HASIL DAN PEMBAHASAN Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk N dan K

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis data secara statistik pada lampiran 9-46 diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap peubah tinggi tanaman 2 dan 4 minggu setelah tanam MST, jumlah daun 2 dan 4 MST, umur panen, jumlah baris per tongkol dan produksi pipilan kering per sampel. Varietas belum berbeda nyata terhadap peubah umur keluar bunga jantan, umur keluar bunga betina, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah biji per tongkol dan bobot 100 biji. Sedangkan pupuk berpengaruh nyata untuk peubah produksi pipilan kering per sampel. Interaksi Varietas dan Pupuk berpengaruh nyata pada peubah produksi pipilan kering per sampel. Tinggi Tanaman cm Dari data pengamatan dan hasil sidik ragam pada lampiran 9-16 dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 dan 4 MST, sedangkan pupuk dan interaksi belum berbeda nyata. Rataan tinggi tanaman 2-8 MST dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 di bawah ini, pada 8 MST, diketahui bahwa varietas Bisma lebih tinggi dari varietas SHS-4 dengan nilai selisih rataan sebesar 3,3 cm. Varietas Bisma yang mempunyai nilai tinggi tanaman tertinggi 198,9 cm terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 158,7 cm terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis Universitas Sumatera Utara 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar Varietas SHS-4 yang mempunyai nilai tinggi tanaman tertinggi 199,6 cm terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 4,4 gtanaman 512 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 0,4 gtanaman 44 kg KCl per hektar dan terendah 129,8 cm terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 0 gtanaman . Hal ini berarti pada 8 MST peranan K lebih banyak dibandingkan N dan P. Pemberian N dengan dosis gtanaman kg Urea per hektar dan K dengan dosis gtanaman kg KCl per hektar sesuai dosis anjuran memberikan tinggi tanaman tertinggi pada varietas Bisma pada 8 MST. Tabel 2. Rataan tinggi tanaman 2-8 MST. Perlakuan Tinggi Tanaman 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST Varietas V1 Bisma 35,8a 64,8a 107,6 174,2 V2 SHS-4 28,8b 55,6b 101,0 170,9 Pupuk 1 32,8 61,4 95,7 167,6 2 34,7 65,5 121,4 188,0 3 30,8 57,9 102,1 165,2 4 32,2 60,1 110,0 173,4 5 33,3 59,0 97,3 170,1 6 35,9 74,5 120,4 175,5 7 33,0 54,9 91,4 150,0 8 32,1 57,6 99,6 162,8 9 31,1 56,2 100,4 188,3 10 29,5 60,0 107,3 172,3 11 29,7 52,6 99,0 170,3 12 32,1 61,8 109,9 177,3 13 32,7 61,1 102,0 182,3 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji Beda Nyata Jujur BNJ pada taraf 5. Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi menjadi belum berbeda nyata pada karakter tinggi tanaman 6 dan 8 MST. Hal ini Universitas Sumatera Utara dapat dilihat dari nilai tinggi tanaman Varietas Bisma dan SHS-4 yang hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Dalam faktor kesuburan tanah diduga tanah yang digunakan di dalam polybag tidak seragam kesuburannya, sehingga di satu sisi pengaruh pupuk sebenarnya nyata pada suatu individu jagung tetapi di lain pihak karena diduga tanahnya padat atau jenis mineral liat tanahnya yang berbeda pada individu lain menyebabkan pengaruh pupuk menjadi kabur dan akhirnya muncul karakter yang tidak semestinya akibat dari kekurangan atau kelebihan unsur hara baik yang berasal dari pupuk atau sediaan tanah tersebut. Dengan demikian pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksinya menjadi sangat kecil dan memunculkan karakter yang tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Jumlah Daun helai Dari hasil sidik ragam pada lampiran 17-24 dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap peubah jumlah daun pada 2 MST dan 4 MST. Sedangkan Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata terhadap peubah jumlah daun. Rataan jumlah daun 2-8 MST dapat dilihat pada tabel 3. Dari Tabel 3 pada 8 MST diketahui bahwa varietas Bisma mempunyai Universitas Sumatera Utara jumlah daun lebih banyak dari varietas SHS-4 dengan nilai selisih rataan sebesar 0,2 helai. Varietas Bisma yang mempunyai nilai rataan jumlah daun tertinggi 15,5 helai terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 5,2 gtanaman 600 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 14,0 helai terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 yang mempunyai nilai jumlah daun tertinggi 15,5 helai terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 14,0 helai terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 0 gtanaman. Tabel 3. Rataan Jumlah Daun 2-8 MST Perlakuan Jumlah Daun 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST Varietas V1 Bisma 2,6a 5,8a 8,3 14,6 V2 SHS-4 2,0b 5,3b 7,8 14,4 Pupuk 1 2,0 5,0 7,3 14,0 2 2,3 5,8 8,5 14,8 3 2,3 5,1 7,9 14,5 4 2,3 5,5 8,3 14,6 5 2,5 5,8 7,5 14,3 6 2,5 5,5 9,0 15,0 7 2,0 5,4 7,6 14,0 8 2,3 5,8 7,9 14,5 9 2,5 5,3 8,0 14,5 10 2,6 6,0 8,4 14,5 11 2,3 5,3 8,4 14,5 12 2,4 5,6 8,6 14,5 13 2,5 5,6 8,0 15,3 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji Beda Nyata Jujur BNJ pada taraf 5. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi menjadi belum berbeda nyata pada karakter jumlah daun 6 dan 8 MST. Hal ini dapat dilihat dari nilai jumlah daun Varietas Bisma dan SHS-4 yang hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Dalam faktor kesuburan tanah diduga tanah yang digunakan di dalam polybag tidak seragam kesuburannya, sehingga di satu sisi pengaruh pupuk sebenarnya nyata pada suatu individu jagung tetapi di lain pihak karena diduga tanahnya padat atau jenis mineral liat tanahnya yang berbeda pada individu lain menyebabkan pengaruh pupuk menjadi kabur dan akhirnya muncul karakter yang tidak semestinya akibat dari kekurangan atau kelebihan unsur hara baik yang berasal dari pupuk atau sediaan tanah tersebut. Dengan demikian pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksinya menjadi sangat kecil dan memunculkan karakter yang tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Jumlah Daun diatas tongkol helai Dari hasil sidik ragam pada lampiran 24 dapat dilihat bahwa varietas dan pupuk belum berbeda nyata terhadap peubah jumlah daun di atas tongkol. Rataan jumlah daun di atas tongkol dapat dilihat pada tabel 4. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4 di bawah ini dapat dilihat bahwa Bisma mempunyai jumlah daun di atas tongkol yang sama banyak dengan SHS-4. Varietas Bisma yang mempunyai nilai rataan jumlah daun di atas tongkol tertinggi 7 helai terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 2,6 dan 4,4 gtanaman 300 dan 512 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 6 helai terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 yang mempunyai nilai jumlah daun diatas tongkol tertinggi 7 helai terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 6 helai terdapat pada pemberian pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Tabel 4. Rataan Jumlah Daun di Atas Tongkol helai. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 6,0 6,0 6,0 2 7,0 6,5 6,8 3 6,5 7,0 6,8 4 7,0 6,3 6,6 5 6,0 6,5 6,3 6 6,5 6,5 6,5 7 6,0 6,0 6,0 8 6,0 7,0 6,5 9 6,5 6,5 6,5 10 6,5 6,5 6,5 11 7,0 6,0 6,5 12 7,0 6,0 6,5 13 7,0 7,5 7,3 Rataan 6,5 6,5 6,5 Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata pada karakter jumlah daun di atas tongkol. Hal ini dapat dilihat dari nilai jumlah daun di atas tongkol Varietas Bisma dan SHS-4 yang Universitas Sumatera Utara hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Salah satu faktor kesuburan tanah yang menyebabkan pengaruk pupuk menjadi kabur adalah perbedaan nilai kemasaman tanah pH. Damanik dkk. 2010 menyatakan pada tanah yang masam ketersediaan Al, Mn, Cu, Zn dan Fe menjadi tinggi sehingga dapat terjadi keracunan pada tanaman jagung, fiksasi P meningkat sehingga menjadi kurang tersedia, K terjerap dalam kompleks pertukaran kation tanah. Diduga karena faktor pH tidak seragam maka ketersediaan unsur hara, terutama hara makro menjadi tidak seimbang sehingga pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksi menjadi tidak berbeda nyata karena pengaruh perlakuan menjadi kecil. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Umur Keluar bunga Jantan hari Dari hasil sidik ragam pada lampiran 26 dapat dilihat bahwa varietas dan Pupuk serta Interaksi belum berbeda nyata terhadap peubah umur keluar bunga jantan. Rataan umur keluar bunga jantan dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa bunga jantan Bisma lebih cepat keluar dari pada bunga jantan SHS-4 dengan nilai selisih rataan sebesar 1,27 hari. Universitas Sumatera Utara Varietas Bisma yang paling cepat berbunga 53,5 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan yang paling lama berbunga 59 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 yang paling cepat berbunga 54,8 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K 0 gtanaman dan yang paling lama berbunga 58,5 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Tabel 5. Rataan Umur Keluar Bunga Jantan hari. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 57,5 56,3 56,9 2 55,5 57,5 56,5 3 55,8 55,8 55,8 4 54,5 56,5 55,5 5 59,0 56,3 57,6 6 54,0 55,0 54,5 7 55,0 54,8 54,9 8 57,5 57,3 57,4 9 55,5 58,5 57,0 10 53,5 56,8 55,1 11 55,8 57,5 56,6 12 56,8 58,0 57,4 13 57,0 56,8 56,9 Rataan 55,9 56,7 56,3 Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata pada karakter umur berbunga jantan. Hal ini dapat dilihat dari nilai umur keluar bunga jantan Varietas Bisma dan SHS-4 yang hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa Universitas Sumatera Utara sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Dalam faktor kesuburan tanah diduga tanah yang digunakan di dalam polybag tidak seragam kesuburannya, sehingga di satu sisi pengaruh pupuk sebenarnya nyata pada suatu individu jagung tetapi di lain pihak karena diduga tanahnya padat atau jenis mineral liat tanahnya yang berbeda pada individu lain menyebabkan pengaruh pupuk menjadi kabur dan akhirnya muncul karakter yang tidak semestinya akibat dari kekurangan atau kelebihan unsur hara baik yang berasal dari pupuk atau sediaan tanah tersebut. Dengan demikian pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksinya menjadi sangat kecil dan memunculkan karakter yang tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Umur Keluar Bunga Betina hari Dari hasil sidik ragam pada lampiran 28 dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata terhadap peubah umur keluar bunga betina. Rataan Umur keluar bunga betina dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6 di bawah dapat dilihat bahwa bunga betina Bisma dan SHS-4 sama umur keluar bunga betinanya. Varietas Bisma yang paling cepat berbunga 56,8 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg Universitas Sumatera Utara KCl per hektar dan yang paling lama berbunga 62 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 yang paling cepat berbunga 56,5 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 5,2 gtanaman 600 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 0 gtanaman dan yang pang lama berbunga 61,5 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Tabel 6. Rataan Umur Keluar Bunga Betina hari. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 60,5 58,5 59,5 2 58,5 59,5 59,0 3 59,3 58,3 58,8 4 57,5 58,5 58,0 5 62,0 58,3 60,1 6 57,0 56,5 56,8 7 57,5 57,3 57,4 8 60,5 59,3 59,9 9 58,5 61,5 60,0 10 56,8 59,0 57,9 11 59,0 60,5 59,8 12 59,8 60,8 60,3 13 60,0 59,5 59,8 Rataan 58,9 59,0 59,0 Dari Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata pada karakter umur berbunga betina. Hal ini dapat dilihat dari nilai umur keluar bunga betina Varietas Bisma dan SHS-4 yang hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya Universitas Sumatera Utara matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Salah satu faktor kesuburan tanah yang menyebabkan pengaruk pupuk menjadi kabur adalah perbedaan nilai kemasaman tanah pH. Damanik dkk. 2010 menyatakan pada tanah yang masam ketersediaan Al, Mn, Cu, Zn dan Fe menjadi tinggi sehingga dapat terjadi keracunan pada tanaman jagung, fiksasi P meningkat sehingga menjadi kurang tersedia, K terjerap dalam kompleks pertukaran kation tanah. Diduga karena faktor pH tidak seragam maka ketersediaan unsur hara, terutama hara makro menjadi tidak seimbang sehingga pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksi menjadi tidak berbeda nyata karena pengaruh perlakuan menjadi kecil. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Umur Panen Dari analisis sidik ragam pada lampiran 30 dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap peubah umur panen sedangkan Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata. Rataan umur panen dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa Bisma lebih cepat panen dari pada SHS-4 dengan nilai selisih rataan sebesar 6,04 hari. Varietas Bisma yang paling cepat panen 92,8 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan yang paling lama panen 98 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman Universitas Sumatera Utara 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 yang paling cepat panen 98,5 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 5,2 gtanaman 600 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 0 gtanaman dan yang paling lama panen 103,8 hari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Tabel 7. Rataan Umur Panen hari. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 96,5 100,5 98,5 2 94,5 101,5 98,0 3 95,3 100,3 97,8 4 93,5 100,5 97,0 5 98,0 100,3 99,1 6 93,0 98,5 95,8 7 93,5 99,3 96,4 8 96,5 101,3 98,9 9 94,5 103,5 99,0 10 92,8 101,0 96,9 11 95,0 102,5 98,8 12 95,8 102,8 99,3 13 96,0 101,5 98,8 Rataan 95,0a 101,0b 98,00 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji Beda Nyata Jujur BNJ pada taraf 5. Dari Tabel 7 di atas daat dilihat bahwa varietas Bisma dan SHS-4 mempunyai karakter umur panen yang berbeda nyata. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor genotif dalam pada kedua varietas lebih dominan terhadap faktor lingkungan tumbuhnya atau faktor lingkungan tumbuh seperti cahaya mata hari, suhu udara, curah hujan, kelembaban relatif RH dan suhu tanah sesuai untuk perkembangan faktor genotif. Hal ini sesuai pernyataan Allard 2005 yang menyatakan bahwa gen-gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan Universitas Sumatera Utara berkembangnya suatu karakter terkecuali bila mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada. Laju Pengisian Biji ghari Hasil sidik ragam pada lampiran 32 dapat dilihat bahwa Varietas dan Pupuk belum berbeda nyata terhadap peubah laju pengisian biji sedangkan interaksi sudah berbeda nyata. Rataan laju pengisian biji dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Dari Tabel 8 di bawah dapat dilihat bahwa laju pengisian biji varietas Bisma lebih cepat dari pada varietas SHS-4 dengan nilai selisih rataan sebesar 0, 36 ghari. Varietas Bisma dengan laju pengisian biji tertinggi 4,4 ghari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 2,5 ghari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 dengan laju pengisian biji tertinggi 4,1 ghari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 2,3 ghari terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Rataan Laju Pengisian Biji ghari. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 2,8 2,5 2,7 2 3,1 2,4 2,7 3 3,2 2,5 2,9 4 3,9 3,3 3,6 5 2,5 2,3 2,4 6 3,2 2,9 3,1 7 3,0 2,5 2,7 8 4,1 3,7 3,9 9 3,0 3,7 3,4 10 3,1 3,5 3,3 11 4,4 3,2 3,8 12 3,5 4,1 3,8 13 4,4 4,0 4,2 Rataan 3,4 3,1 3,3 Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata pada karakter laju pengisian biji. Hal ini dapat dilihat dari nilai laju pengisian biji Varietas Bisma dan SHS-4 yang hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Salah satu faktor kesuburan tanah yang menyebabkan pengaruk pupuk menjadi kabur adalah perbedaan nilai kemasaman tanah pH. Damanik dkk. 2010 menyatakan pada Universitas Sumatera Utara tanah yang masam ketersediaan Al, Mn, Cu, Zn dan Fe menjadi tinggi sehingga dapat terjadi keracunan pada tanaman jagung, fiksasi P meningkat sehingga menjadi kurang tersedia, K terjerap dalam kompleks pertukaran kation tanah. Diduga karena faktor pH tidak seragam maka ketersediaan unsur hara, terutama hara makro menjadi tidak seimbang sehingga pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksi menjadi tidak berbeda nyata karena pengaruh perlakuan menjadi kecil. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Panjang Tongkol Hasil sidik ragam pada lampiran 34 dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata terhadap peubah panjang tongkol. Rataan panjang tongkol dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Dari Tabel 9 di bawah dapat dilihat bahwa rataan panjang tongkol varietas Bisma lebih tinggi dari varietas SHS-4 dengan selisih 0,57 cm. Varietas Bisma dengan panjang tongkol tertinggi 18,8 cm terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 14,3 cm terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 dengan tongkol terpanjang 18,0 cm terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg Universitas Sumatera Utara KCl per hektar dan terendah terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 g dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Tabel 9. Rataan Panjang Tongkol cm. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 15,8 15,3 15,5 2 14,5 14,7 13,6 3 18,0 14,6 15,8 4 17,5 14,8 16,1 5 14,3 14,5 16,1 6 15,4 15,7 15,5 7 15,8 14,6 15,2 8 16,2 16,8 16,5 9 15,9 15,9 15,9 10 14,6 16,9 15,2 11 17,3 15,7 16,5 12 18,8 18,0 16,8 13 16,5 16,5 16,5 Rataan 16,1 15,5 15,8 Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata pada karakter panjang tongkol. Hal ini dapat dilihat dari nilai panjang tongkol Varietas Bisma dan SHS-4 yang hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Dalam faktor kesuburan tanah diduga tanah yang digunakan di dalam polybag tidak seragam Universitas Sumatera Utara kesuburannya, sehingga di satu sisi pengaruh pupuk sebenarnya nyata pada suatu individu jagung tetapi di lain pihak karena diduga tanahnya padat atau jenis mineral liat tanahnya yang berbeda pada individu lain menyebabkan pengaruh pupuk menjadi kabur dan akhirnya muncul karakter yang tidak semestinya akibat dari kekurangan atau kelebihan unsur hara baik yang berasal dari pupuk atau sediaan tanah tersebut. Dengan demikian pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksinya menjadi sangat kecil dan memunculkan karakter yang tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Diameter Tongkol Hasil sidik ragam pada lampiran 36 dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata terhadap peubah diameter tongkol. Rataan diameter tongkol dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Dari Tabel 10 di bawah dapat dilihat bahwa rataan diameter tongkol varietas Bisma lebih rendah dari varietas SHS-4 dengan nilai selisih rataan sebesar 0,4 mm. Varietas Bisma dengan diameter tongkol tertinggi 46,4 mm terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 38,3 mm terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 dengan diameter tertinggi 48,4 mm terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 Universitas Sumatera Utara gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 35,0 mm terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Tabel 10. Rataan Diameter Tongkol mm. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 35,8 47,0 41,4 2 44,0 38,5 41,2 3 44,9 37,9 41,4 4 42,6 43,2 42,9 5 38,3 35,0 36,2 6 41,9 39,2 40,5 7 41,3 41,3 41,3 8 46,4 44,5 45,5 9 40,1 45,3 42,7 10 40,2 43,4 41,8 11 43,8 40,4 42,1 12 44,4 43,0 43,7 13 38,8 48,4 43,6 Rataan 41,7 42,1 41,9 Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata pada karakter diameter tongkol. Hal ini dapat dilihat dari nilai diameter tongkol Varietas Bisma dan SHS-4 yang hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Salah satu faktor kesuburan tanah yang menyebabkan pengaruk pupuk menjadi kabur adalah perbedaan nilai kemasaman tanah pH. Damanik dkk. 2010 menyatakan pada Universitas Sumatera Utara tanah yang masam ketersediaan Al, Mn, Cu, Zn dan Fe menjadi tinggi sehingga dapat terjadi keracunan pada tanaman jagung, fiksasi P meningkat sehingga menjadi kurang tersedia, K terjerap dalam kompleks pertukaran kation tanah. Diduga karena faktor pH tidak seragam maka ketersediaan unsur hara, terutama hara makro menjadi tidak seimbang sehingga pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksi menjadi tidak berbeda nyata karena pengaruh perlakuan menjadi kecil. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Jumlah Baris per Tongkol baris Hasil sidik ragam pada lampiran 38 dapat dilihat bahwa Varietas berbeda nyata terhadap peubah jumlah baris per tongkol sedangkan pupuk dan interaksi belum berbeda nyata. Rataan jumlah baris per tongkol dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Dari Tabel 11 di bawah dapat dilihat bahwa rataan jumlah baris per tongkol varietas SHS-4 lebih banyak dari pada varietas Bisma dengan selisih 0,69 baris. Varietas Bisma dengan jumlah baris biji per tongkol tertinggi 16 baris terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 12,5 baris terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0,8 gtanaman 88 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 0,4 gtanaman 44 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 dengan jumlah baris biji per tongkol tertinggi 16 baris terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 4,4 gtanaman Universitas Sumatera Utara 512 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 2,2 gtanaman 256 kg KCl per hektar dan terendah 13,5 baris terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Tabel 11. Rataan Jumlah Baris per Tongkol baris. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 12,5 15,0 13,8 2 14,5 14,0 14,3 3 14,0 14,0 14,0 4 14,0 16,0 15,0 5 14,0 15,0 14,5 6 15,0 14,0 14,5 7 13,0 14,0 13,5 8 13,0 14,0 13,5 9 12,5 15,0 13,8 10 13,5 14,5 14,0 11 14,0 13,5 13,8 12 16,0 14,0 15,0 13 13,0 15,0 14,0 Rataan 13,8b 14,5a 14,1 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji Beda Nyata Jujur BNJ pada taraf 5. Dari Tabel 11 di atas daat dilihat bahwa varietas Bisma dan SHS-4 mempunyai karakter jumlah baris biji per tongkol yang berbeda nyata. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor genotif dalam pada kedua varietas lebih dominan terhadap faktor lingkungan tumbuhnya atau faktor lingkungan tumbuh seperti cahaya mata hari, suhu udara, curah hujan, kelembaban relatif RH dan suhu tanah sesuai untuk perkembangan faktor genotif. Hal ini sesuai pernyataan Allard 2005 yang menyatakan bahwa gen-gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali bila mereka berada pada lingkungan Universitas Sumatera Utara yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada Jumlah Biji per Tongkol biji Dari hasil sidik ragam pada lampiran 40 dapat dilihat bahwa varietas, pupuk dan interaksi belum berbeda nyata terhadap peubah jumlah biji per tongkol. Rataan jumlah biji per tongkol dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rataan Jumlah Biji per Tongkol biji. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 349,5 453,5 401,5 2 380,0 374,0 377,0 3 538,5 411,8 475,1 4 496,0 440,3 468,1 5 403,0 553,0 478,0 6 518,0 451,3 484,6 7 488,0 342,3 415,1 8 417,0 441,0 429,0 9 369,3 347,0 358,1 10 341,0 487,0 414,0 11 460,0 479,3 469,6 12 498,0 332,3 415,1 13 471,0 562,3 516,6 Rataan 440,7 436,5 438,6 Dari Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa rataan jumlah biji per tongkol varietas Bisma lebih banyak dari varietas SHS-4 dengan selisih 4,19 biji. Varietas Bisma dengan jumlah biji per tongkol tertinggi 538 biji terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0,8 gtanaman 88 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 2,2 gtanaman 256 kg KCl per hektar dan terendah 341 biji Universitas Sumatera Utara terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 dengan jumlah biji per tongkol tertinggi 562 biji terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 332 biji terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Dari Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata pada karakter jumlah biji per tongkol. Hal ini dapat dilihat dari nilai jumlah biji per tongkol Varietas Bisma dan SHS-4 yang hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Dalam faktor kesuburan tanah diduga tanah yang digunakan di dalam polybag tidak seragam kesuburannya, sehingga di satu sisi pengaruh pupuk sebenarnya nyata pada suatu individu jagung tetapi di lain pihak karena diduga tanahnya padat atau jenis mineral liat tanahnya yang berbeda pada individu lain menyebabkan pengaruh pupuk menjadi kabur dan akhirnya muncul karakter yang tidak semestinya akibat dari kekurangan atau kelebihan unsur hara baik yang berasal dari pupuk atau sediaan tanah tersebut. Dengan demikian pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksinya menjadi sangat kecil dan memunculkan karakter yang tidak berbeda Universitas Sumatera Utara nyata. Hal ini sesuai pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Bobot 100 Biji g Hasil sidik ragam pada lampiran 42 dapat dilihat bahwa varietas, pupuk dan interaksi belum berbeda nyata terhadap peubah bobot 100 biji. Rataan jumlah baris per tongkol dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rataan Bobot 100 Biji g. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 28,1 31,3 29,7 2 29,9 27,6 28,7 3 33,2 25,5 29,3 4 28,0 25,5 26,7 5 30,4 30,6 30,5 6 22,9 32,6 27,7 7 32,0 31,1 31,5 8 29,9 30,9 30,4 9 30,6 36,6 33,6 10 26,5 29,7 28,1 11 31,9 27,4 29,6 12 26,2 30,5 28,3 13 25,5 28,2 26,8 Rataan 28,8 29,8 29,3 Dari Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa rataan bobot 100 biji varietas Bisma lebih rendah dari pada varietas SHS-4 dengan selisih 0,97 g. Varietas Bisma dengan bobot 100 biji tertinggi 33,2 g terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0,8 gtanaman 88 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 2,2 gtanaman 256 kg KCl per hektar dan terendah 22,9 g terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 5,2 gtanaman 600 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS- Universitas Sumatera Utara 4 dengan bobot 100 biji tertinggi 36,6 g terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 25,5 g terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0,8 gtanaman 88 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 2,2 gtanaman 256 kg KCl per hektar. Dari Tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata pada karakter bobot 100 biji. Hal ini dapat dilihat dari nilai bobot 100 biji Varietas Bisma dan SHS-4 yang hampir seragam. Keseragaman ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman yang mempengaruhi faktor genotif yang berbeda sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter yang hampir seragam. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah kesuburan tanah, ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk fotosintesis. Salah satu faktor kesuburan tanah yang menyebabkan pengaruk pupuk menjadi kabur adalah perbedaan nilai kemasaman tanah pH. Damanik dkk. 2010 menyatakan pada tanah yang masam ketersediaan Al, Mn, Cu, Zn dan Fe menjadi tinggi sehingga dapat terjadi keracunan pada tanaman jagung, fiksasi P meningkat sehingga menjadi kurang tersedia, K terjerap dalam kompleks pertukaran kation tanah. Diduga karena faktor pH tidak seragam maka ketersediaan unsur hara, terutama hara makro menjadi tidak seimbang sehingga pengaruh Varietas, Pupuk dan interaksi menjadi tidak berbeda nyata karena pengaruh perlakuan menjadi kecil. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gomez dan Gomez 1995 yang menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang Universitas Sumatera Utara sangat kecil atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau keduanya. Produksi Pipilan Kering per Sampel g Hasil sidik ragam pada lampiran 44 dapat dilihat bahwa varietas, pupuk dan interaksi sudah berbeda nyata terhadap peubah produksi pipilan kering per sampel. Rataan produksi pipilan kering per sampel dapat dilihat pada Tabel 14. Dari Tabel 14 diketahui bahwa varietas memberikan produksi pipilan kering per sampel yang berbeda nyata setelah diuji dengan Uji Beda Nyata Jujur BNJ. Pemupukan dengan sandi 13 memberikan hasil yang berbeda nyata dengan sandi 1-7, 9 dan 10 tetapi belum berbeda nyata dengan sandi 8, 11 dan 12. Interaksi pupuk N dan K dengan varietas Bisma dan SHS-4 memberikan perbedaan produksi pipilan kering per sampel yang berbeda nyata antara vrietas Bisma dan SHS-4. Dari Tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa rataan produksi pipilan kering per sampel Bisma lebih rendah dari pada SHS-4 dengan selisih 8,28 g. Varietas Bisma dengan produksi pipilan kering per sampel tertinggi 157,3 g terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 91,5 g terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Varietas SHS-4 dengan produksi pipilan kering per sampel tertinggi 170,5 g terdapat pada Universitas Sumatera Utara tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 2,6 gtanaman 300 kg Urea per hektar dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar dan terendah 95,1 g terdapat pada tanaman yang diberi pupuk N dengan dosis 0 gtanaman dan K dengan dosis 1,3 gtanaman 150 kg KCl per hektar. Tabel 14. Produksi pipilan kering per sampel g. Pupuk Varietas Rataan V1Bisma V2SHS-4 1 102,4a 105,2a 103,8hi 2 110,8a 99,8a 105,3hi 3 117,0a 106,2a 111,6f-i 4 139,8a 137,6a 138,7b-e 5 91,3a 95,1a 93,2i 6 116,9a 120,0a 118,4e-h 7 107,2a 105,5a 106,3hi 8 146,3b 155,7a 151,0ab 9 109,5b 153,9a 131,7b-f 10 113,2b 148,4a 130,7b-g 11 157,1b 133,7a 145,4a-d 12 125,2b 170,5a 147,8a-c 13 157,3b 169,4a 163,3a Rataan 122,6b 130,8a 126,7 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji Beda Nyata Terkecil BNJ pada taraf 5. Dari Tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa nilai rataan produksi Varietas Bisma komposit lebih rendah 8,3 g dari Varietas SHS-4 hibrida. Hal ini sesuai pernyataan Kartasapoetra 1988 kgha 1,7 gtanaman yang menyatakan bahwa varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi daripada varietas bersari bebas karena varietas hibrida menggabungkan gen-gen dominan karakter yang diinginkan dari galur-galur penyusunnya dan hibrida mampu memanfaatkan gen aditif dan non aditif. Varietas hibrida memberikan keuntungan yang lebih tinggi bila ditanam pada lahan yang produktivitasnya tinggi. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa Varietas, Pupuk dan interaksi keduanya sudah berbeda nyata pada karakter produksi pipilan kering per sampel. Diduga kedua varietas ini mempunyai daya adaptasi yang sama sehingga memunculkan karakter yang berbeda pada produksi pipilan kering per sampel. Hal ini sesuai pernyataan Darliah dkk., 2001 yang menyatakan bahwa varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan suatu genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan dan sejalan dengan pendapat Kasno dkk. 2005 yang menyatakan bahwa varietas menunjuk pada sejumlah individu dalam suatu spesies yang berbeda dalam bentuk dan fungsi fisiologi tertentu dari sejumlah individu lainnya dalam suatu spesies yang sama. penggunaan varietas yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan dan produksi hasil yangberbeda juga. Dengan menggunakan Prosedur analisis data untuk pendugaan permukaan respons Ŷ = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 11 X 1 2 + b 22 X 2 2 + b 12 X 1 X 2 Bangun, 2012, diperoleh persamaan respon produksi kedua varietas terhadap pupuk N dengan dosis gtanaman kg Urea per hektar dan K dengan dosis gtanaman kg KCl per hektar yaitu: Y Bisma = 131,96 + 9,96X 1 + 10,81X 2 – 13,42X 1 2 – 2,11X 2 2 + 3,61X 1 X 2 Y SHS-4 = 155,16 + 9,26X 1 + 12,10X 2 - 25,53X 1 2 - 13,99X 2 2 + 9,21X 1 X 2 Dengan : X 1 = N −300√2 300 dan X 2 = K −150√2 150 Universitas Sumatera Utara Pupuk Maksimum Dari hasil perhitungan prosedur analisis CCRD dalam penelitian ini diperoleh dosis Pupuk maksimum untuk varietas Bisma yaitu 4,1 g N per tanaman 471,83 kg Urea per hektar dan 4,3 g K per tanaman 494,71 kg KCl per hektar dan untuk varietas SHS-4 yaitu 3,1 g N per tanaman 358,49 kg Urea per hektarN dan 1,8 g K per tanaman 204,09 kg KCl per hektar. Karakter Berbeda Nyata Dari data-data hasil pengamatan dan analisis sidik ragamnya diperoleh bahwa Varietas sudah berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman 2 dan 4 MST, jumlah daun pada 2 dan 4 MST, umur panen, jumlah baris per tongkol dan produksi pipilan kering per sampel, Pupuk dan interaksi sudah berbeda nyata terhadap karakter produksi pipilan kering per sampel. Hal ini disebabkan oleh tersedianya unsur pupuk yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman menurut fase-fasenya. Dari hasil analisis tanah percobaan diketahui bahwa C-Organik sebesar 5,30 yang tergolong sedang, N total rendah 0,36, Pbray tinggi 14,50 ppm K-tukar tinggi 0,739 me100 dan KTK sangat baik. Dengan penambahan pupuk N dan K tentunya kesuburan tanah akan baik dan setiap individu dapat menghasilkan produksi maksimalnya pada percobaan ini. Walaupun demikian, Ketiga unsur pupuk ini harus lengkap dan tersedia dalam jumlah yang cukup agar dapat diserap tanaman jagung. Unsur yang paling berperan dalam menjaga kesetimbangan penyerapan hara adalah K Damanik dkk., 2010. Dengan nilai K- tukar tanah yang tergolong tinggi, maka penyerapan hara menjadi maksimal dan setiap individu dalam varietas tumbuh optimal sehingga memunculkan karakter yang berbeda nyata. Universitas Sumatera Utara Karakter Belum Berbeda Nyata Darihasil pengamatan dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat bahwa Varetas, Pupuk dan interaksi belum berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman 6 dan 8 MST, jumlah daun 6 dan 8 MST, jumlah daun di atas tongkol, umur keluar bunga jantan, umur keluar bunga betina, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah biji per tongkol dan bobot 100 biji. Karakter yang belum berbeda nyata dapat dilihat dari keseragaman pertumbuhan tanaman. Keseragaman ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor lingkungan atau interaksi keduanya yang memunculkan satu karakter walaupun pada dasarnya fator genotif sudah berbeda karena digunakan dua varietas. Faktor lingkungan yang paling penting adalah media tanam di dalam polybag yang kemungkinan tidak seragam kesuburannya sehingga pengaruh perlakuan pupuk menjadi sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh keseragaman fenotif antar varietas dan intra varietas yang diduga disebabkan oleh keseragaman atau perbedaan lingkungan tumbuhnya. Yang di maksud dalam hal ini adalah perbedaan jumlah pupuk N dan K yang diberikan pada tanaman oleh beberapa sebab tidak terserap oleh tanaman. Seperti tingkat kesuburan tanah yang baik dan buruk sehingga pupuk menjadi mubajir dan tidak tersedia sehingga tidak termanfaatkan oleh tanaman. Dengan demikian Varietas, pengaruh pupuk dan interaksi dapat menjadi tidak nyataGomez dan Gomez 1995 menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari suatu perbedaan perlakuan yang sangat kecil, atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat prcobaan yang terlalu besar atau keduanya. Dalam hal ini diduga faktor lingkungan yaitu ketidakseragaman media tanam yang dimasukkan ke dalam polybag menjadi faktor dominan dalam Universitas Sumatera Utara memberikan pengaruh pupuk pada kedua varietas. Hal ini sesuai pernyataan Allard 2005 yang menyatakan bahwa gen-gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali bila mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN