasil Belajar Siswa dalam PAI. Hal ini juga di dukung dengan minimnya jam PAI untuk tingkat satuan pendidikan umum semisal SMP yaitu hanya 2 jam perminggu. Ini juga diakui oleh para guru agama Islam tersebut.

Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif korelasional yaitu suatu metode untuk mencari hubungan antara Kinerja Guru Agama dengan Hasil Belajar Siswa Dalam PAI.

Setelah penelitian dilakukan tidak terdapat korelasi yang signifikan antar variabel X dan variabel Y, angka koefisien korelasinya sebesar 0,525 dikonsultasikan pada table nilai "r" Product Moment setelah sebelumnya dicari dbnya. Karena N=4 dan nr=2, maka dbnya adalah 2. Dan untuk db=2 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,950 dan pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,990. dengan demikian ro>rt yaitu 0,950>0,525<0,990. Jadi, tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variable X dengan variable Y. Selanjutnya jika di koefisien korelasi sebesar 0,525 dikonsultasikan kepada pedoman ancar-ancar berada pada kisaran 0,40-0,70 dengan interpretasi terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Berdasarkan analisis diatas dapat dikatakan bahwa Ho (Hipotesis Nihil) yang menyebutkan tidak ada atau tidak terdapat Pengaruh Kinerja Guru Agama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam PAI diterima. Sedangkan Ha (Hipotesis Alternatif) yang menyebutkan ada atau terdapat Pengaruh Kinerja Guru Agama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam PAI ditolak.


(7)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan petunjukNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis sangat menyadari dalam penyusunan skripsi ini, masih jauh dari kesempurnaan jika tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak yang dengan tulus membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu sudah selayaknya dalam kesempatan ini penulis memgucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phill. Pembimbing skripsi ini yang dengan tekun dan penuh keikhlasan mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya demi terselesainya skripsi ini dari awal sampai akhir 4. Bapak Dr. Zaimuddin, M. Ag. Pembimbing akademik (PA) yang telah

memberikan motivasi yang begitu besar dalam penyusunan skripsi ini. 5. Para Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik penulis selama kuliah

di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan Perpustakaan Utama beserta staf-stafnya dan Pimpinan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mencari atau studi pustaka


(8)

7. Bapak Drs. H. I Ketut Suprapta, M. M. Kepala SMPN 14 Bintara Bekasi Barat

8. Bapak Drs. Kamiluddin, Ibu Neneng Permaisuri S. Ag, Bapak Ahmad Suhari S. Ag, dan Bapak Ayatullah S. Ag. Para guru PAI di SMPN 14 Bintara Bekasi Barat yang juga telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini

9. Yang sangat penulis taati dan patuhi Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak memberikan banyak sekali curahan doa, dukungan dan motivasi kepada penulis yang tiada pernah hentinya.

10.Adik-adik tersayang Ahmad Khumaidi Al-Anshori, Syifa Fauziah, Zulfa Zuhrotunnisa, Tasya Nahwal Kamilah, Nailatunnasywa Faizah, dan Lilis Komariyah yang telah banyak memberikan dukungannya kepada penulis. Untuk terus maju demi terselesainya skripsi ini

11.Para sahabat-sahabat tersayang Uswah, Hanifah, Yani, Feni, Nurjannah, Finta, Teh Lina, Marina, Siska, Teh Hasanah, Ika, Zahro, Ida Pasha, M. Ridwan Syah, Miftahuddin dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini

Semoga amal baik dan jasa mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, walaupun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan. Kritik serta saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Dan pada akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Robbal 'Alamin.

Jakarta, 29 Januari 2009


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN TEORITIS A. Kinerja Guru 1. Hakikat Dan Makna Kinerja Guru... 8

2. Ruang Lingkup Kinerja Guru ... 9

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 11

4. Penerapan Budaya Kinerja Guru ... 14

B. Hakikat Belajar Dan Makna Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar ... 16

2. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa . 17 3. Faktor-faktor yang dapat menghambat hasil belajar siswa ... 17

4. Upaya-upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 18 C. Pengaruh Kinerja Guru Agama Terhadap Hasil belajar Siswa dalam Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 31

2. Peran Guru Agama dalam Pendidikan Agama Islam ... 32

D. Kerangka Konsep ... 36


(10)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 40

B. Variabel Penelitian... 40

C. Populasi dan Sample... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN A...G ambaran Umum SMPN 14 Bintara Bekasi Barat ... 46

B...V isi, Misi dan Gambaran Singkat Guru SMPN 14 Bintara Bekasi Barat ... 47

C...P engolahan Data ... 48

D...D eksripsi dan Analisa Data... 48

E...I nterpretasi Data... 59

BAB V PENUTUP A...K esimpulan ... 63

B...S aran... 64

DAFTAR PUSTAKA……….. 66 LAMPIRAN……….


(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel Pedoman Ancar-Ancar Product Moment... 44

2. Daftar Siswa Smpn 14 Bintara Bekasi Barat ... 46

3. Tabel Disiplin Guru Agama Dating Ke Sekolah ... 48

4. Tabel Disiplin Guru Agama Masuk Ke Dalam Kelas... 49

5. Tabel Disiplin Guru Agama Keluar Kelas... 49

6. Tabel Kedisiplinan Guru Agama Membuat RPP Sebelum Mengajar.. 50

7. Tabel Memberikan Materi Sesuai Silabus... 50

8. Tabel Motivasi Guru Agama Dalam Mengajar ... 51

9. Tabel Motivasi Guru Agama Karena Reward ... 51

10.Tabel Mendorong Siswa Giat Dalam Belajar ... 52

11.Tabel Nilai Belajar Tidak Diberitahukan Kepada Siswa ... 52

12.Tabel Membuat Persaingan Sehat Dalam KBM ... 53

13.Tabel Mengkondisikan Kelas Sebelum Mengajar ... 53

14.Tabel Mengenal Siswa Lebih Dekat ... 54

15.Tabel Mengikutaktifkan Siswa Dalam KBM ... 54

16.Tabel Bertanya Sebelum Pelajaran Dimulai... 55

17.Tabel Bertanya Diakhir Pelajaran ... 55

18.Tabel Menyesuaikan Metode Dengan Pelajaran... 56

19.Tabel Menentukan Metode Dalam RPP ... 57

20.Tabel Menggunakan Metode Seingatnya ... 57

21.Tabel Penggunaan Metode Yang Bervariasi ... 58

22.Tabel Penyampaian Materi Secara Jelas ... 58

23.Tabel Variable X (Kinerja Guru Agama) ... 59

24.Tabel Perhitungan Korelasi Antara Variable X Dengan Variable Y ... 59 25.Tabel Daftar Guru Smpn 14 Bintara Bekasi Barat... 26.Tabel Data Sarana Dan Prasarana Smpn 14 Bintara Bekasi Barat ...


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-Kisi Instrument Angket 2. Angket/Kuisioner

3. Pedoman Wawancara 4. Transkip Hasil Wawancara

5. Tabel Data Pimpinan dan Tenaga Edukatif SMPN 14 Bintara Bekasi Barat

6. Tabel Data Sarana dan Prasarana SMPN 14 Bintara Bekasi Barat 7. Surat Pengesahan Proposal Skripsi

8. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 9. Surat Permohonan Izin Penelitian 10.Surat Permohonan Observasi


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia melalui pembelajaran dalam bentuk aktualisasi potensi peserta didik menjadi suatu kemampuan atau kompetensi. Kompetensi yang dapat mereka miliki yaitu kompetensi spiritual keagamaan sebagai suatu aktualisasi potensi emosional (EQ), kompetensi akademik sebagai aktualisasi potensi intelektual (IQ), dan kompetensi motorik yang dikembangkan dari potensi inderawi atau fisik.1

Pendidikan diarahkan kepada pembentukan manusia yang berguna. Sedangkan pengajaran adalah salah satu alat atau usaha untuk membentuk manusia tersebut. Pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia indonesia. Manusia indonesia yang berkualitas ialah manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh dan bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. 2

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran disekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan ( pre-sevice education) maupun program dalam jabatan (intervice education). Tidak semua guru yang mendidik di lembaga pendidikan, terlatih dengan baik dan kualified (well training and well) (Jacobson, 1954). Potensi sumberdaya guru itu perlu terus menerus tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh perubahan secara cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. 3

1 Hari Suderajat, Implementasi Guru Berbasis Kompetensi, (Bandung: CV Cipta Rekas Grafika, 2004), Cet. 1, h.11

2 Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Intervice Education, (Jakarta: Rineka Cipta), Cet. 1, h. 1

3 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), Cet.1, h. 1


(14)

Kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, perlu secara terus menerus mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan peningkatan ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan usaha mereka sendiri. Namun seringkali guru masih memerlukan bantuan dari orang lain, karena ia belum mengetahui atau belum memahami jenis, prosedur, dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka. Pengetahuan tentang supervisi memberikan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan profesional mereka memanfaatkan sumber yang tersedia.4

Hadari Nawawi berpendapat “kinerja adalah prestasi seseorang dalam suatu keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan efisien”.5 Menurut Poerwadarminta dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “kinerja adalah sesuatau yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja seseorang”.6

Kinerja guru adalah segala upaya guru dalam mengembangkan kegiatan yang ada di sekolah menjadi kegiatan yang lebih baik, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik pula melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan target serta tujuan yang telah ditetapkan.

Akan tetapi pada kenyataan yang ada, para guru hanya berperan sebagai penyampai suatu pengetahuan kepada siswa. Upaya mereka dalam pendidikan kurang optimal, sehingga para lulusan yang dihasilkan pun kurang optimal dalam segi kemampuan mereka dalam suatu disisplin ilmu.

Sebuah pertanyaan yang sedang dihadapi India dalam memastikan peningkatan akses pendidikan dengan mengubah akses menuju pendidikan 4 Soetjipto, et. Al., ProfesiKeguruan, (Jakarta: Rineka Cipta dan DepDikBud, 1999), Cet. 1, h. 230

5 Hadari Nawawi, AdministrasiPendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1999), Cet. 13, h. 34 6 WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Departement Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), h. 56


(15)

berkualitas. Sebagaimana jumlah sekolah dasar dan jumlah guru yang terus meningkat, akan tetapi tingkat pembelajaran yang dicapai anak tetap sangat rendah. Salah satu realisasi yang muncul adalah tidak adanya kesepakatan dan kejelasan bagaimana pelatihan guru yang baik, juga karena tidak adanya kesepakatan dan mengenai bagaimana mengajar yang baik. Nilai ujian tetap dapat dicapai meskipun tanpa arti mengajar yang baik. Untuk mengatasinya, tingkat kinerja guru saat ini memerlukan perhatian dan strategi terencana untuk meningkatkan kualitas mengajar dan belajar. Upaya nasional dilaksanakan oleh pemerintah India dengan dukungan dari UNICEF, kemajuan kinerja pendidikan melalui dukungan guru (Advancement of Educational Performance through Teacher Support – ADEPTS) adalah upaya yang dimaksud untuk menyetujui draf standar kinerja untuk guru, pelatih dan institusi pendukung guru dari kecamatan sampai tingkat propinsi.7

Beberapa kunci dasar yang disepakati dalam hal ini adalah motivasi utama bagi para guru yaitu mengalami kesuksesan di kelas. Dengan demikian telah disepakati bahwa persyaratan minimum harus dipenuhi sebelum guru dapat diharapkan untuk menerapkan standar-standar sebagai berikut:

1. Ada masa dimana guru belajar. Ketika guru mencapai satu indikator, kemudian memotivasi mereka dan juga mempersiapkan mereka ke fase berikutnya, yang lebih tinggi. Institusi pendukung juga bekerja sama dengan para guru dan berjalan berdampingan satu sama lain

2. Mengubah standar dan indikator ke dalam langkah nyata yang dapat diterapkan secara aktual oleh para guru. Dengan demikian, jika sebuah indikator telah disepakati maka ada suatu kebutuhan untuk memperjelas apa yang perlu dilakukan seorang guru dengan tepat.

3. Kumpulan target, dalam syarat tahapan perbaikan performa sekarang dapat diterapkan. Para guru dan narasumber mereka dapat menggunakan dokumen standar untuk memperbaiki tahap perubahan yang mereka cari. Hasilnya, katakanlah dalam setahun atau 6 bulan.

4. Mengambil pendekatan sedikit campur tangan dalam membantu menghilangkan tekanan pada sistem untuk mengubah kurikulum atau buku teks atau bahkan memperkenalkan model pengajaran yang baru.8 Adapun yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab berkembangnya tingkah laku siswa sebagai tujuan belajar hanya

7 Subir@hotmail.com, EENET asia Newsletters : Kwartal ke-4 2007 / Kwartal ke-1 2008

8 Subir@hotmail.com, EENET asia Newsletters : Kwartal ke-4 2007 / Kwartal ke-1 2008


(16)

dimungkinkan oleh adanya pengalaman optimal. Pengelolaan proses pendidikan harus memperhitungkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu sekolah juga mendidik generasi agar hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hanya saja masalah sekarang, sebatas manakah pengakuan masyarakat terhadap profesi guru, sebab kenyataannya masyarakat masih tetap mengakui profesi dokter atau hakim dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan profesi guru. Seandainya yang dijadikan tinggi rendahnya pengakuan profesional tersebut adalah keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya, guru pun ada yang setingkat atau sederajat dengan jenis profesi lain bahkan ada yang lebih. Kita akui bahwa profesi guru paling mudah tercemar dalam arti masih ada saja orang yang memaksakan diri menjadi guru walaupun sebenarnya yang bersangkutan tidak dipersiapkan untuk itu. Hal ini terjadi karena masih adanya pendapat sebagian masyarakat bahwa siapapun dapat menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan. Rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan beberapa faktor berikut:

1. Adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapapun dapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan.

2. Kekurangan guru didaerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru.

3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya, sehingga wibawa guru semakin merosot.9

Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yakni kelemahan yang terdapat pada guru itu sendiri, diantaranya, rendahnya tingkat kompentensi profesionalisme mereka.

9 Moh. Uzer Usman, MenjadiGuruProfesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 20, h. 2


(17)

Penguasaan guru tehadap materi dan metode pengajaran masih berada dibawah standar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian balitbang depdikbud RI diantaranya menunjukkan bahwa kemampuan membaca para siswa kelas VI SD di Indonesia masih rendah. Kegagalan tersebut disebabkan pengajaran guru hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa penguasaan makna.

Oleh karena itu setiap guru wajib mengikuti dengan seksama inovasi-inovasi pendidikan, terutama yang didominasikan secara meluas oleh pemerintah seperti pendekatan CBSA, keterampilan proses, muatan lokal dalam kurikulum dan lain-lain agar dapat diambil manfaatnya.

Guru harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Disinilah tugas guru untuk senantiasa meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan meningkatkan kualitas pendidikannya sehingga apa yang diberikan kepada siswanya tidak terlalu ketinggalan dengan perkembangan kemajuan zaman. Bahkan tidak cukup hanya dengan itu saja, untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap profesi guru yang merosot, maka guru perlu tampil disetiap kesempatan baik sebagai pendidik, pengajar, pelatih, inovator maupun dinamisator pembangunan masyarakat yang bermoral pancasila sekaligus mencerdaskan bangsa Indonesia.

Dalam hal ini Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa:

Dengan bermodalkan kewibawaan dan kemampuan mengembangkan diri, insya Allah guru akan senatiasa dihormati serta mendapat kepercayaan dari masyarakat. Kapan lagi kalau tidak saat ini untuk meningkatkan kompetensi profesional dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari persyaratan minimal. Sehingga dengan upaya ini diharapkan akan menjadi guru yang betul-betul profesional.10

Uraian-uraian inilah, yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini dengan judul


(18)

“PENGARUH KINERJA GURU AGAMA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 14 BINTARA BEKASI BARAT)”

B.

Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi hanya pada:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam mengupayakan proses dan hasil belajar siswa yang berkualitas

2. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru khususnya guru agama Islam

Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dianggap sebagai variabel bebas, dan hasil belajar siswa dianggap variabel terikat.

Sedangkan pokok-pokok permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

Adakah pengaruh antara kinerja guru agama dengan hasil belajar siswa dalam PAI?

C.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kinerja guru terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PAI.

D.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penulisan ini adalah:

1. Bagi siswa atau para calon guru, dengan penelitian ini dapat menjadi sebuah informasi bagi mereka bila kelak terjun kelapangan.

2. Bagi lembaga atau institusi, dengan penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat untuk mencari upaya-upaya mengajar yang kreatif dan inovatif


(19)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kinerja Guru

1. Hakikat dan Makna Kinerja Guru

Terdapat beberapa pengertian atau makna kinerja guru, seperti beberapa pendapat dibawah ini:

Hadari Nawawi berpendapat “kinerja adalah prestasi seseorang dalam suatu keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan efisien”.11 Menurut Poerwadarminta dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “kinerja adalah sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja seseorang”.12

Mulyasa menjelaskan bahwa ”kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau unjuk kerja”.13

Memasuki milenium baru berarti pula membentuk suatu kehidupan baru dengan nilai-nilai yang khas serta merupakan suatu proses transformasi nilai-nilai budaya. Guru dalam era milenium baru adalah guru yang berdasarkan kemampuan bukan kepada asal usul keturunan atau warisan, juga menjunjung tinggi kualitas, inisiatif, dan kreativitas, kerja keras serta produktivitas. Dalam kaitan ini budaya kinerja sangat menonjol dalam membantu guru meningkatkan produktivitas pembelajaran dan mutu lulusan.14

Menurut Suryo Subroto yang dimaksudkan dengan kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah “kesanggupan atau kecakapan para

11 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1999), Cet. 13, h. 34 12 WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa BahasaIndonesia. (Jakarta: Departement Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), h. 56

13 E mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung PT. Remaja Rosda Karya 2003), h. 136

14 A. Tabrani Rusyan, dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Intermedia Ciptanusantara, 2001), Cet. 2, h. 11


(20)

guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup suasana kognitif, efektif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.15

Kinerja guru adalah segala upaya guru dalam mengembangkan kegiatan yang ada di sekolah menjadi kegiatan yang lebih baik, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik pula melalui melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan target serta tujuan yang telah ditetapkan.

2. Ruang lingkup Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan suatu kemampuan kerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut sebagai salah satu faktor keberhasilan dan profesionalisme guru dilingkungan sekolah dan diluar lingkungan sekolah. Kemampuan guru meliputi:

a. Kemampuan Pedadogik

Kemampuan pedagogik adalah kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.16

b. Kemampuan Personal (Kepribadian)

Kemampuan personal adalah suatu kemampuan pribadi yang dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Drs. Cece Wijaya dan Drs. Tabani Rusyan merinci kemampuan pribadi yang meliputi:

1) Ketetapan dan integrasi pribadi

15 Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. 1, h. 8

16Undang-Undangan Dan Peraturan Pemerintah RI, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 131


(21)

2) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan 3) Berfikir alternatif

4) Adil, jujur dan objektif

5) Disiplin dalam melaksanakan tugas 6) Ulet dan tekun bekerja

7) Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya

8) Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana serta sederhana dalam bertindak

9) Berwibawa17

Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan berinteraksi secara baik serta dapat mengelola proses belajar mengajar secara professional. Selain itu juga guru harus mempunyai kepribadian yang utuh, karena bagaimanpun guru merupakan suri tauladan yang baik bagi anak didik.

c. Kemampuan Profesional

Kemampuan profesional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik (mata pelajaran) yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus, sehingga guru itu perlu memiliki wibawa akademis. Kemampuan professional meliputi:

1) Kemampuan menguasai bahan

2) Kemampuan mengelola program belajar mengajar 3) Kemampuan mengelola kelas

4) Kemampuan menggunakan media

5) Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan

6) Kemampuan menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.

7) Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

8) Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

9) Kemampuan memahami prinsip-prinsip guna keperluan pengajaran.18

d. Kemampuan Sosial

17 Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), h. 21

18 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru…, h. 25-30


(22)

Kemampuan sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehiduapan sehari-hari di masyarakat tempat ia bekerja baik secara formal maupun informal. Kemampuan sosial yang harus dimiliki seorang guru adalah sebagai berikut:

1) Terampil berkomunikasi dengan siswa 2) Bersikap simpatik

3) Dapat bekerja sama dengan BP3

4) Pandai bergaul dengan kawan sejawat dan mitra pendidikan.19

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Kemampuan guru dalam mengajar tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor pendukung dan pemecahan masalah yang mengakibatkan terhambatnya KBM secara baik dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan guru dalam mengajar.

Adapun faktor-faktor yang mendukung kinerja guru dapat digolongkan kedalam dua macam yaitu:

a. Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri (intern) b. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri (ekstern)

Diantara faktor yang berasal dari dalam diri sendiri (intern) adalah: a. Kecerdasan

b. Keterampilan dan kecakapan c. Bakat

d. Kemampaun e. Motivasi f. Kesehatan g. Kepribadian

h. Cita-cita dan tujuan dalam bekerja.20

Sebagaimana disebutkan diatas faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang berasal dari dalam diri sendiri, yang pertama adalah kecerdasan. Kecerdasan ini memegang peranan yang penting dalam

19 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru…, h. 181


(23)

keberhasilan pelaksanaan tugas. Semakin rumit dan makmur tugas-tugas yang diemban makin tinggi kecerdasan yang diperlukan. Seseorang yang cerdas jika diberikan tugas yantg sederhana dan monoton mungkin akan terasa jenuh dan dapat berakibat pada penurunan kinerjanya.

Kedua adalah keterampilan. Keterampilan dan kecakapan orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaaan dari berbagai pengalaman dan latihan yang telah dilalui.

Ketiga adalah bakat. Penyesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan dapat menjadikan seseorang bekerja dengan pilihan dan keahliannya sehingga orang tersebut akan menjalani pekerjaannya dengan suka hati. Keempat adalah kemampuan. Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi seseorang adalah tugas dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi dapat menunjang pekerjaan yang ditekuni.

Kelima adalah motivasi. Motivasi yang dimiliki seseorang dapat mendorong meningkatnya kerja seseorang.

Keenam adalah kesehatan. Kesehatan dalam membantu proses bekerja seseorang sampai selesai, jika kesehatan terganggu maka pekerjaan akan terganggu pula.

Ketujuh adalah kepribadian. Seseorang yang mempunyai kepribadian kuat dan intregral tinggi kemungkinan tidak akan banyak mengalami kesulitan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan inetraksi dengan rekan kerja yang akan meningkatkan kerjanya.

Yang kedelapan adalah cita-cita dan tujuan. Jika pekerjaan yang diemban seseorang sesuai dengan cita-cita maka tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana karena ia bekerja secara sungguh-sungguh, rajin dan bekerja dengan sepenuh hati.

Yang termasuk faktor yang berasal dari luar diri sendiri (ekstern), diantaranya:

a. Lingkungan keluarganya b. Lingkungan kerja


(24)

c. Komunikasi dengan kepala sekolah d. Sarana Dan Prasarana21

Selain faktor-faktor dari dalam, yang dapat mempengaruhi kinerja seorang guru adalah faktor-faktor yang berasal dari luar pun turut mempengaruhi. Sebagaiman disebutkan diatas, pertama adalah keadaan lingkungan keluarga. Keadaan lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat menurunkan gairah kerja.

Faktor yang kedua adalah lingkungan kerja. Situasi kerja yang menyenangkan dapat mendorong seseorang bekerja secara produktif. Tidak jarang kekecewaan dan kegagalan dialami seseorang ditempat ia bekerja. Lingkungan kerja yang dimaksud disini adalah situasi kerja, rasa aman, gaji yang memadai, kesempatan untuk mengembangkan karir, dan rekan kerja yang kolegial.

Faktor yang ketiga dalah komunikasi. Komunikasi yang baik disekolah adalah komunikasi yang efektif, tidak adanya komunikasi yang efektif dapat mengakibatkan timbulnya salah pengertian. Komunikasi antar rekan kerja.

Faktor yang keempat adalah adanya sarana dan prasarana. Adanya sarana dan prasarana yang memadai membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya, terutama kinerja dalam proses belajar mengajar.

Jadi kesimpulannya adalah baik dan buruknya kinerja guru dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang telah diterangkan diatas.

4. Penerapan Budaya Kinerja Guru

Seorang guru hendaknya memiliki kinerja yang baik terhadap tugas yang diembannya. Hal ini akan memberikan dampak positif dalam proses belajar mengajar dan memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pendidik.


(25)

Budaya kinerja merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh guru yang menjadikan kerja sebagai kebiasaan, dimana jika kebiasaan itu tidak dilaksanakan, berarti melanggar suatu nilai atau patokan yang ada, dan menjadikan kerja sebagai kegemaran dan kesenangan, sehingga motivasi muncul dalam diri guru itu sendiri yang akhirnya produktivitas kerja meningkat. Dengan demikian budaya kerja memang harus dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kehidupan kerja dan produktivitas kerja.22

Budaya kinerja mengandung arti adanya perubahan kebiasaan kerja. Perubahan ini mencakup perubahan sikap, nilai dan perilaku tertentu serta struktur organisasi kerja sesuai dengan tuntutan budaya kinerja. Sehingga dengan adanya perubahan ini akan memberikan dampak terhadap guru baik itu yang berdampak positif atau negatif, sebab guru akan mempelajari aturan-aturan yang sesuai dengan budaya kinerja untuk mencapai tujuan, tanggung jawab utama terhadap pekerjaan, pola perilaku yang dilakukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif dan norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku.23

Budaya kerja yang mampu meningkatkan pelaksanaan tugas dan pekerjaan, sehingga para guru dalam bertindak dan berfikir lebih aktif dan kreatif. Sebab aktifitas dan kreatifitas yang tinggi dapat berjalan dengan baik jika ditopang dengan budaya kinerja yang baik. Karena pelaksanaan proses pembelajaran yang ditunjang budaya kinerja akan memberikan arah kepada guru untuk bersikap kreatif, dinamis, dan inovatif.

Era globalisasi ditandai dengan transformasi sosial budaya yang dahsyat yang tidak terlepas dari transformasi masyarakat dunia.24 Masyarakat Indonesia pada umumnya dan guru khususnya tidak terlepas dari masalah serta kecenderungan-kecenderungan global tersebut, maka guru perlu menerapkan budaya kinerja dalam proses pembelajaran dengan cara sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan para siswa.

22 A. Tabrani Rusyan, dkk, Upaya Meningkatkan…, h. 15

23 A. Tabrani Rusyan, dkk, Upaya Meningkatkan…, h. 15-16 24 A. Tabrani Rusyan, dkk, Upaya Meningkatkan…, h. 11


(26)

b. Menggalakkan penggunaan alat dan media pendidikan dalam proses pembelajaran.

c. Mendorong lahirnya “sumber daya manusia” yang berkualitas melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

d. Menata pendayagunaan proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berdaya guna dan berhasil guna.

e. Membina peserta didik yang menghargai nilai-nilai unggul (excellence) dalam proses pembelajaran.

f. Memotivasi peserta didik, menghargai dan mengejar kualitas yang tinggi melalui proses pembelajaran.

g. Meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan globalisasi.

h. Memberi perhatian kepada peserta didik yang berbakat.

i. Mengubah peserta didik untuk berorientasi kepada kekaryaan bukan kepada ijazah.

j. Membudayakan sikap kritis dn terbuka sebagai syarat tumbuhnya pola pikir siswa yang lebih demokratis.

k. Membudayakan nilai-nilai yang mencintai kualitas kepada peserta didik.

l. Membudayakan sikap kerja keras produkif dan disiplin.25

Dengan adanya perkembangan IPTEK dan tantangan globalisasi yang tengah terjadi saat ini maka pada umumnya masyarakat Indonesia dan para guru pada khususnya perlu mengimbanginya dengan cara terus meningkatkan dan menerapkan budaya kinerja yang baik.

B.

Hakikat Belajar Dan Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar banyak diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan ilmu pengetahuan. Pendapat ini sudah barang tentu terlampau sempit dan hanya berpusat pada mata pelajaran belaka. Belajar tidaklah demikian, belajar itu sendiri adalah proses aktifitas yang dapat membawa perubahan pada individu.

Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow, belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap.26

25 A. Tabrani Rusyan, dkk, Upaya Meningkatkan…, h. 12

26 Roestiyah N. K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1986), Cet. 2, h. 141


(27)

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan yang ingin dicapai karena suatu usaha telah dilakukan oleh seseorang (siswa). Menurut Gagne yaitu seorang ahli teori belajar (learning theorist) mengatakakan bahwa hasil belajar dapat dikategorikan dalam delapan macam yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan hasil belajar, yaitu:

a. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skill) b. Strategi Kognitif (Cognitive Strategies) c. Informasi Verbal (Verbal Information) d. Keterampilan Motorik (Motor Skill) e. Sikap Dan Nilai (Attitude). 27

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa keberhasilan masing-masing individu dapat diketahui dari seberapa jauh tingkatan mereka dalam mencapai hasil belajarnya sesuai dengan tingkatan hasil belajar tersebut baik pada domain kognitif, afektif maupun psikomotorik.

2. Faktor-Faktor Yang Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan intruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif siswa perlu memperhatikan beberapa hal yakni:

a. Kondisi internal, yaitu situasi (kondisi) yang ada didalam diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatannya, keamanannya, ketentramannya dan sebagainya.

b. Kondisi eksternal, yaitu situasi (kondisi) yang ada diluar diri siswa itu sendiri misalnya, kebersihan rumah, penerangan serta lingkungan fisik lainnya.28

27 Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang, Dasar-dasar Kependidikan Islam, (Surabaya: Karya Abdi, 1996), h. 246


(28)

c. Pendekatan belajar, yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.29

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar dengan efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan serta hasil belajarnya, disamping itu juga kondisi internal dan eksternal turut pula mendukung. Oleh karena itu perlu diperhatikan dengan baik. Disamping kondisi internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar yang dipakai siswa juga mempengaruhi taraf keberhasilan proses dan hasil pembelajaran siswa tersebut.

3. Faktor-Faktor Yang Dapat Menghambat Hasil Belajar Siswa.

Dalam proses belajar, yang dialami siswa tidak selalu lancar seperti yang diharapkan, kadang-kadang mereka mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, hambatan-hambatan itu antara lain:

a. Endogeen, yaitu hambatan yang timbul dari diri siswa, hal ini dapat bersifat:

1) Biologis adalah hambatan yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat tubuh, kurang makan dan lainnya.

2) Psikologis adalah hambatan yang bersifat psikis. Seperti perhatian, minat, bakat, IQ, emosi dan gangguan psikis lainnya. b. Exogeen, yaitu hambatan yang timbul dari luar diri siswa. Seperti

orang tua yang berwujud pada cara mendidik, hubungan orang tua dengan anaknya, suasana rumah, keadaan sosial ekonomi, juga dapat timbul dari sekolah dan masyarakat.30

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hambatan atau kesulitan yang dialami siswa untuk belajar itu tidak terlepas dari faktor endogeen (yang ada dalam diri siswa) maupun faktor exogeen (yang ada diluar diri siswa).

28 Roestiyah N. K, Masalah-masalah…, h. 161-163

29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), Cet. 2, h. 139


(29)

4. Upaya-Upaya Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Dalam kegiatan proses belajar mengajar, seorang guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha menciptakan jalinan interaksi belajar mengajar yang harmonis. Jalinan interaksi belajar mengajar inilah yang akan menjadikan proses belajar mengajar itu berjalan dan berhasil dengan baik adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh guru agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa ialah:

a. Membuat perencanaan dan persiapan pengajaran.

Persiapan atau perencanaan pengajaran adalah suatu hal penting yang harus dikerjakan oleh setiap guru atau calon guru. Dalam persiapan itu, seorang guru harus memperhatikan semua prinsip-prinsip mengajar atau asas-asas didaktik. Yang dimaksud dengan persiapan atau perencanaan pengajaran adalah pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum mengajar dalam suatu situasi interaksi pengajaran (interaksi guru murid) baik yang berlangsung didalam kelas maupun diluar kelas semakin baik difikirkan maka semakin baik pula persiapan pengajaran itu, sehingga dapat diharapkan menjadi baik dalam pelaksanaan.31

Adapun perencanaan itu mempunyai dua faedah, yaitu:

1) Dengan adanya persiapan atau perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif, karena perencanaan atau persiapan itu dapat memudahkan seseorang (guru) dalam memberikan pelajaran dengan baik, dengan begitu ia dapat menghadapi situasi didalam kelas secara tegas, mantap dan fleksibel. Disamping itu juga seorang guru harus dapat memperhitungkan alternatif lain yang dapat terjadi dalam proses pengajaran tersebut, karena biasanya pelajaran tidak selamanya berjalan seperti yang diharapkan. Untuk itu seorang guru harus siap menemukan siasat baru.32

2) Dengan adanya perencanaan atau persiapan seorang guru akan tumbuh menjadi guru yang baik. Agar tumbuh menjadi seorang pengajar yang baik ia harus mengenal dan mempelajari

31 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1976), h. 118


(30)

prinsip dan metode-metode mengajar, kemudian selalu berusaha menerapkannya didalam setiap mengajar.33

Guna mencapai tujuan yang diinginkan, maka hendaknya luas perencanaan seorang guru didalam mengajar itu mencakup aspek persiapan, yang berupa:

1) Persiapan terhadap situasi umum.

2) Persiapan terhadap siswa yang akan dihadapi.

3) Persiapan dalam tujuan pelajaran (tujuan intruksional yang akan dicapai).

4) Persiapan tentang bentuk metode mengajar.

5) Persiapan tentang alat-alat peraga pengajaran yang hendak dipakai.

6) Persiapan tentang jenis dan tehnik evaluasi yang akan diberikan.34

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru dalam mengajar harus membuat perencanaan atau persiapan terlebih dahulu, karena perencanaan atau persiapan pengajaran adalah suatu hal penting yang harus dikerjakan oleh setiap guru maupun seorang calon guru, dengan adanya perencanaan atau persiapan tersebut maka pelaksaan pengajaran akan menjadi baik.

b. Penggunaan prinsip-prinsip pengajaran

Mengajar adalah bukan suatu tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok siswa yang memerlukan bimbingan dan pembinaan, mengingat tugas berat tersebut seorang guru yang mengajar didepan kelas harus siap dan juga harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar yang mesti dilaksanakan seefektif mungkin, prinsip-prinsip itu meliputi:

1) Perhatian, yakni seorang guru harus mampu membangkitkan perhatian anak (siswa) terhadap pelajaran yang diberikan olehnya.35

33 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik…, h. 121 34 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik…, h. 123 35 Roestiyah N. K, Masalah-masalah…, h. 18


(31)

2) Peragaan, untuk dapat menarik perhatian siswa terhadap pelajaran yang akan diajarkan. Bila pelajaran itu berwujud sehingga mereka dapat mengamati atau melihat dengan jelas, maka seorang guru pada waktu mengajar hendaknya berusaha memperagakan atau mewujudkan bahan yang diajarkan sekonkrit mungkin dengan mewujudkan benda asli atau benda tiruan (model) ada dua macam peragaan, yakni:

a) Peragaan langsung yaitu dengan memperlihatkan bendanya sendiri, mengadakan percobaan yang dapat diamati langsung oleh siswa.

b) Peragaan tak langsung yaitu dengan menunjukan benda tiruan, misalnya gambar, foto, serta lainnya.36

3) Aktivitas, yaitu seorang guru harus dapat menimbulkan kreativitas siswa dalam berfikir dan bertindak.

4) Appersepsi, yaitu seorang guru perlu menghubungkan pelajaran dengan pengetahuan siswa, oleh karena itu guru sebelum memulai pelajaran baru perlu mengulang kembali pelajaran yang sebelumnya telah diberikan.37

5) Repetisi, yakni seorang guru dalam mengajar perlu mengulang pelajaran yang telah diajarkan, agar siswa dapat lebih mengerti dan memahami.38

6) Korelasi, yakni seorang guru wajib memikirkan tentang hubungan diantara setiap pelajaran agar antara satu dengan yang lainnya bisa diperluas pembahasannya.

36 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik…, h. 25-26 37 Roestiyah N. K, Masalah-masalah…, h. 20


(32)

7) Sosialisasi, yakni seorang guru disamping tugasnya sebagai pengajar juga harus mampu mengarahkan setiap siswa untuk bersosialisasi dengan siswa lain.39

8) Evaluasi, pada setiap pengajaran hendaknya seorang guru hendaknya mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswanya.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui sampai dimana tujuan itu tercapai. Penilaian (evaluasi) berguna untuk memperoleh kemajuan hasil belajar siswa atau untuk mempertinggi belajarnya, sebaliknya bila terdapat kemunduran, maka seorang guru harus mencari apa penyebabnya. Dan selanjutnya mengusahakan untuk menghilangkan atau membantu mengurangi kesulitan yang dialami oleh siswa. Itulah sebabnya evaluasi tidak dapat dipisahkan dari belajar mengajar.40

Jadi kesimpulannya bahwa karena tugas mengajar adalah bukan tugas yang ringan, maka seorang guru perlu mempersiapkan diri dengan baik dan juga mesti menggunakan prinsip-prinsip mengajar.

c. Penggunaan metode-metode pengajaran

Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada anak didik. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, disamping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa yang merupakan proses pengajaran (proses belajar mengajar) itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu. Cara-cara demikianlah yang dimaksudkan sebagai metode pengajaran.

Oleh karena itu tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan tercapai selama tidak menggunakan komponen-komponen mengajar yang diperlukan salah satunya adalah komponen metode yang merupakan salah satu alat mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode yang akurat, seorang guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.41

39 Roestiyah N. K, Masalah-masalah…, h. 23

40 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik…, h. 33

41 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. 1, h.85


(33)

Sehubungan dengan hal tersebut Prof. Dr. Winarno Surakhmad (1961) menegaskan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari pada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa disekolah. Dengan demikian jelaslah bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, semakin tepat metodenya, diharapkan semakin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.42

Oleh karena itu untuk dapat menigkatkan hasil belajar siswa, seorang guru harus mempunyai metode-metode yang dapat digunakan didalam mengajar, metode-metode tersebut meliputi:

1) Metode ceramah 2) Metode tanya jawab 3) Metode eksperimen 4) Metode demonstrasi 5) Metode diskusi

6) Metode tugas atau resitasi 7) Metode problem solving

8) Metode sosio drama dan bermain peranan

Metode yang pertama disebutkan diatas adalah ceramah. Menurut Winarno M. Ed. Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan dari guru kepada siswanya.43 Kelebihan dari metode ini salah satunya adalah pelajaran dapat dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang singkat dapat diuraikan bahan yang banyak. Sedangkan kekurangannya adalah guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah.44

42 B. Suryobroto, Mengenal Metode Pengajaran Disekolah Dan Pendekatan Baru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Amarta Baru, 1986), h. 3

43 B. Suryobroto, Mengenal Metode Pengajaran…, h. 1

44 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 139


(34)

Yang kedua adalah metode tanya jawab, yaitu memberi motivasi kepada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengarkan pelajaran atau sebalikya guru mengajukan pertanyaan, siswa menjawab.45 Salah satu kelebihan metode ini adalah suasana kelas menjadi hidup karena para siswa aktif berfikir dan menyampaikan buah fikirannya dengan berbicara atau menjawab pertanyaan. Kekurangannya apabila terjadi perbedaan pendapat dalam diskusi, bisa memakan waktu yang lama untuk menyelesaikannya.46 Yang ketiga adalah metode eksperimen, yaitu cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.47Kelebihan metode ini, menambah keaktifan peserta didik untuk berbuat dan memecahkan sendiri. Kelemahannya, tidak semua bahan pelajaran dapat dieksperimenkan.48

Yang keempat adalah metode demonstrasi, yaitu metode yang digunakan bila ingin memperlihatkan bagaimana sesuatu harus terjadi dengan cara yang paling baik, contoh: demonstrasi membuat peta, memotret.49 Kelebihan metode ini, pengalaman peserta didik bertambah karena peserta didik turut membantu pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya. Sedang kekurangannya, metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidik untuk itu perlu persiapan yang matang.50

45 Roestiyah N. K, Didaktik Metodik, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1991), h. 129

46 Armai Arief, Pengantar Ilmu…, h. 142-143

47 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar…, h. 95

48 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 2, h. 251

49 Roestiyah N. K, Masalah-masalah…, h. 76 50 Ramayulis, Metodologi Pendidikan.., h. 246


(35)

Yang kelima adalah metode diskusi, yaitu proses interaksi antara dua atau lebih individu, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah yang terjadi, dan semuanya aktif tidak ada yang pasif.51 Kelebihannya suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Kelemahannya, kemungkinan ada siswa yang tidak aktif, sehingga diskusi baginya hanyalah merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggung jawab.52

Keenam adalah metode tugas atau resitasi, yaitu penyajian dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena bahan pelajarannya banyak sedangkan waktunya sedikit.53 Kelebihan metode ini, siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian berkreatif, berinisiatif, bertanggung jawab dan bekerja sendiri. Kelemahannya, tugas rumah sering dikerjakan orang lain, sehingga siswa tidak tahu apa yang harus dikerjakan.54

Ketujuh adalah metode problem solving, yaitu metode yang digunakan dengan cara menghadapkan siswa pada masalah-masalah, setelah itu mereka diperintahkan memecahkan sendiri pemecahannya.55 Kelebihannya, melatih siswa untuk menghadapi dan mengatasi problem-problemnya sendiri. Kelemahannya, siswa yang malas atau tidak aktif akan tertinggal jauh.

Kedelapan adalah metode sosiodrama. Metode ini digunakan dalam bermacam-macam pelajaran seperti sejarah, membaca, bercerita dan juga siswa mendapatkan tugas memainkan atau memerankan suatu

51 B. Suryobroto, Mengenal Metode Pengajaran…, h. 66 52 Armai Arief, Pengantar Ilmu…, h. 148-149

53 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar…, h. 96 54 Armai Arief, Pengantar Ilmu…, h. 166


(36)

situasi dengan bermain sandiwara.56 Kelebihannya, cukup menarik perhatian peserta didik. Kelemahannya, anak-anak yang tidak dapat giliran akan menjadi pasif.

Dari uraian-uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang guru harus menggunakan metode-metode didalam mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan penggunaan metode juga harus tepat supaya pencapaian tujuan tersebut menjadi lebih baik dan efektif. Karena setiap metode yang telah dijabarkan diatas memiliki kelebihan-kelebihan serta kekurangan-kekurangan, yang masing-masing dapat menunjang tercapainya tujuan yang diinginkan.

Menurut penulis dari kesemua metode diatas yang dirasakan paling efektif adalah metode diskusi karena didalam metode tersebut sudah mencakup beberapa metode didalamnya, dalam metode diskusi tersebut sudah tercakup metode Tanya jawab, Problem solving, serta Ceramah. Metode diskusi, satu metode tapi tiga cakupan.

d. Memberikan motivasi belajar kepada siswa

Salah satu upaya-upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswanya adalah dengan memberikan motivasi, menurut teori “Gestalt” bahwa belajar akan lebih berhasil bila dihubungkan dengan motivasi, minat, kemauan serta tujuan.57

Motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting dengan adanya motivasi seorang siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, tekun dalam belajar. Ada beberapa bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah, yaitu: 1) Memberi angka

Angka atau nilai merupakan simbol dari kegiatan belajar, banyak siswa belajar yang paling utama adalah untuk mencapai

56 Roestiyah N. K, Masalah-masalah…, h. 79


(37)

nialai yang baik, dan angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

2) Memberi hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sutu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak menarik bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

3) Saingan dan kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan baik individual ataupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 4) Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberikan ulangan juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang perlu diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (setiap hari) memberikan ulangan hendaknya guru terlebih dahulu memberitahukannya kepada siswa.

5) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan (dalam hal belajar) apalagi terjadi kemajuan, itu semua akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan satu harapan hasilnya akan terus meningkat.

6) Memberi pujian

Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Untuk itu apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian.


(38)

Berikut ini penulis akan mengutip hadits Rasulullah SAW. Yang berkaitan dengan motivasi, yakni:

! "

#

$ %

& '(

)*( % +(, %

-.

#

-/ 0

)(1

2

3 4

5

-/ 67*

89 $:1

3(4

;<

-=

>

/ 6*?@

'

+ *&

A 2

+

/6*ﺵ

C( .

)

3(4

/D ;E

= F

/ Gﺵ

C F

)*

/

"

= F

/

"

C F

)*

/

+ﻥ ﺕ

+2

)F*ﺕ

/

8

)

J

'(0

).

(

“Siapa yang melakukan amal kebaikan mendapatkan sepuluh pahalanya dan akan Aku tambah, dan siapa yang berbuat dosa maka balasannya sama atau Aku ampunkan baginya, dan siapa yang berbuat sepenuh bejana dibumi ini dosa, kemudian ia menghadap kepada Ku tidak syirik (menyekutukan Aku) dengan sesuatu apapun, maka Ku-beri sebanyak itu pengampunan dan siapa yang mendekat kepada Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta, dan siapa yang datang kepada Ku berjalan, Aku datang kepadanya berlari”. (H.R. Ahmad, Muslim, dan Ibnu majah.58

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya-upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswanya adalah dengan memberikan motivasi, karena motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan adanya motivasi seorang siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif serta tekun dalam belajar. Adapun inti dari al-Hadits diatas dalam hubungannya dengan motivasi adalah bahwa Allah SWT telah memberi suatu motivasi berupa balasan pahala atau ganjaran yang berlipat ganda kepada manusia yang mengerjakan kebaikan. Sehingga dengan adanya motivasi tersebut, diharapkan manusia tergerak hatinya untuk melakukannya.

e. Penggunaan alat-alat evaluasi dalam mengajar

58Al-Imam Ahmad Bin Hanbal, Al-Musnad Lil-Imam Ahmad Bin Hanbal, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1991), Jilid 1, h. 153


(39)

Pada umumnya alat evaluasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni tes dan non tes. Kedua jenis evaluasi itu dapat dijadikan alat untuk menilai dalam evaluasi, berikut ini akan dibahas secara umum mengenai kedua jenis evaluasi itu, yakni:

1) Tes

Sebagai alat evaluasi tes merupakan alat yang jitu dan cermat karena telah mengalami uji coba dan perbaikan-perbaikan yang pada akhirnya merupakan tes standar (baku).

Ada beberapa perbedaan antara tes yang sudah baku dengan tes buatan guru, yakni:

a) Standardized Achivement Test, tes yang didasarkan atas isi dan tujuan-tujuan umum bagi sekolah diseluruh negara, memiliki keandalan yang tinggi.59

b) Teacher Made Test, tes yang didasarkan pada isi dan tujuan-tujuan khusus untuk kelas atau sekolah ditempat guru tersebut mengajar, memiliki keandalan yang rendah.

Sedangkan jenis-jenis tes terdiri dari atas tiga bentuk, yakni: a) Tes lisan

b) Tes tulisan

c) Tes tindakan atau perbuatan

Ketiga tes ini biasanya digunakan untuk menilai isi dari proses belajar mengajar, misalnya aspek pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan pemahamannya terhadap pelajaran yang telah diberikan oleh guru.60

2) Non tes

Untuk menilai aspek-aspek tingkah laku, jenis non tes lebih sesuai digunakan sebagai alat evaluasi, jenis ini antara lain:

59 Tabrani A. Rusyan, Pendekatan Dalam…, h. 215 60 Tabrani A. Rusyan, Pendekatan Dalam…, h. 216


(40)

a) Observasi yakni berupa pengamatan pada tingkah laku pada situai tertentu.

b) Wawancara yakni berkomunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai, yaitu antara siswa dengan guru.61

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar seorang guru juga harus mempunyai alat-alat evaluasi yang gunanya untuk menilai hasil belajar siswa.s

f. Mengevaluasi hasil belajar

Menurut Wand dan Brown evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu.62

Untuk mengetahui apakah tujuan dari pengajaran telah tercapai atau belum maka perlu diadakan evaluasi (penilaian). Sasaran utama dari penilaian tersebut adalah untuk mengetahui perkembangan murid dan penilaian terhadap perkembangan siswa meliputi:

1) Pengetahuan serta penguasaan (pemahaman) terhadap materi yang diberikan.

2) Pengembangan kecerdasan dan daya fikir. 3) Perkembangan minat.

4) Perkembangan kemampuan dan keterampilan.63

Ditinjau dari segi sifat dan fungsinya, maka dapat ditemukan adanya evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang diadakan pada pertengahan atau akhir tiap proses belajar.

2) Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir (keseluruhan) yang biasanya dilakukan setelah banyak sekali proses belajar.64

Agar penilaian tersebut dapat dikatakan baik, maka penilaian itu hendaknya, diukur dengan kriteria-kriteria tertentu yakni:

61 Tabrani A. Rusyan, Pendekatan Dalam…, h. 217

62 Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h.1 63 Ramayulis, Metodologi Pendidikan…, h. 293


(41)

1) Validitas yakni evaluasi yang betul-betul mengukur yang mau diukur.65

2) Reliabilitas (dipercaya) yakni evaluasi harus dapat memberikan hasil yang konsisten.66

3) Pracetebelity (praktis) evaluasi yang mudah dimengerti dan dilaksanakan.67

Kesimpulan dari uraian diatas adalah bahwa evaluasi itu sangat penting artinya dalam belajar mengajar, dengan adanya evaluasi dapat diukur tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Serta dari hasil evaluasi tersebut kita dapat mengukur seberapa jauh tercapainya tujuan-tujuan intruksional umum maupun tujuan-tujuan intruksional khusus.

C.

Pengaruh Kinerja Guru Agama Terhadap Hasil Belajar Siswa

dalam Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Terdapat berbagai rumusan tentang PAI, seperti berikut ini:

Menurut Prof. DR. Ramayulis Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.68

65 Ramayulis, Metodologi Pendidikan…, h. 300

66 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik…, h. 117 67 Ramayulis, Metodologi Pendidikan…, h. 304


(42)

Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki pribadi muslim.69

Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga pendidikan dalam mempersiapkan anak didik yang memiliki pribadi muslim, melalui sumber utama ajaran agama Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits.

Dilihat dari satu segi bahwa Pendidikan Agama Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh.70 Dilihat dari segi tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.71

2. Peran Guru Agama Dalam Pendidikan Agama Islam

Yang dimaksud dengan peranan guru adalah keterlibatan aktif seseorang dalam suatu proses kerja dalam proses penampilan itu ia tampil sebagai sesuatu yang dimainkan.72

Peter F. Oliver dalam bukunya “Supervision For To Day’s School”, mengemukakan beberapa peran guru sebagai berikut:

a. Guru sebagai penceramah. Memang tugas guru sebagai penyampai informasi.

b. Guru sebagai orang sumber. Melalui guru dan dari guru pengetahuan disampaikan kepada anak didik.

69 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet. 2, h. 11

70 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan…, h. 11 71 Ramayulis, Metodologi Pendidikan…, h. 22

72 Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Intervice Education, (Jakarta: Rineka Cipta), Cet. 1, h. 34


(43)

c. Guru sebagai fasilitator. Ia menyediakan berbagai lingkungan untuk belajar, melengkapi beberapa sumber yang membantu siswa untuk belajar.

d. Guru sebagai konselor. Ia membantu siswa memberi nasehat, memberanikan siswa, mendengarkan keluhan dan menciptakan suasana belajar siswa, menyuruh memecahkan persoalan dirinya sendiri.

e. Guru sebagai pemimpin kelompok.

f. Guru sebagi tutor. Ia menolong seorang demi seorang dengan bermacam cara.73

Dengan demikian guru perannya dalam peroses belajar mengajar bukan hanya sebagai penyampai ilmu pengetahuan kepada siswa-siswanya, melainkan memiliki banyak peran lainnya sebagaimana yang telah dikemukakan diatas.

Setiap guru harus memiliki kompetensi yang memahami bidang studi yang akan diajarkannya. Guru agama harus tahu asal usul dan pengembangan bidang studi yang akan diajarkannya. Terutama ia harus tahu isi bidang studi agama dan media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Seorang guru agama harus tahu tujuan dari tiap bidang studi yang diajarkannya dan tahu serta terampil dalam mengevaluasikannya.74

Pendidik Islam (guru agama Islam) adalah individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam satu situasi pendidikan Islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan.75

Sedangkan menurut Prof. DR. Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam, guru agama Islam adalah orang yang melaksanakan bimbingan terhadap peserta didik secara Islami, dalam suatu situasi pendidikan Islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan ajaran Islam.76

73 Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan…, h. 36-37

74 Zakiah Darajat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.97

75 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan…, h. 66-67 76 Ramayulis, Metodologi Pendidikan…, h. 50


(44)

Untuk menjadi guru agama Islam ada beberapa syarat yang harus dimiliki, yaitu:

a. Syarat keagamaan

Takwa kepada Allah SWT, guru agama, sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah , jika ia sendiri tidak bertakwa kepadaNya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rsulullah saw, menjadi teladan bagi umatnya.77

b. Syarat pedagogis

Seorang pendidik harus menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang ada hubungannya dengan ilmu yang akan diajarkan.78

c. Syarat keilmuan

Seorang pendidik harus memiliki ijazah pendidikan guru seperti ijazah fakultas ilmu pendidikan, fakultas tarbiyah atau ijazah keguruan lainnya.79 Ijazah disini bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan.80

d. Syarat fisik

Seorang guru harus sehat jasmaninya, kesehatan jasmani kerap kali menjadikan salah satu syarat bagi mereka yang ingin melamar menjadi guru.81

e. Syarat psikis

Yang berkaitan dengan persyaratan psikis adalah sehat rohani, dewasa dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi,

77 Syaiful Bahri Djaramah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet. 3, h. 32

78 Ramayulis, Metodologi Pendidikan…, h. 52 79 Ramayulis, Metodologi Pendidikan..., h. 52

80 Syaiful Bahri Djaramah, Guru Dan Anak Didik…, h. 33 81 Syaiful Bahri Djaramah, Guru Dan Anak Didik…, h. 33


(45)

sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian.

f. Syarat administratif

Seorang pendidik harus diangkat oleh pemerintah yayasan atau lembaga lain yang berwewenang mengangkat guru sehingga ia diberi tugas untuk mendidik dan mengajar.

g. Syarat umur

Seorang guru haruslah seorang dewasa. Dalam Islam kedewasaan itu disebut akil balig atau mukalaf.82

Sedangkan beberapa kompetensi yang harus dimiliki guru agama yaitu: 1) Menguasai substansi, yakni materi dan kompetensi yang berkaitan

dengan mata pelajaran yang dibinanya, sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2) Menguasai metodologi mengajar, yakni metodik khusus untuk mata pelajaran yang dibinanya.

3) Menguasai teknik evaluasi dengan baik.

4) Memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral dan kode etik profesi.83

Disamping harus memiliki beberapa kompetensi tertentu, guru agama pun harus memiliki kepribadian yang Islami, karena seharusnya ia menjadi tauladan yang baik bagi anak didiknya.

Kualifikasi guru agama lebih di tuntut untuk mempunyai kepribadian seorang guru yang menjadikan ajaran Islam sebagai norma mutlak yang harus dipedomani. Dengan kepribadian tersebut, diharapkan akan menghasilkan kegiatan mengajar dan mendidik yang efektif dan efisien.

Dalam pendidikan Islam, pendidik memiliki peranan yang sangat penting, karena seorang guru agama memiliki tanggung jawab dalam menentukan arah pendidikan. Oleh karenanya Islam meninggikan

82 Ramayulis, Metodologi Pendidilkan…, h. 51-52 83 Ramayulis, Metodologi Pendidilkan…, h. 60-61


(1)

24 M. Iqbal P 10 10 10 10 10 10 0 10 10 10 90 25 M. Febrian L 10 10 10 10 10 10 10 10 0 10 90 26 M. Angga L 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

27 M. Lutfi L 10 10 10 0 10 0 0 0 10 10 60

28 M. Rizki P 10 10 10 0 10 0 0 10 10 0 60

29 Nadia P 10 10 0 0 10 10 0 0 10 10 60

30 Rahmawati P 10 10 10 10 10 5 10 10 10 10 95

31 Rahmat L 5 5 5 10 10 10 0 0 0 10 55

32 Ramadhani P 10 10 10 0 10 0 10 0 10 `10 80 33 Raseptiadi P 10 10 0 0 0 10 10 10 10 10 70

34 Ratih L 10 10 10 0 0 0 0 0 10 10 50

35 Ratna L 10 10 10 10 10 10 10 0 5 10 85

36 Resti P 10 10 10 10 10 10 0 0 10 10 80

37 Reza P 10 10 10 10 0 0 10 10 10 10 80

38 Rina P 10 10 10 0 0 10 10 10 10 10 80

39 Sandi P 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

40 Setyo P 10 10 10 10 10 0 0 0 0 10 60

41 Siti P 10 10 10 10 0 10 10 10 10 10 90

42 Yulia P 10 10 10 10 0 10 10 0 0 10 70

43 Yuni P 10 10 10 10 10 10 0 10 0 10 80

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 20


(2)

Lampiran 9

Hasil Belajar Siswa SMPN 14 Bintara Bekasi Barat Dalam Mata Pelajaran PAI

Kelas : IX-1

Pengajar : Bapak Drs. Kamiludin

Butir Soal Skor & Pencapaian skor

No Nama

1 2 3 4 5

Jumlah skor

Nilai

1 Abdul jefri 10 10 5 25 10 100 60

2 Abdul rosyid 10 10 5 20 25 100 70

3 A. Fika 10 10 10 20 15 100 65

4 A. fahrudi 10 10 15 20 17 100 67

5 Aji 10 10 10 20 22 100 67

6 Amelia 10 10 20 25 25 100 80

7 Bimo 10 10 15 20 17 100 67

8 Chandra 10 10 30 20 0 100 70

9 Cok septian 10 10 20 20 15 100 75

10 Devi 10 10 20 20 10 100 70

11 Dinda 10 10 20 20 20 100 80

12 Doni 10 10 15 30 5 100 70

13 Dwita 10 10 10 25 3 100 58

14 Dimas 10 10 20 10 8 100 68

15 Fahri 10 10 20 20 15 100 75

16 Febri 10 10 25 25 0 100 70

17 Fedia 10 10 25 20 5 100 70

18 Gerry 10 10 5 10 0 100 35

19 Hendra 10 10 20 15 5 100 60

20 Imaduddin 10 10 20 10 15 100 65

21 Irma 10 10 10 20 10 100 60

22 Kurnia 10 10 20 20 0 100 60


(3)

27 Novia 10 10 30 20 5 100 75

28 Nur Indah 10 10 30 20 10 100 80

29 Putri 10 10 10 20 0 100 50

30 Rafsanjani 10 10 25 25 0 100 70

31 Ratri 10 10 20 20 10 100 70

32 Rasya 10 10 20 20 10 100 70

33 Retno 10 10 0 25 10 100 55

34 Rio kurnia 10 10 0 25 25 100 70

35 Rio robin 10 10 5 10 0 100 35

36 Satrio 10 10 5 5 5 100 35

37 Sigit 10 10 15 15 10 100 60

38 Toyo 10 10 15 15 10 100 60

39 Ulfah 10 10 20 10 15 100 75

40 Yoga 10 10 20 10 0 100 50

41 zajeen 10 10 10 20 10 100 60


(4)

Lampiran 10

Hasil Belajar Siswa SMPN 14 Bintara Bekasi Barat Dalam Mata Pelajaran PAI

Kelas : VIII-1

Pengajar : Ibu Neneng Permaisuri S. Ag

Butir Soal Skor & Pencapaian skor No Nama

1 2 3 4 5

Jumlah skor

Nilai

1 Aan 10 10 25 25 25 100 95

2 Agung 10 10 15 25 10 100 70

3 Ahmad 10 10 0 20 25 100 65

4 Ajeng 10 10 10 25 15 100 70

5 Arjuna 10 10 25 25 25 100 95

6 Ashilah 10 10 30 12,5 25 100 87,5

7 Ayu 10 10 30 25 25 100 100

8 Azka 10 10 20 25 25 100 90

9 Danisa 10 10 30 25 25 100 100

10 Dany 10 10 15 25 20 100 80

11 Dea 10 10 20 25 25 100 90

12 Dian kurnia 10 10 30 25 25 100 100

13 Dian rahma 10 10 30 25 25 100 100

14 Dinar 10 10 20 20 25 100 85

15 Dini alfia 10 10 25 25 25 100 95

16 Dini ishnaini 10 10 25 25 30 100 100

17 Eka 10 10 15 20 10 100 65

18 Enggar 10 10 25 10 10 100 65

19 Fahmi 10 10 25 25 25 100 95

20 Hanifah 10 10 25 25 25 100 95

21 Herwin 10 10 10 20 10 100 60

22 Ilham 10 10 25 20 0 100 65


(5)

27 Makhrifatul 10 10 25 25 25 100 95

28 M. Rama 10 10 30 25 25 100 100

29 M. Dias 10 10 0 20 20 100 60

30 Niswah 10 10 25 30 20 100 95

31 Nur Fatah 10 10 20 20 25 100 85

32 Nurul 10 10 30 25 25 100 100

33 Putri 10 10 30 25 25 100 100

34 Ratri 5 10 15 25 25 100 80

35 Ray 0 10 5 15 15 100 45

36 Ria 10 10 5 25 20 100 70

37 Rifqi 10 10 5 25 20 100 70

38 Ruli 10 10 20 10 25 100 75

39 Siti 10 10 30 25 25 100 100

40 Tiara 10 10 5 25 20 100 70

41 yulinda 10 10 30 25 25 100 100


(6)

Dokumen yang terkait

Peranan guru Agama dalam Mengoptimalkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Pamulang

1 6 111

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa Di Sma Martia Bhakti Bekasi

0 16 149

Peran komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi

0 7 69

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (Pai) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Sdn Kaliabang Tengah Vii Bekasi Utara

0 5 88

KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERSERTIFIKASI DI SMPN 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam Bersertifikasi Di SMPN 2 Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017.

0 2 22

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

1 5 18

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Belajar Di SMPN 1 Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus

0 6 147

PENGARUH KINERJA GURU AGAMA ISLAM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 1 KEDUNGWARU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 50

B. Analisis Deskriptif - PENGARUH KINERJA GURU AGAMA ISLAM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 1 KEDUNGWARU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kinerja Guru dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung. - PENGARUH KINERJA GURU AGAMA ISLAM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

0 0 7