commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Intensitas Kebisingan
a. Pengertian kebisingan Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki
yang bersifat mengganggu pendengaran bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar Tarwaka, 2004. Sedangkan
Budiono 2003 bising adalah suara atau bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran
Kepmenaker No.Kep-51 MEN1999. Priatna dan Utomo 2002 mengemukakan kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki
bagi manusia. Jadi kebisingan secara umum adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau
alat-alat kerja yang bersifat mengganggu pendengaran. b. Jenis kebisingan
Jenis kebisingan menurut Suma’mur 2009: 1 Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas
Steady state, Wide band noise. Misal: mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.
commit to user 2 Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit Steady
state, narrow band noise. Misal: gergaji sirkuler, katup gas.
3 Kebisingan terputus-putus intermittent. Misal: lalu lintas, suara kapal terbang.
4 Kebisingan impulsif impact impulsive noise. Misal: tembakan bedil, meriam, ledakan.
5 Kebisingan impulsif berulang. Misal: mesin tempa, pandai besi.
Menurut Haryono dan Subaris 2007, bising diberbagai industri dalam garis besar dapat digolongkan dalam 2 golongan, yaitu:
1 Bising-bising impulsif Kebisingan impulsif impactimpulse noise adalah
kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber tunggal atau bunyi yang pada saat tertentu terdengar secara tiba-tiba, misal
kebisingan yang ditimbulkan oleh ledakan bom, meriam. Sedangkan impulsif berulang terjadi pada mesin produksi di
industri. Kebisingan impulsif yang berintensitas tinggi dapat menyebabkan rusaknya alat-alat pendengaran. Kerusakan dapat
terjadi pada gendang pendengaran dan tulang-tulang halus di telinga tengah. Getaran-getaran yang menyebabkan kerusakan ini
dapat melalui udara maupun melalui tulang.
commit to user 2
IntermittentInterutted Noise Adalah kebisingan dimana suara mengeras dan kemudian
melemah secara perlahan-lahan. Sebagai contoh, kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan lalu lintas atau pesawat udara yang
tinggal landas. c. Sumber kebisingan
Menurut Dirjen PPM dan PL., DEPKES KESSOS RI. dalam Haryono dan Subaris 2007, sumber kebisingan dibedakan
menjadi : 1 Bidang industri
Industri besar termasuk didalamnya pabrik, bengkel dan sejenisnya. Bidang industri dapat dirasakan oleh tenaga kerja
maupun masyarakat disekitar industri. 2 Bidang rumah tangga
Umumnya disebabkan oleh alat-alat rumah tangga dan tidak terlalu tinggi tingkat kebisingannya.
3 Bidang spesifik Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus,
misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan. Bila sumber kebisingan dilihat dari sifatnya dibagi menjadi 2
yaitu: 1 Sumber kebisingan statis : pabrik, mesin, tape, dan lainnya.
commit to user 2 Sumber kebisingan dinamis : mobil, pesawat terbang, kapal laut
dan lainnya Wisnu, 1996. Sedangkan sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber
suara yang dikeluarkannya, ada dua macam yaitu: 1 Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titikbolalingkaran.
Contoh: sumber bising dari mesin-mesin industrimesin yang tak bergerak.
2 Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, misalnya: kebisingan yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak
dijalan. Men. KLH, 1989 d. Nilai Ambang Batas NAB
Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kepmenaker No. 51
MEN1999. NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari
dan 40 jam seminggu Budiono dkk, 2003. Nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dB, selama waktu pemaparan
8 jam berturut-turut Priatna dan Utomo, 2002.
commit to user Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dalam dBA
8 Jam 4
2 1
85 88
91 94
30 Menit 15
7,5 3,75
0,94 97
100 103
106 112
28,12 Detik 14,06
1,88 7,03
3,52 1,76
0,88 0,44
0,22 0,11
Tidak Boleh 115
118 109
121 124
127 130
133 136
139 140
Sumber: Budiono dkk, 2003.
commit to user e. Efek kebisingan terhadap kesehatan
Pengaruh pemaparan kebisingan menurut Sandes, dkk. dalam Tarwaka 2004 secara umum dapat dikategorikan menjadi dua
berdasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lama
waktu pemaparan. Pengaruh pemaparan kebisingan antara lain adalah:
1 Pengaruh kebisingan intensitas tinggi di atas NAB adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat
menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat permanen atau ketulian maupun bersifat sementara, pengaruh kebisingan akan
sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui. Secara fisiologis kebisingan dengan
intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan
jantung meningkat, gangguan pencernaan, gangguan dalam bekerja, peningkatan kelelahan, dan resiko masyarakat, apabila
kebisingan akibat suatu proses produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan
tersebut dihentikan. 2 Pengaruh kebisingan intensitas rendah di bawah NAB adalah
dapat menyebabkan stress pada karyawan yang secara spesifik dapat mengakibatkan stress menuju keadaan cepat marah, sakit
kepala, gangguan tidur, gangguan reaksi psikomotor, kehilangan konsentrasi, gangguan komunikasi antar lawan bicara dan
commit to user penurunan perfomansi kerja yang kesemuannya itu akan bermuara
pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja. f. Pengendalian kebisingan
Kebisingan dapat dikendalikan dengan : 1 Pengendalian Secara Teknis
a Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.
b Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara.
c Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. d Substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising.
e Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang, dan mengganti bagian-bagian logam
dengan karet. f Modifikasi mesin atau proses.
g Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat mengurangi suara bising Budiono dkk, 2003.
2 Pengendalian secara administratif: a Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu misalnya bagian
diesel. b Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang
berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang
commit to user berbising tinggi, dalam waktu yang telah ditentukan, serta
menggunakan APD ear muff. c Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada.
d Cara ini dilakukan untuk mengurangi waktu pemajanan dan tingkat kebisingan, sehingga suara yang diterima organ
pendengaran pekerja, masih dalam batas aman Budiono dkk, 2003.
3 Pengendalian secara medis Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat
awal masuk kerja, secara periodik, secara khusus, dan pada akhir masa kerja Budiono dkk, 2003.
4 Penggunaan Alat Pelindung Diri Apabila pengendalian secara teknis dan administratif
belum dapat mereduksi tingkat dan lama kebisingan yang diterima maka digunakan alat pelindung kebisingan yaitu ear plug atau ear
muff disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi, dan penurunan intensitas kebisingan yang diharapkan Budiono dkk, 2003.
2. Tekanan Darah