Hubungan hasil belajar fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa kelas v11 MTA al-Ahliyah Cikampek

(1)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 september 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (Spd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 6 September 2010

Panitia Sidang Munaqasah

Ketua Panitia/Jurusan Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M.Ag ………. ………. NIP: 196803071998031002

Sekretaris Jurusan

Drs. Sapiudin Shidiq, MA ………. ………. NIP: 19670328 2000031 001

Penguji I

Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor ………. ………. NIP: 19470902 1967121 001

Penguji II

Dr. Akhmad Sodiq, MA ………. ………. NIP: 19710709 1998031 001

Dekan

Prof. Dr. Dede Rosyada NIP: 19571005 198703 1003


(2)

Siswa MTs Al-Ahliyah Cikampek”

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran Fiqh yang berkaitan dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu sudah dilaksanakan sesuai dengan ruang lingkup pembelajaran Fiqh. Akan tetapi keberhasilan pembelajaran Fiqh masih kurang optimal, sehingga belum bisa memberikan hubungan yang kuat terhadap konsistensi pelaksanaan shalat siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih di MTs Al-Ahliyah Cikampek.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang hubungan hasil pembelajaran Fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka prosedur yang ditempuh meliputi: persiapan penelitian, dengan cara membuat instrument penelitian, pelaksanaan penelitian menggunakan metode korelasi, sedangkan teknik penelitian yang penulis gunakan yaitu: teknik observasi, wawancara, penyebaran angket dan dokumentasi. Teknik penyebaran angket dan dokumentasi penulis lakukan kepada 30 orang siswa dengan mengambil sampel sebanyak 15% dari keseluruhan populasi yang ada yaitu sebanyak 193 orang siswa kelas VII MTs Al-Ahliyah Cikampek.

Hasil perhitungan antara hasil belajar Fiqh dan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu telah menghasilkan korelasi yang positif. Hal ini dapat diketahui dari perhitungan korelasi product moment yang menyatakan bahwa hasil belajar Fiqh telah memberikan pengaruh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa yaitu sebesar 48,44 % dan sebesar 41,56 % konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa dipengaruhi oleh faktor lain. Ini berarti hasil belajar Fiqh belum bisa memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa.


(3)

Siswa MTs Al-Ahliyah Cikampek”

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran Fiqh yang berkaitan dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu sudah dilaksanakan sesuai dengan ruang lingkup pembelajaran Fiqh. Akan tetapi keberhasilan pembelajaran Fiqh masih kurang optimal, sehingga belum bisa memberikan hubungan yang kuat terhadap konsistensi pelaksanaan shalat siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih di MTs Al-Ahliyah Cikampek.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang hubungan hasil pembelajaran Fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka prosedur yang ditempuh meliputi: persiapan penelitian, dengan cara membuat instrument penelitian, pelaksanaan penelitian menggunakan metode korelasi, sedangkan teknik penelitian yang penulis gunakan yaitu: teknik observasi, wawancara, penyebaran angket dan dokumentasi. Teknik penyebaran angket dan dokumentasi penulis lakukan kepada 30 orang siswa dengan mengambil sampel sebanyak 15% dari keseluruhan populasi yang ada yaitu sebanyak 193 orang siswa kelas VII MTs Al-Ahliyah Cikampek.

Hasil perhitungan antara hasil belajar Fiqh dan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu telah menghasilkan korelasi yang positif. Hal ini dapat diketahui dari perhitungan korelasi product moment yang menyatakan bahwa hasil belajar Fiqh telah memberikan pengaruh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa yaitu sebesar 48,44 % dan sebesar 41,56 % konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa dipengaruhi oleh faktor lain. Ini berarti hasil belajar Fiqh belum bisa memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa.


(4)

Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bahrissalim, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Dr. Hj. Sitti Salmiah, MA. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada peneliti selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta


(5)

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta ini.

8. Abah dan Ema, terima kasih atas do’anya.

9. Teh idah yang dengan penuh kasih sayang selalu mendidik, memberikan bantuan moril dan materil, Razan keponakan yang selalu menjadi semangat, A Uus yang selalu meminjamkan laptopnya untuk mengetik, K’Jen, Teh Iis, Teh Aas serta kakak-kakak tercinta yang selalu mendo’akan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN.

10.Untuk teman-teman tercinta, Evi, Iyan, Umi yang selalu mengobarkan api semangat dalam keputusasaan penulis dan semua teman-teman (khususnya kelas B PAI Ekstensi 2006) yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dengan penuh toleransi ikut serta memberikan sumbangan yang amat berharga dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima kasih penulis, semoga Allah SWT., membalas semua amal baik mereka, dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca.

Jakarta, 15 Juni 2010

Penulis


(6)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Hasil Belajar Fiqh ... 7

1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 7

2. Pengertian Mata Pelajaran Fiqh ... 11

3. Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Fiqh ... 12

4. Ruang Lingkup Materi Fiqh ... 13

B. Shalat Lima Waktu ... 13

1. Pengertian Shalat ... 13

2. Kedudukan Shalat Lima Waktu ... 15

3. Hikmah Pelaksanaan Shalat Lima Waktu ... 17

C. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh di MTs Al-Ahliyah Cikampek ... 18

1. Pembelajaran dan Kurikulum ... 18


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Al-Ahliyah Cikampek ... 31

1. Sejarah Berdirinya ... 31

2. Kepengurusan Sekolah ... 33

3. Sarana dan Prasarana... 35

4. Keadaan guru dan Siswa ... 35

5. Visi, Misi dan Tujuan ... 38

B. Deskripsi Data ... 38

C. Analisis dan Interprestasi Data... 39

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ... 56

2. Saran-saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

3. Skor item alternatif jawaban responden ... 27

4. Klasifikasi skor angket ibadah ... 28

5. Sarana dan prasarana MTs Al-Ahliyah ... 35

6. Daftar dewan guru dan karyawan MTs Al-Ahliyah Cikampek ... 35

7. Keadaan siswa MTs Al-Ahliyah Cikampek Tahun Pelajaran 2009-2010 ... 36

8. Siswa merasa berdosa jika meninggalkan shalat lima waktu ... 40

9. Siswa shalat berjamaah ... 40

10.Siswa shalat tepat awal waktu ... 41

11.Siswa pernah shalat pada saat bepergian ... 41

12.Siswa pernah mengulur-ulur waktu dalam melaksanakan shalat ... 42

13.Siswa pernah shalat pada saat waktu shalat subuh sudah habis ... 42

14.Sepulang sekolah siswa langsung melaksanakan ibadah shalat ... 43

15.Siswa merasa tenang jika shalat di awal waktu ... 43

16.Siswa tetap melaksanakan shalat dalam keadaan sakit ... 44

17.Siswa pernah meninggalkan shalat ... 44

18.Siswa tetap melaksanakan shalat ketika sedang sibuk ... 45

19.Siswa tetap mengqhodo shalat ketika saya lupa ... 45

20.Siswa bersemangat apabila guru menjelaskan pelajaran ... 46

21.Siswa membaca buku yang berhubungan dengan shalat ... 46

22.Siswa mengerjakan shalat lima waktu atas kemauan sendiri ... 47

23.Siswa pernah mengerjakan shalat karena orang lain... 47

24.Siswa mengerjakan shalat karena dimarahi orang tua ... 48

25.Siswa melaksanakan shalat karena perintah guru ... 48

26.Analisis item skor ibadah shalat ... 49

27.Klasifikasi rata-rata jawaban ibadah ... 50


(9)

(10)

       

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Dalam artian, pendidikan adalah sebuah proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa (guru atau orang tua) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal.

Keberhasilan pendidikan sekolah ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan beajar-mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar-mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar.1

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, Pasal III disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila “…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,       

1

 Zakiyah Drajat, Pendidikkan Islam dalam keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhama, 1994), Cet. ke-1, h.99 


(11)

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

Dari tujuan pendidikan nasional yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan diantaranya adalah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan tersebut tentunya tidak akan terwujud apabila hasil belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Karena itu hasil belajar sangat penting artinya harus dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar. Karena hasil belajar tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan ajaran agama Islam.

Pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan kata benda yang berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.3 Fiqih menurut bahasa, adalah paham, sedangkan menurut istilah, fiqih pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah), yakni sama dengan arti Syariah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hokum syariah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.4

Jadi, hasil pembelajaran fiqih adalah hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah mengalami proses belajar fiqih yang terlebih dahulu mengadakan evaluasi berupa angka atau nilai.

Shalat menurut bahasa Arab ialah ”do’a”, tetapi yang dimaksud di sini ialah ”ibadah yang tesusundari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan”.

       2

UURI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Cemerlang. 2003). h. 7 

3

 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 17  4

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), Cet. ke-3, h. 13-14 


(12)

Firman Allah Swt.:

”Dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)keji dan munkar.” (Al-Ankabut:45).5

Tugas seorang guru tidak hanya mengajar tapi harus bisa menjadi tauladan yang baik untuk anak didiknya. Dari pembelajaran fiqih yang diantaranya mengajarkan tentang shalat, tentunya diharapkan dari hasil pembelajaran fiqih di sekolah siswa memahami, menghayati, dan mengamalkan ibadah shalat dalam kehidupan sehari-hari.

Jika hasil belajar siswa itu tinggi maka, hal itu akan menjadi kekuatan bagi dirinya untuk melaksanakan usahanya yaitu shalat, dan dengan adanya hasil belajar tersebut bisa menjadi landasan bagi siswa untuk tekun melaksanakan shalat. Hasil belajar/nilai yang tinggi akan meningkatkan minat, kemauan, dan semangat yang tinggi untuk melaksanakan shalat karena antara hasil belajar yang tinggi dan semangat untuk melaksanakan shalat ada kaitan yang erat.

Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar sangat berperan dalam pelaksanaan shalat siswa, siswa yang memiliki nilai tinggi pada mata pelajaran fiqh, dalam melaksanakan shalat pun pasti akan tekun dan tepat waktu, maka dari itu kualitas hasil belajar dapat diwujudkan sehingga hasilnya/penerapannya dapat tercapai. Dan dengan demikian tujuan bidang studi fiqh akan tercapai dengan baik.

      

5

 Sulaiman Rasyid , Fiqh Islam, (Bandung: PT.Sinar Baru Algensindo, 1994), Cet. Ke-27, h. 53 


(13)

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa terdorong untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut “Hubungan Hasil Belajar Fiqih terhadap Konsistensi Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Siswa MTs Al-Ahliyah Cikampek”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Masalah yang berkaitan dengan hasil belajar fiqh siswa dalam proses pembelajaran

b. Masalah yang berkaitan dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs Al-Ahliyah Cikampek

c. Masalah yang berkaitan dengan Hasil pembelajaran fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs Al-Ahliyah Cikampek

2. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang diteliti, maka peneliti membatasi penelitian ini pada masalah:

1. Hasil belajar fiqh siswa di MTs. Al-ahliyah Cikampek

2. Gambaran pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs. Al-Ahliyah Cikampek

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang diteliti sebagai berikut:


(14)

a. Bagaimana hasil belajar fiqh siswa terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs. Al-ahliyah Cikampek?

b. Bagaimana gambaran pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs. Al-Ahliyah Cikampek?

c. Apakah terdapat hubungan positif antara hasil belajar fiqh siswa dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs. Al-Ahliyah Cikampek?

4. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fiqh b. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTs

Al-Ahliyah, Cikampek

c. Untuk mengetahui hubungan hasil belajar fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTs Al-Ahliyah, Cikampek

5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendapatkan pemahaman tentang shalat

b. Dapat mengetahui hubungan hasil belajar fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs Al-Ahliyah, Cikampek c. Dapat mengetahui bahwa keberhasilan melaksanaan shalat yang

konsisten itu tidak hanya berhubungan dengan nilai yang tinggi tetapi ada hubungannya juga dengan minat dan motivasi


(15)

d. Untuk lembaga (instansi) sebagai acuan dalam meningkatkan pendidikan saat ini dan yang akan datang

 

 

 


(16)

       

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Hasil Belajar Fiqh

1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Slameto, dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang

mempengaruhinya, bahwa belajar ialah ”suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”1 Muhibbin Syah menambahkan dalam

bukunya Psikologi Belajar, bahwa belajar adalah “perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam keseluruhan tingkah laku suatu organisme

sebagai hasil pengalaman”.2 Begitu juga menurut James O. Whaitaker

yang dikutip oleh Wasty Soemanto, dalam bukunya Psikologi Pendidikan,

      

1

 Slameto, Belajar dan Faktor‐ faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). Cet ke-4, h. 2 

2

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), h.68 


(17)

memberikan definisi bahwa belajar adalah “proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman”.3 

Sedangkan menurut Witherington yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa belajar adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian”.4

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah lakunya yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkunagnnya. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu adalah suatu proses, karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor-faktor itu menurut Slameto terbagi menjadi dua yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal dibagi menjadi tiga faktor yaitu: a. Faktor jasmani, yang meliputi cacat tubuh

b. Faktor psikologi, meliputi intelegensi, minat, bakat, motivasi dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani

      

3

  Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. Ke-3, h. 98-99 

4

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), Cet ke-5, h. 84 


(18)

2. Faktor eksternal dibagi menjadi tiga faktor yaitu:

a. Faktor keluarga, meliputi tingkat pendidikan orang tua, keadaan

ekonomi, dan lain-lain

b. Faktor sekolah, meliputi keadaan guru, sarana dan prasarana.

c. Faktor masyarakat, yang meliputi teman dalam bergaul, media

massa, keadaan tempat tinggal dan kegiatan dalam masyarakat.5 Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, terjadi proses yang melibatkan kegiatan mental. Dalam kegiatan mental, terjadi penyudunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi diketahui. Perubahan inilah yang biasa disebut dengan hasil belajar.

Hasil adalah perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari usaha, pikiran dan sebagainya. Pengertian hasil belajar menurut Nana Sudjana, mendefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Menurut Benyamin Bloom, yang dikutip Nana Sudjana, dalam bukunya Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak, yang terdiri dari enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual,

      


(19)

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan eksrpesif dan interpretatif.6

Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar dikatakan berhasil bila terjadi perubahan pengetahuan dalam diri siswa, tingkah lakunya lebih baik dan juga ia lebih terampil dari sebelumnya.

Hasil belajar dapat diketahui dari proses penilaian yaitu kegiatan membandingkan hasil pengukuran skor dengan acuan yang relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kualitas kuantitatif.

Ada beberapa jenis penilaian dilihat dari fungsinya, yaitu:

a). Penilaian formatif, adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar, tujuannya adalah untuk melihat proses belajar mengajar sehingga guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

b). Penilaian Sumatif, adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir semester dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk mlihat hasil yang dicapai siswa.

c). Penilaian Diagnosa adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya.

d). Penilaian selektif adalah penilaian untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menghadapi program belajar baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.7

Alat penilaian hasil belajar adalah berupa tes. Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan sehingga atas dasar data yang

      

6

 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001). Cet ke-7, h. 22-23 

 

7


(20)

diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan prestasi siswa.8

Tes sebagai alat pengukur dan penilaian hasil belajar memiliki manfaat antara lain sebagai diagnosis dan remedial untuk mengukur kekuatan dan kelemahan seseorang dalam rangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan dalam suatu program pendidikan.

Jadi agar memperoleh gambaran daya serap siswa dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa, serta tingkat penguasaan pengetahuan tertentu perlu dengan alat penilaian.

2. Pengertian Mata Pelajaran Fiqh

Sebelum membahas mengenai mata pelajaran fiqh, sebaiknya diketahui pengertian fiqh secara istilah syara’ yaitu ilmu tentang hukum syara’ tentang perbuatan manusia (amaliah) yang diperoleh melalui dalil-dalilnya yang terperinci.9

Mata Pelajaran Fiqh dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of live) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Mata Pelajaran Fiqh Madrasah Tsanawiyah ini meliputi: Fiqh Ibadah, Fiqh Muamalah, Fiqh Jinayah, dan fiqh Siyasah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup fiqh mencakup perwujudan, keserasian , keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt. dengan diri sendiri, sesama

manusia, makhluk lainnya, maupun lingkungannya.10

      

8

 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakara: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 67 

9

Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul al-Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-1, h.19  10

Depag RI Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, h.46 


(21)

3. Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Fiqh

Fiqh di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara

terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi sosial.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam

dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab social yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.11

Sedangkan Fiqh di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk:

a. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik

kepada Allah swt. Sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

b. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam dikalangan

peserta didik dengan ikhlas dan prilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat.

c. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.

serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

d. Pembentukan kedisiplinan dan rasa taggung jawab sosial di

madrasah dan masyarakat.

e. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik

dan sosial melalui ibadah dan muamalah.

f. Perbaikan kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan

peserta didik dalam keyainan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

g. Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqh/hukum Islam

pada jenjanng pendidikan yang lebih tinggi.12

      

11

 Depag RI Dirjen Kelembagaan Agama Islam..., h.46  12


(22)

4. Ruang Lingkup Materi Fiqh

Ruang lingkup Fiqh di Madrasah Tsanawiyah meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara: Hubungan manusia dengan Allah SWT, Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan. Mata pelajaran Fiqh Madrasah Tsanawiyah ini meliputi: Fiqh Ibadah, Fiqh Muamalah, Fiqh Jinayah, dan Fiqh Siyasah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup Fiqh mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.13

 

B. Shalat Lima Waktu 1. Pengertian Shalat

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Shalat mengandung arti yang sama dengan sembahyang yaitu: Berdo’a kepada Tuhan.14

Abdurrahman Al-Jaziri mengatakan bahwa shalat itu adalah “Do’a dengan kebaikan.15

Sebagaimana firman Allah SWT:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman       

13

Depag RI Dirjen Kelembagaan Agama Islam…, h.48  14

 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10, h. 866 

15

Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab, (Cairo, Darul Ulum Press, 2002), Cet. Ke-3, h. 9  


(23)

jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.9:103).16

Adapun pengertian shalat menurut istilah adalah sebagai berikut:

Sulaiman Rasyid mengatakan : ”Shalat adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan”17

Muhammad Bagir Al-Habsyi mengatakan: “Shalat adalah ucapan-ucapan dan gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan dengan niat shalat, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.18

Menurut Sayyid sabik yang dikutip oleh Zurinal dan Aminuddin mengatakan: “Shalat adalah suatu ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah Swt. Dan disudahi dengan memberi salam”. (Sabiq, I, 1973:205).19

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa shalat adalah ibadah yang meliputi kata-kata dan perbuatan sesuai dengan syarat tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

       16

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV.Toha Putra, 1989), h. 298 

17

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam..., h. 53  18

Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqh Praktis, (Bandung: Mizan, 1999), h. 105  19

 Zurinal dan Aminuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penellitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 64


(24)

2. Kedudukan Shalat Lima Waktu

Dalam sehari semalam ada lima kali shalat yang wajib dikerjakan oleh setiap Muslim yang disebut dengan shalat wajib yaitu: Shalat subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya. Hukumnya Wajib ‘ain, dimana setiap Muslim wajib mengerjakannya.

Adapun shalat bagi umat Islam adalah tiang agama, tonggak keyakinan pokok semua jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu shalat juga sebagai cara ibadah yang paling indah kepada-Nya, sinar cemerlang untuk menerangi hidup, penenang hati penawar duka, pencegah perbuatan yang keji dan munkar, membedakan diri manusia untuk apa ia diciptakan Allah, untuk membedakan siapa yang muslim dan siapa yang kafir, membentuk manusia supaya beriman dan bertaqwa kepada Allah, menghapus dosa-dosa kecil terhadap Allah SWT. 20

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Huud ayat 114 sebagai berikut:

Dan tetaplah engkau mengerjakan shalat pada pagi hari dan petang dan di sebagian dari malam hari, sesungguhnya perbuatan-pernbuatan jelek dan menjadi peringatan bagi orang-orang yang

mau memperhatikan. (Q.S. Huud:14)

Hadits Nabi :

      

20

 Mawardi Laba el-Sulthani, Zikir dan Do’a mendirikan shalat yang khusu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar, (Jakarta: Al-Mawardi Prima. 2002). Cet.11.h. 57  


(25)

ﻦ ﺪ ا

مﺪه

ﺪ ﻓ

ﺎﻬآ

ﻦ و

ﻦ ﺪ ا

م

ﺎ ا

ﺪ ﻓ

ﺎﻬ

ﺎ ا

ﻦ ﻓ

ﻦ ﺪ ا

دﺎ

ةﻼ ا

Shalat itu tiang agama, maka siapa yang menegakkan shalat berarti ia menegakkan agama. Dan siapa meninggalkan shalat berarti ia telah meruntuhkan agama.21

Hadits di atas menjelaskan bahwa shalat itu merupakan tiang agama, kalau shalat didirikan, maka agama akan berdiri karna sudah ada tiangnya, tetapi jika shalat tidak didirikan, maka agama akan runtuh. Karena kedudukan shalat sebagai tiang agama, maka shalat adalah penentu bagi diterima atau tidaknya amalan-amalan manusia yang lain di akhirat nanti. Apabila shalatnya diterima maka amalan-amalan yang lain akan diterima pula, tetapi apabila shalatnya ditolak maka amalan-amalan yang lainpun akan ditolak.

Oleh karena itu apabila kita ingin amalan-amalan kita diterima, maka kita harus berusaha dengan daya kemampuan kita untuk membuat shalat kita diterima oleh Allah SWT, yang demikian akan menyebabkan kita memperoleh kemenangan di akhirat nanti.

Rasulullah SAW Bersabda:

ةﻼ ا

ﺔ ﺎ ا

م

ﺪ ا

ﺎﺤ

لوا

,

اداو

ﺮﺋ

ادا

ﺮﺋﺎ

ﺪ ﻓ

تﺪ ﻓ

Amalan yang mula-mula dihisab dari seseorang hamba pada hari kiamat ialah shalat. Jika shalatnya baik, baiklah seluruh amalnya. Sebaliknya jika shalatnya jelek, maka jeleklah semua amalnya.22

Jadi shalat adalah amalan yang sangat penting dan bersifat wajib, karena yang akan pertama kali ditanya diakhirat nanti adalah tentang shalat. Maka dari itu, kedudukan shalat lebih penting dibandingkan dengan

      

21

 Hasbi As-Shiddieqy, Mutiara Hadits, (Jakarta Bulan Bintang, 1980), Jilid VII, h.435  22

 T.M. Hasbi Ash-Shidieqy, Pedoman Shalat, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997), Cet. ke-11, h. 55 


(26)

amalan-amalan yang lain. Dirikanlah shalat, karena shalat akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. Hikmah Pelaksanaan Shalat Lima Waktu

Tidak ada satupun di antara perintah maupun larangan yang Allah bebankan kepada manusia, kecuali akan memberi manfaat. Allah sama sekali tidak berkepentingan atau membutuhkan hasil dari perintah-perintah-Nya. Allah Swt. Maha Suci Allah dari tujuan seperti itu.

Demikian juga, ketika Allah dan Rasul-Nya memerintahkan manusia untuk shalat. Karena shalat itu memberikan manfaat dan hikmah yang sangat besar bagi orang yang mengerjakannya, baik hikmah yang terkandung dalam pengulangan waktu-waktunya maupun hikmah dalam pelaksanaan shalat itu sendiri.

Di antara hikmah melaksanakan shalat adalah sebagai pengobat jiwa yang sakit, susah, bingung, ragu-ragu, kecewa, putus asa, takut, dan cemas. Selain itu, shalat juga mengandung hikmah untuk memperkuat daya juang dan ketabahan serta kesabaran dalam menghadapi berbagai macam problem hidup dan kehidupan.23

Sementara itu, Abu Ali Hasan Ali An-Nadwi yang dikutip oleh

Hasbi Ash-Shidieqy mengatakan bahwa hikmah shalat adalah sebagai berikut:

a. Sebagai santapan yang sehat dan lengkap bagi jiwa

b. Sebagai penjagaan terhadap manusia dari lalai mengingat Allah c. Sebagai penyucian hati dan jiwa dari debu-debu materi24

      

23

 Mawardi Laba el-Sulthani, Zikir dan Do’a mendirikan shalat yang khusu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar…, h.18-25 

24


(27)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hikmah melaksanakan shalat selain sebagai pengobat jiwa dari rasa sakit, cemas, ragu, gelisah dan sebagainya juga bisa menjadi penjaga bagi manusia supaya tidak lupa dengan penciptanya yaitu Allah SWT dan sebagai penyucian hati dari macam-macam masalah duniawi.

C. Pelaksanaan Shalat Lima Waktu di MTs. Al-Ahliyah Cikampek 1. Pembelajaran dan Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Ahliyah yaitu dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran serta tersedianya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Lingkungan MTs. Al-Ahliyah Bakan Maja Cikampek, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/Tingkat Sekolah (KTSP) yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah/satuan pendidikan yang berpedoman pada standar kelulusan SMP/MTs sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah Pusat melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006 dan Peraturan Menteri Pendidikan No.23 tahun 2006

Mengenai peningkatan kegiatan ibadah siswa, khususnya shalat lima waktu, siswa dibiasakan untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan Asmaul husna setiap kali akan mulai pelajaran dan shalat berjama’ah serta praktek-praktek badah lainnya.

Kurikulum pelajaran Fiqh dalam pelaksanaannya ditekankan pada upaya memberikan kemampuan pada anak didik, agar terbiasa beribadah. Hal ini diupayakan dengan melaksanakan praktek, pada materi-materi tertentu seperti shalat dan haji.25

      

25


(28)

2. Metode Pengajaran

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tapi menarik perhatian anak didik. Tetapi pengguanaan metode yang bervariasi juga tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang mendukungnya serta kondisi psikologis anak didik. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Mengenai metode pengajaran Fiqh di Madrasah Tsanawiyah Al-Ahliyah adalah sebagai berikut:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah ini merupakan salah satu metode yang digunakan oleh guru Fiqh dalam penyampaian materi pengajaran Fiqh. Metode ini digunakan oleh guru Fiqh secara rutin dalam menyampaikan materi pelajaran, karena materi pelajaran Fiqh yang harus disampaikan sangat banyak, sedangkan alokasi waktu yang diberikan hanya 2 jam pelajaran dalam seminggu. Dengan metode ini, guru dapat menyampaikan materi pelajaran yang banyak dengan


(29)

alaokasi waktu sedikit. Disamping itu, metode ceramah pelaksanaannya sangat sederhana, sehingga mudah digunakan oleh guru.

b. Metode Tanya Jawab

Dalam menyampaikan materi Fiqh di kelas VII, guru juga mengguanakan metode Tanya jawab. Metode ini biasanya digunakan setelah guru menyampaikan materi pelajaran atau disela-sela kegiatan belajar mengajar. Metode ini digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

c. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi digunakan oleh guru Fiqh untuk memberikan pengalaman praktis kepada siswa tentang tatacara ibadah yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan ilmu Fiqh yang mereka pelajari. Karena ilmu Fiqh bukan hanya sekedar teori, melainkan praktek amaliah yang harus diutamakan.

d. Metode Latihan

Metode latihan ini memberikan kemampuan kepada siswa untuk berlatih, yaitu melakukan suatu keterampilan tertentu berdasarkan penjelasan atau petunjuk guru. Metode ini memilki cirri khas bahwa kegiatan yang berupa pengalaman berkali-kali dilakukan dari suatu hal yang sama seperti melakukan shalat, puasa, zakat dan sebagainya.

3. Sistem Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, yang digunakan untuk mengukur (memberikan penilaian) terhadap hasil kegiatan belajar mengakar. Evaluasi pelajaran Fiqh di kelas


(30)

VII MTs. Al-Ahliyah dilakukan oleh guru kepada siswa melalui tes harian dan tes akhir semester. Untuk mendapatkan nilai mata pelajaran Fiqh digunakan nilai formatif dan nilai sumatif. Kemudian nilai tersebut dikumpulkan dan dibagi dua, hasilnya dijadikan sebagai nilai akhir (nilai rata-rata).26

C. Kerangka Berfikir

Belajar adalah suatu kegiatan perubahan tingkah laku manuusia karena adanya interaksi dengan sesamanya atau lingkungannya. Dengan adanya kegiatan interaksi tersebut seseorang mengalami perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, maka ia dikatakan telah mengalami suatu proses belajar.

Sedangkan hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan pengetahuan dalam diri siswa, tigkah lakunya dan juga ia lebih terampil dari sebelumnya.

Dalam upaya mewujudkan pendidikan yang berorientasi pada pembekalan intelektual tinggi yang memiliki akhlakul karimah, siswa harus memiliki latar belakang pendidikan yang terintegrasi, artinya pendidikan harus dilihat sebagai bagian yang utuh yang memposisikan guru, materi atau bahan pelajaran yang diberikan, proses pendidikan, lingkungan rumah dan masyarakat, lingkungan siswa.

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembentukan karakter siswa menjadi anak yang shaleh, maka, dengan mengikuti pelajaran fiqh di sekolah diharapkan siswa dapat memahami, menghayati dan mengamalkan materi yang telah disampaikan oleh guru yang salah satunya membahas tentang shalat.

      

26


(31)

Shalat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang sudah baligh dan berakal sehat. Shalat juga merupakan amal ibadah utama yang pertama akan dipertanyakan di akhirat. Mengingat siswa yang duduk dibangku MTs kelas VII (1 MTs) ini sudah mencukupi syarat tersebut, maka semua pihak yang bertanggung jawab pada dirinya harus memperhatikan hal ini. Seperti halnya belajar, pelaksanaan shalat pun tidak cukup denngan perintah saja, tetapi dengan keteladanan/contohlah yang lebih mengena pada diri anak.

Jadi, jika dengan mengikuti pelajaran fiqh dipastikan akan menambah pemahaman siswa dalam belajar, maka ibadah shalat adalah salah satu wujud dari hasil pembelajaran fiqh tersebut. Karena dalam pelajaran fiqh pasti akan ada satu pesan yang selalu mengingatkan siswa untuk melaksanakan ibadah yang satu ini yaitu shalat.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentatif, yang merupakan dugaan atau terkaan apa saja yang kita amati dalam usaha memahaminya. Jadi hipotesis itu adalah jawaban sementara yang sifatnya bisa benar atau juga salah. Maka untuk itulah diperlukan penelitian.

Hipotesis yang diajukan penulis sementara ini adalah untuk benar atau tidaknya dugaan sementara penulis mengenai hubungan antara hasil pembelajaran fiqh siswa kelas VII MTs Al-Ahliyah, Cikampek terhadap pelaksanaan shalat lima waktu siswa kelas VII MTs Al-Ahliyah, Cikampek.

Dalam penelitian skripsi ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ha: Terdapat hubungan positif yang nyata antara hasil pembelajaran fiqh

siswa dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu

Ho: Tidak terdapat hubungan positif yang nyata antara hasil pembelajaran fiqh dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu


(32)

Tegasnya, jika ada hubungan antara hasil pembelajaran fiqh siswa kelas VII MTs Al-Ahliyah, Cikampek dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa kelas VII MTs Al-Ahliyah, Cikampek, maka berarti Ha (Hipotesis Alternatif) diterima, sedangkan Ho (Hipotesis Nihil) ditolak.


(33)

       

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dijadikan obyek penelitian adalah MTs. Al-Ahliyah Jl. Jend. Sudirman No. 19 Bakan Maja-Cikampek Kec. Kota Baru 413734 Kab. Karawang. Tlp. (0264) 316452

Waktu pelaksanaan penelitian pada tanggal 20 Februari s/d 20 Maret 2010.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mencari hubungan hasil belajar fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTs. Al-Ahliyah Cikampek Kota Baru.

a. Variabel bebas (independent variabel) adalah hasil belajar siswa pada bidang studi fiqh.

b. Variabel terikat (dependent variabel) adalah ibadah shalat siswa MTs. Al-Ahliyah Cikampek Kota Baru


(34)

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi ialah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem, fenomena dan lain-lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Al-Ahliyah Cikampek tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 193 orang yang terbagi ke dalam 5 kelas .

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Untuk mempermudah proses penetapan sampel ini, penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto yang mennyatakan bahwa” Apabila subjeknya lebih dari 100 orang maka dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% tetapi apabila subjeknya kurang dari 100 orang maka diambil semuanya, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi.1

Tabel 1

Populasi dan Sampel

No Kelas Populasi Sampel

1. 2. 3. 4. 5. VII.A VII.B VII.C VII.D VII.E 42 40 40 37 34 6 6 6 6 6

Jumlah 193 30

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis mengambil 15% dari jumlah populasi yang ada. Dan dalam penetapan sampel penulis menggunakan teknik Rendom Sampling (sampel acak sederhana).

      

1

 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet. Ke-11, h.120 


(35)

D. Teknik Pengumulan Data

Yang dimaksud dengan pengumpulan data dalam hal ini adalah suatu usaha untuk mendapatkan informasi mengenai Hubungan Hasil Belajar Fiqh dengan Konsistensi Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Siswa. Untuk memperoleh data, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observaasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.2 Observasi ini dilakukan dengan cara penulis datang langsung ke Sekolah MTs Al-Ahliyah Bakan Maja Cikampek untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan hasil belajar fiqh dan pelaksanaan shalat lima waktu.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 3 

Penggunaan data ini menggunakan panduan wawancara yang dilakukan penulis kepada responden secara tatap muka langsung, wawancara tersebut dilakukan pada kepala sekolah dan guru mata pelajaran fiqh.

c. Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulus yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, dalam penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada responden, yaitu siswa kelas VII MTs       

2

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offest, 1989), Jilid 2, h. 151 

3


(36)

Al-Ahliyah. Angket ini berupa 18 butir daftar pernyataan Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Siswa MTs Al-Ahliyah. Untuk lebih jelasnya dari beberapa butir pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: 

Tabel 2

Kisi-kisi Angket Ibadah Shalat Siswa

DIMENSI INDIKATOR NOMOR ITEM JUMLAH

ITEM

+ −

1. Sikap siswa dalam

pelaksanaan shalat

1.a.Siswa merespon dengan melaksanakan shalat tepat waktu

1,2,3, 4,7, 8, 9, 11,

5,6,10, 11

2. Minat siswa dalam pelasanaan shalat

2.a. Siswa selalu taat dalam melaksanakan shalat karena kesadaran

13,14,15, 12,16,17, 18

7

JUMLAH 18

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pencatatan data yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti kemudian data tersebut didokumentasikan. Adapun teknik pengumpulan ini penulis pergunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar fiqh secara langsung dari buku raport.


(37)

E. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisa data. Analisa data dilakukan dengan menggunakan bentuk tabel dengan menggunakan teknik deskriftif prosentase dengan rumus sebagai berikut:

% 100 x N F

P=

Keterangan: P= Presentase F= Frekuensi

N= Jumlah responden

Kemudian teknik analisa selanjutnya adalah dengan skoring, untuk menentukan skoring semua pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai untuk semua jawaban sebagai berikut:

Tabel 3

Skor Item Alternatif Jawaban Responden

Positif (+) Negatif (−)

Jawaban Skor Jawaban Skor

Selalu 4 Selalu 1

Sering 3 Sering 2

Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3


(38)

Kemudian dengan melihat rata-rata skor jawaban siswa dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 4

Klasifikasi Skor Angket Ibadah Shalat

Klasifikasi Keterangan Jumlah Skor Jawaban

25-50 Rendah 51-75 Sedang 76-100 Tinggi

Dalam penelitian ini juga digunakan korelasi product moment, adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment, secara operasional, analisa data tersebut dilakukan melalui tahap:

1. Mencari angka korelasi dengan rumus:

(

)( )

(

)

2

(

2

)

(

)

2

2 r Y Y N X -X X -XY N xy

− = N Y r

xy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment N = Jumlah responden

XY= Julah hasil perkalian skor X dan skor Y X= Jumlah seluruh skor X

Y= Jumlah seluruh skor Y4

      

4

 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), Cet. X, h. 205‐206 


(39)

2. Memberikan interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment

a. Interprestasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment, seperti dibawah ini:

Besarnya “r” Product

Moment (rxy)

Interprestasi

0,00 − 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

0,20 − 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang lemah/ rendah

0,40 − 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang sedang/ cukup

0,70 − 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang kuat/ tinggi

0,90 − 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang sangat kuat/ tinggi

b. Interprestasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebesnya (db) atau degrees of freedom (df) yang rumusnya adalah:

df= N-nr

Keterangan:

df = Degress of freedom N = Number of Cases


(40)

       

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan.5

Untuk mencari konstribusi variabel X terhadap variabel Y penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r2 X 100% Keterangan:

KD = Konstribusi variabel X terhadap Y R = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta”.

 

5


(41)

       

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs. Al-Ahliyah Cikampek

1. Sejarah Berdirinya MTs. Al-Ahliyah

MTs. Al-Ahliyah Cikampek merupakan lembaga pendidikan formal yang berstatus swasta dan berada dibawah Yayasan Perguruan Islam Al-Ahliyah Cikampek. Madrasah Al-Ahliyah memiliki tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak/Raudatul Athfal(TK/RA) Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Al-Ahliyah (MA).

Menurut Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Ahliyah Cikampek, A. Hidayaturrahman, S.Pd.I, secara histotis berdirinya Yayasan Perguruan Islam Al-Ahliyah berawal dari kepulangan seorang putra daerah bakan maja Cikampek yang bernama K.H.Moch Syafe’i bin H. Abdul Hamid setelah bermukim di tanah suci Makkah selama 10 Tahun dengan keluarnya instruksidari pemerintah Indonesia bahwa semua pelajar dan mukmin di luar negeri harus segera pulang ke Indonesia.

Sepulangnya di Indonesia K.H.Moch Syafe’i langsung mendirkan pondok pesantren yang pada saat itu di daerah Bakan Maja sudah terbiasa


(42)

mengadakan pengajian-pengajian umum yang diselenggarakan di Mesjid Al-Ahliyah, mesjid ini sudah berdiri sejak Tahun 1925. Pengajian tersebut banyak dihadiri jama’ah baik yang datang dari Cikampek maupun dari luar daerah seperti Purwakarta, Karawang, Subang dan sekitarnya. Pada saat itu jumlah penduduk belum banyak dan sebagian besar mereka adalah pendatang dari Karawang, Jakarta, seperti daerah Kalibata, Pasar Minggu, Condet dan Tambun Bekasi, sehingga berdampak pada corak budaya hidup dan adat masyarakatnya. Bahasa sehari-hari dan bahasa pengantar dalam pengajian menggunakan bahasa betawi atau Jakarta.

Sekitar tahun 1950, pondok pesantren dilengkapi dengan pendidikan system klasikal yaitu Tahdiriyah dan Awaliyah di atas tanah wakaf H. Abdul Hamid bin H. Saimin yang kemudian dikembangkan menjadi Madrasah Ibtidaiyah (6 Tahun) para siswanya adalah para santri itu sendiri dan dari masyarakat sekitar Cikampek

Atas desakan dari masyarakat tentang lulusan para siswa MI dalam upaya meningkatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi sekitar tahun 1964 berdirilah Madrasah Tsanawiyah, sumbangan dan wakaf dari H. Abdul Majid Gaffar dan Hj. Siti Sofiyah asal Jakarta. di atas tanah wakafnya seluas kurang lebih 500 m2 dengan bangunan gedung pertama 3 lokal. Kemudian pada Tahun 1969 ditambah 2 lokal ruang belajar, jumlah tenaga pengajar pada saat itu 8 orang lulusan pondok pesantren dan 1 orang guru PNS, sejak saat itu perkembangannya cukup pesat, sebab untuk wilayah Kabupaten Karawang baru 1 Madrasah untuk tingkat Tsanawiyah dan 1 buah Madrasah Negeri (PGAN) di daerah Cilamaya Kab. Karawang.

Pada Tahun 1970 Madrasah itu dikembangkan kembali dengan membuka tingkat Tsanawiyah 6 Tahun sebagai pendamping dengan adanya pendidiksn PGAA (PGAN 6 Tahun) yang kemudian sekitar Tahun 1982 karena PGAN 6 Tahun dipecah oleh pemerintah menjadi 2 bagian, 3 Tahun untuk tingkat Tsanawiyah dan 3 Tahun selanjutnya untuk PGAN.


(43)

Demikian pula dengan MTs Al-Ahliyah 6 Tahun diubah menjadi 2 tingkatan, 3 Tahun pertama untuk tingkat Tsanawiyah (MTs) dan 3 Tahun berikutnya untuk tingkat Aliyah (MA) pada saat itu para siswa sudah diikut sertakan dalam Ujian Negara.

Sebagai sekolah swasta yang sumber dananya hanya betul-betul menggantungkan pada jumlah masuk dan besarnya uang SPP, disisi lain sekolah sangat membutuhkan dana yang cukup untuk penambahan lokal ruang belajar. Akhirnya tokoh-tokoh yang terkenal dalam lembaga ini pada Tahun 1982 membentuk Badan Yayasan dengan nama Yayasan Perguruan Islam Al-Ahliyah (YAPISA) dengan akta notaris No.47 atas hukum Ida Farida SH, dengan harapan dapat mempermudah pencarian dana untuk memenuhi kebutuhan baik sarana maupun prasarana sekolah. Sedangkan kegiatan pembelajaran bidang studi Fiqh 2 jam dalam seminggu, dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Atas kepercayaan dari masyarakat baik dari dalam maupun luar Cikampek untuk memasukkan putra/putrinya belajar di lembaga ini, hingga memasuki Tahun 2006 jumlah siswa mencapai kurang lebih 1.530 siswa terdiri dari tingkat MI 600 siswa, MTs 660 siswa, MA 250 orang siswa dan TK/RA 20 siswa dengan jumlah tenaga guru /TU/Karyawan 60 Orang.1

2. Kepengurusan Sekolah

Sebagai lembaga pendidikan formal MTs Al-Ahliyah Cikampek memiliki satu kesatuan komponen yang terorganisir dalam melaksanakan program kerjanya untuk mencapai tujuan pendidikan.

       1

Data diambil dari Arsip Hasil Laporan Praktek Kerja Lapangan Mahasiswa STAI Purwakarta yang Praktek di MTs Al-Ahliyah Tahun Pelajaran 2009-2010 


(44)

Adapun kepengurusan MTs. Al-Ahliyah Cikampek sebagai berikut:

a. Kepala Madrasah : A. Hidayaturrahman, S.Pd.I

b. Wakil Kepala Madrasah : Ilis Nurazizah, S.Ag

c. Kepala Tata Usaha : Tami Stevani

d. Kepala bidang Kurikulum : Ilis Nurazizah, S.Ag e. Kepala bidang kesiswaan : Hj. Susi. M, S.Ag

f. Kepala bidang BK/BP : Kokom Komariah, S.E

g. Kepala bidang Humas : U. Syamsudin

h. Wali kelas VII A : Hj. Susi. M, S.Ag

i. Wali kelas VII B : Dede Lukman, S.Ag

j. Wali kelas VII C : Dra. Mahmudah

k. Wali kelas VII D : Wirda Hermilah, S.Ag

l. Wali kelas VII E : Henda Suhenda, S.Ag

m. Wali kelas VIII A : H. Jaenal Arifin, S.Ag

n. Wali kelas VIII B : Dedi Tajudin, S.Ag

o. Wali kelas VIII C : Ny. Haryati

p. Wali kelas VIII D : Ida Lidayani

q. Wali kelas IX A : A. Hasan Jamil

r. Wali kelas IX B : Istiqomah.S, S.Ag


(45)

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di MTs. Al-Ahliyah Cikampek sebagai berikut:

Tabel 5

Sarana dan Prasarana MTs Al-Ahliyah Cikampek

NO Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Ruang Kelas 12 Ruang

2 Ruang Guru 1 Ruang

3 Ruang Kepala MTs. Al-Ahliyah 1 Ruang

4 Ruang Tata Usaha 1 Ruang

5 Ruang Osis 1 Ruang

6 Perpustakaan 1 Ruang

7 Lab. Komputer 1 Ruang

8 Tempat Ibadah (Masjid) 1 Gedung

9 Lapangan Basket 1 Area

10 Lapangan Voly 1 Area

4. Keadaan Guru dan Siswa

Guru-guru yang mengajar di MTs Al-Ahliyah berjumlah 35 orang guru, dan karyawan 4 orang sesuai dengan wawancara penulis dengan kepala MTs. Al-Ahliyah Bapak A.Hidayaturrahman,S.Pd.I, disebutkan bahwa “guru-guru dan karyawan di MTs Al-Ahliyah Cikampek berjumlah 39 orang dengan latar belakang Pendidikan Perguruan Tinggi D3, D2, D1 dan SMA dari perguruan tinggi, sekolah negeri dan swasta, untuk lebih jelasnya terlampir di tabel 6.


(46)

Sedangkan keadaan siswa MTs. Al-Ahliyah Cikampek pada Tahun Pelajaran 2009-2010 seluruhnya berjumlah 470 siswa. 2dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 7

Keadaan siswa MTs. Al-Ahliyah Cikampek Tahun Pelajaran 2009-2010

NO Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 VII A 14 28 42

2 VII B 12 28 40

3 VII C 25 15 40

4 VII D 13 24 37

5 VII E 18 16 34

6 VIII A 25 15 40

7 VIII B 15 27 42

8 VIII C 17 24 41

9 VIII D 22 20 42

10 IX A 21 18 39

11 IX B 14 24 38

12 IX C 15 20 35

Sedangkan pakaian yang dikenakan para siswa/siswi seragam sebagaimana yang ditentukan oleh sekolah, yaitu:

Hari Seragam

Putra Putri

Senin - Selasa ∗ Baju putih lengan pendek

∗ Celana biru panjang

∗ Baju putih lengan panjang

∗ Rok biru panjang

      

2

 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MTs Al-Ahliyah pada tanggal 28 Februari 2010 


(47)

Rabu – Kamis ∗ Baju batik lengan pendek

∗ Celana biru panjang

∗ Baju batik lengan panjang

∗ Rok biru panjang Sabtu - Minggu ∗ Baju coklat lengan pendek

∗ Celana coklat panjang (Seragam Pramuka)

∗ Baju coklat lengan panjang

∗ Rok coklat panjang (Seragam Pramuka)

Waktu belajar siswa/siswi di MTs Al-Ahliyah Cikampek sebagai berikut:

Membaca Asma’ul Husna: 07.00 – 07.20

Jam pertama : 07.20 – 08.00

Jam kedua : 08.00 – 08.40

Jam ketiga : 08.40 – 09.20

Jam keempat : 09.00 – 10.00

Istirahat : 10.00 – 10.30

Jam kelima : 10.30 – 11.10

Jam keenam : 11.10 – 11.50

Istirahat shalat dzuhur : 11.50 – 12.20

Jam ketujuh : 12.20 – 13.00


(48)

5. Visi, Misi dan Tujuan ♦Visi Sekolah/ Madrasah

Visi Madrasah Tsanawiyah Al-Ahliyah adalah terbinanya generasi yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan dan teknologi.

♦ Misi Sekolah/ Madrasah

1. Menyelenggarakan pendidikan untuk menyiapkan generasi bangsa

yang beriman, bertaqwa, menguasai ilmu pengetahuan, berakhlaqul karimah serta santun dalam bermasyarakat

2. Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga

kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan

3. Menjadikan Madrasah Tsanawiyah Al-Ahliyah sebagai wahana

pengembangan pembelajaran IMTAQ dan IPTEK

♦ Tujuan Pendidikan MTs. Al-Ahliyah

Tujuan pendidikan MTs Al-Ahliyah yaitu dapat mengembangkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk dapat hidup mandiri dan dapat mengikuti pendidikan kearah yang lebih lanjut.

B. Deskripsi Data

Data-data penelitian tentang Hubungan Hasil Belajar Fiqh terhadap Konsistensi Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Siswa MTs. Al-Ahliyah Cikampek, peneliti memperoleh data melalui observasi, wawancara, dan angket

1. Observasi, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat data-data meliputi:

a. Proses belajar mengajar Fiqh di MTs. Al-Ahliyah Cikampek

b. Hasil belajar Fiqh siswa

c. Pelaksanaan Ibadah Shalat siswa di MTs. Al-Ahliyah Cikampek

d. Keadaan guru dan siswa di MTs. Al-Ahliyah Cikampek


(49)

f. Struktur organisasi MTs. Al-Ahliyah Cikampek

2. Wawancara, peneliti melakukan interview kepada Kepala MTs. Al-Ahliyah Cikampek dan guru bidang studi Fiqh.

3. Angket, peneliti menyebarkan pernyataan tertulis kepada seluruh siswa kelas VII MTs. Al-Ahliyah Cikampek tentang ibadah shalat lima waktu siswa pada bidang studi Fiqh meliputi:

a. Keinginan siswa untuk melaksanakan shalat tepat waktu b. Sikap siswa dalam melaksanakan shalat lima waktu

c. Minat siswa dalam melaksanakan shalat dengan penuh kesadaran

d. Sikap siswa dalam meningkatkan pengetahuan

C. Analisis dan Interprestasi Data

Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakann teknik deskriptif prosentase dan menggunakan teknik korelasi.

Adapun hasil pengolahan angket pada teknik deskriptif prosentase menggunakan rumus:

% 100

x N F

P=

Keterangan: P= Presentase F= Frekuensi


(50)

Hasil angket yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel berikut sebagai berikut:

Tabel 8

Siswa merasa berdosa jika meninggalkan shalat lima waktu N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 8 9 11 2 26,7 % 30 % 36,7 % 6,7 %

Jumlah 30 100 %

Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa kadang-kadang merasa berdosa jika meninggalkan shalat lima waktu, walaupun sebagian ada yang selalu dan sering merasa berdosa.

Tabel 9

Siswa shalat berjama’ah N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

2 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 4 6 19 1 13,4 % 20 % 63,3 % 3,3 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa kadang-kadang siswa shalat berjama’ah, meskipun sebagian kecil ada yang shalat berjama’ah mungkin karena tidak menyadari bahwa banyak hikmah dalam shalat berjama’ah.


(51)

Tabel 10

Siswa shalat tepat awal waktu N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

3

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

5 6 18 1

16,7 % 20 %

60 % 3,3 %

Jumlah 30 100 %

Data di atas menunjukkan bahwa 60% kadang-kadang siswa melaksanakan shalat tepat awal waktu, meskipun sebagian kecil ada yang selalu, dan sering tepat waktu, karna tergantung dengan kesadaran yang dimilikinya

Tabel 11

Siswa pernah shalat pada saat bepergian N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

4

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

3 3 12 12

10 % 10 % 40 % 40 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas dapat menunjukkan bahwa 40% siswa kadang-kadang dan tidak pernah shalat pada saat bepergian, meskipun sebagian kecil ada yang selalu dan sering, berarti mayoritas responden tidak pernah shalat saat bepergian


(52)

Tabel 12

Siswapernah mengulur-ulur waktu dalam melaksanakan shalat

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

5

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

5 9 13 3

16,7 % 30 % 43,3 %

10 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa kadang-kadang siswa mengulur-ulur waktu dalam melaksanakan shalat, dan sebagian kecilnya tepat waktu

Tabel 13

Siswapernah shalat pada saat waktu shalat sudah habis

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

6

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

0 0 13 17

0 % 0 % 43,3 % 56,7 %

Jumlah 30 100 %

Data di atas menunjukkan bahwa 56% siswa tidak pernah shalat pada saat waktu subuh sudah habis, meskipun terdapat siswa yang kadang-kadang pernah, mungkin dikarnakan tidurnya sudah larut malam.


(53)

Tabel 14

Sepulang sekolahsiswalangsung melaksanakan ibadah shalat

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

7

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

9 4 13

4

30 % 13,3 % 43,4 % 13,3 %

Jumlah 30 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas sepulang sekolah siswa langsung melaksanakan ibadah shalat, meskipun sebagian kecil ada yang tidak langsung melaksanakannya

Tabel 15

Siswamerasa tenang jika shalat di awal waktu

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

8

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

21 5 3 1

70 % 16,7 %

10 % 3,3 %

Jumlah 30 100 %

Data di atas menunjukkan bahwa siswa selalu merasa tenang jika shalat awal waktu, meskipun ada sebagian kecil ada yang bersikap biasa-biasa saja


(54)

Tabel 16

Siswatetap melaksanakan shalat dalam keadaan sakit

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

9

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

4 4 16

6

13,3 % 13,3 % 53,4 % 20 %

Jumlah 30 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 53% siswa tetap melaksanakan shalat dalam keadaan sakit, meskipun sebagian kecil ada yang tidak shalat

Tabel 17

Siswapernah meninggalkan shalat

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

10

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

2 2 19

7

6,7 % 6,7 % 63,3 % 23,3 %

Jumlah 30 100 %

Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak pernah meninggalkan shalat, hanya sebagian kecil yang pernah meninggalkannya.


(55)

Tabel 18

Siswatetap melaksanakan shalat ketika sedang sibuk

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

11

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

4 5 16

5

13,3 % 16,7 % 53,3 % 16,7 %

Jumlah 30 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 53% siswa tetap melaksanakan shalat ketika sedang sibuk, meskipun ada sebagian kecil yang tidak melaksanakannya

Tabel 19

Siswatetap mengqodho shalat ketika saya lupa

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

12

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

5 5 13

7

16,7 % 16,7 % 43,3 % 23,3 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 43% siswa kadang-kadang mengqodho shalat karena lupa, 23% tidak pernah dan 16,7% selalu dan sering. Berarti dapat disimpulkan bahwa walaupun lupa tapi mayoritas siswa tetap mengqodho shalat


(56)

Tabel 20

Siswabersemangat apabila guru menjelaskan pelajaran (khususnya masalah

shalat) N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

13 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 14 6 9 1 46,7 % 20 % 30 % 3,3 %

Jumlah 30 100 %

Data di atas menunjukkan bahwa siswa selalu bersemangat apabila guru menjelaskan pelajaran khususnya tentang shalat dan sebagian kecil siswa ada yang kadang-kadang dan tidak pernah besemangat.

Tabel 21

Siswa membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah shalat N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

14 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 5 9 14 2 16,7 % 30 % 46,7 % 6,7 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 46% siswa kadang-kadang membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah shalat, 30% sering, 16,7% selalu dan 6,7% tidak pernah. Berarti dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah shalat


(57)

Tabel 22

Siswamengerjakan shalat lima waktu atas kemauan sendiri

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

15 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 14 5 8 3 46,7 % 16,7 % 26,7 % 10 %

Jumlah 30 100 %

Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas siswa mengerjakan shalat lima waktu atas kemauan sendiri, meskipun ada sebagian kecil yang kadang-kadang dan tidak pernah melaksanakan atas kemauan sendiri

Tabel 23

Siswapernah mengerjakan shalat karena orang lain

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

16 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 1 2 10 17 3,3 % 6,7 % 33,3 % 56,7 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 56% siswa tidak pernah mengerjakan shalat karena orang lain, meskipun 33,3% kadang-kadang, 6,7% sering dan 3,3% selalu. Berarti dapat disimpulkan mayoritas siswa mengerjakan shalat atas keinginan sendiri


(58)

Tabel 24

Siswa mengerjakan shalat karena dimarahi orang tua N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

17 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 1 7 16 6 3,3 % 23,4 % 53,3 % 20 %

Jumlah 30 100 %

Dari data di atas menunjukkan bahwa 53,3 % siswa kadang-kadang mengerjakan shalat karena dimarahi orang tua, 23,4 % sering, 20% tidak pernah dan 3,3% selalu. Berarti dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa kadang-kadang mengerjakan shalat karena dimarahi orang tua

Tabel 25

Siswamelaksanakan shalat karena perintah guru

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

18 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 5 3 13 9 16,7 % 10 % 43, 3 %

30 %

Jumlah 30 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa kadang-kadang siswa melaksanakan shalat karena perintah guru, meskipun ada sebagian kecil selalu sering dan tidak pernah. Berarti dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa melaksanakan shalat karena perintah guru.


(59)

Tabel 26

Analisis item skor ibadah shalat

Subyek Nomor item angket

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Jumlah Skor

1 4 4 3 4 2 3 4 4 2 3 2 1 4 4 4 4 3 3 58

2 4 4 4 1 2 3 4 4 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 60

3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 65

4 2 2 3 4 1 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 57

5 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 60

6 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 1 4 3 4 4 3 4 63

7 3 2 2 3 4 3 4 2 3 3 3 4 2 2 3 4 3 3 53

8 4 2 3 4 2 3 2 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 54

9 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 2 1 4 2 4 4 3 4 60

10 4 4 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 4 55

11 4 3 4 3 3 4 4 4 2 3 2 3 2 3 4 4 4 4 60

12 4 4 4 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 64

13 3 2 2 4 3 4 2 3 2 3 2 4 4 2 4 3 3 3 54

14 4 3 4 1 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 3 3 57

15 4 3 3 2 3 3 4 4 2 3 2 3 4 3 4 4 3 4 60

16 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 2 3 57

17 2 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 3 60

18 3 4 2 4 1 4 2 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 56

19 4 3 3 2 3 4 4 4 1 3 1 4 2 4 3 3 4 3 55

20 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 60

21 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 2 3 2 4 3 4 4 3 55

22 4 2 4 3 4 4 2 4 4 2 3 2 3 2 3 3 3 4 56

23 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 64

24 4 2 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 2 2 4 3 3 56

25 4 3 4 2 3 4 2 4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 4 60

26 4 2 2 4 3 3 2 4 2 2 2 3 1 2 2 3 4 4 50

27 4 4 2 4 2 3 4 2 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 54

28 4 2 2 3 3 4 2 4 2 3 2 3 4 2 2 3 2 4 50

29 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 60

30 4 4 2 2 4 3 4 4 2 3 2 3 2 4 2 4 3 3 55

 

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah skor jawaban siswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


(60)

Tabel 27

Klasifikasi Rata-rata Jawaban Ibadah Shalat

Klasifikasi Jumlah Jawaban Keterangan Jawaban

25 – 50 2 Siswa Rendah

51 – 75 28 Siswa Sedang

75 - 100 - Tinggi

Jadi rata-rata skor ibadah shalat siswa pada pelajaran Fiqh di MTs. Al-Ahliyah Cikampek dianggap sedang, yakni antara 51-75 sebanyak 33 siswa.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilihat pada table berikut: 3

Tabel 28

Daftar Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Fiqh Semester 1 (Satu)

NO Nama Kelas Nilai

1 Muhammad Hafiz VII.A 7

2 Mita Azhary VII.A 8

3 Diana Intan Puspitasari VII.A 7

4 Indah Fadillah VII.A 7

5 Rifa Abdullah VII.A 8

6 Malikah Musyayidah.N VII.A 8

7 Vinny Octaviani VII.B 7

8 Kukun Kurnia Dewi VII.B 7

9 Khoirunnisa Ramadhan VII.B 7

10 Farhan Nurdinie VII.B 8

11 Rustini VII.B 7

12 Aditia Ramadhan Mubarok VII.B 7

13 Neneng Khodijah VII.C 8

14 Yayan VII.C 7

      

3

 Data diambil dari Daftar Nilai Raport Siswa MTs. Al-Ahliyah Cikampek Tahun pelajaran 2009-2010 


(61)

15 Meta Lestari VII.C 7

16 Widya Trisna VII.C 8

17 Veva Rizkiah VII.C 7

18 Vera Oktaviana VII.C 7

19 Agus Diana VII.D 7

20 Anggun Kurniasari VII.D 7

21 Nofiana Ananda Dwi Putri VII.D 7

22 Sulistri Yanto VII.D 7

23 Siti Mardiah VII.D 7

24 Dita Marlin VII.D 7

25 Ahmad Zaenudin VII.E 7

26 Vera Afriyanti VII.E 9

27 Dede Sultoni VII.E 7

28 Yanti Sumiati VII.E 8

29 Larasati VII.E 7

30 Nadia Putri Camelia VII.E 8

Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Klasifikasi Jumlah Kualisifikasi

<60 - Rendah

60-80 21 Sedang 80-100 9 Tinggi Jadi Hasil belajar siswa dalam bidang studi Fiqh termasuk dalam


(62)

Tabel 29

Analisis Korelasi Variabel X ( Hasil Belajar Fiqh) dan Variabel Y(Nilai Ibadah Shalat Lima Waktu) N:30

Subyek X Y X2 Y2 XY

1 7 58 49 3364 406

2 8 60 64 3600 480

3 7 65 49 4225 455

4 7 57 49 3249 399

5 8 60 64 3600 480

6 8 63 64 3969 504

7 7 53 49 2809 371

8 7 54 49 2916 378

9 7 60 49 3600 420

10 8 55 64 3029 440

11 7 60 49 3600 448

12 7 64 49 4096 448

13 8 54 64 2916 424

14 7 57 49 3249 399

15 7 60 49 3600 420

16 8 57 64 3249 456

17 7 61 49 3721 427

18 7 56 49 3136 392

19 7 55 49 3025 385

20 7 60 49 3600 420

21 7 55 49 3025 385

22 7 56 49 3136 392

23 7 64 49 4096 448

24 7 56 49 3136 392

25 7 60 49 3600 420

26 9 50 81 2500 450

27 7 54 49 2916 378

28 8 50 64 2500 400

29 7 57 49 3249 399

30 8 55 64 3025 440

∑N=30 ∑X=220 ∑Y=1720 ∑X2=1622 ∑Y2= 99736 ∑XY=12656

Selanjutnya hasil perhitungan di atas akan diuji keabsahannya dengan menggunakan rumus product moment untuk mengetahui tingkat korelasi variabel yaitu:


(63)

(

)( )

(

X

)

][

(

N Y

) ( )

Y ] -X [ X -XY N xy 2 2 2 2 r

− = N Y = ) 1726 -30.99736 ( ). 220 -30.1622 ( 220.1720 -30.12656 2 2 = 2979076 -2992080 . 48400 -48660 378400 -379680   = 13004 260. 1280   = 3381040 1280 = 1838,77 1280 = 0,696

Berdasarkan perhitungan di atas angka korelasi variabel X dan variabel Y terdapat korelasi. Dengan memperhatikan besarnya “rxy” yang diperoleh yaitu: 0, 696 ternyata terletak antara 0,40 – 0,70 yang berarti korelasi antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang/cukup.

Setelah mendapatkan “r” sebesar 0,696, maka nilai product moment. Pada tabel diketahui untuk nilai df = N − nr, yaitu B df = 30 − 2 = 28. Dengan ‘df” sebesar 28, dikonsultasikan dengan tabel nilai “r”, baik pada signifikansi 5 % atau pada taraf signifikansi 1 %.


(64)

1. Pada taraf signifikansi 5 % = 0,374 2. Pada taraf signifikansi 1 % = 0,478

Ternyata “rxy” atau “ro” pada taraf signifikansi 5 % lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,686 › 0, 374), maka pada taraf signifikansi 5 % hipotesa nol ditolak, sedangkan hipotesa alternatif diterima. Ini berarti ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara hasil belajar fiqh dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTs Al-Ahliyah Cikampek

Selanjutnya pada taraf signifikansi 1 % sama dengan taraf 5 % yaitu “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,696 › 0,478), maka pada taraf signifikansi 1 % hipotesa nol ditolak sedangkan hipotesa alternatif diterima. Ini berarti ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara hasil belajar fiqh dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTs Al-Ahliyah Cikampek

Di sini dapat diinterprestasikan bahwa hasil belajar fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs. Al-Ahliyah Cikampek terdapat hubungan yang sedang/cukup.

Setelah uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam bentuk persen (%), maka digunakan rumusn “Coefficient of Determination” atau koefisien penentu yang dalam hal ini digunakan untuk lebih memudahkan pemberian interprestasi angka indeks korelasi “r” product moment di atas, sebagai berikut:

KD = r2 x 100% = 0,6962 x 100% = 0,484416 x 100% = 48,4416%


(65)

Menghitung koefisien determinan dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan oleh hasil belajar Fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa. Dari perhitungan di atas diperoleh hasil koefisien determinan sebesar 48,44% hal ini menunjukkan bahwasannya variabel X (hasil belajar Fiqh) telah memberikan pengaruh terhadap variabel Y (konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa) yaitu sebesar 48,44% dan menunjukkan bahwasannya 51,56% dari konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor tersebut disebabkan oleh faktor eksternal siswa diantaranya adalah teman, keluarga, lingkungan, dan sebagainya.


(66)

       

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar yang diraih oleh siswa MTs Al-Ahliyah menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar yang dievaluasikan oleh guru mata pelajaran Fiqih dapat dikualisifikasikan pada tingkat sedang.

2. Pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs Al-Ahliyah Cikampek cukup baik.

3. Terdapat hubungan yang positif antara hasil belajar Fiqh dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTs Al-Ahliyah Cikampek. Hal ini berdasarkan perhitungan besarnya ”rxy” pada taraf signifikansi 1% yaitu “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,696 › 0,478), maka pada taraf signifikansi 1 % hipotesa nol ditolak sedangkan hipotesa alternatif diterima. Begitupun pada taraf 5 % yaitu “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,686 › 0, 374), maka pada taraf signifikansi 5% hipotesa nol ditolak, sedangkan hipotesa alternatif diterima.


(1)

             

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar yang diraih oleh siswa MTs Al-Ahliyah menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar yang dievaluasikan oleh guru mata pelajaran Fiqih dapat dikualisifikasikan pada tingkat sedang.

2. Pelaksanaan shalat lima waktu siswa di MTs Al-Ahliyah Cikampek cukup baik.

3. Terdapat hubungan yang positif antara hasil belajar Fiqh dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTs Al-Ahliyah Cikampek. Hal ini berdasarkan perhitungan besarnya ”rxy” pada taraf signifikansi 1% yaitu “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,696 › 0,478), maka pada taraf signifikansi 1 % hipotesa nol ditolak sedangkan hipotesa alternatif diterima. Begitupun pada taraf 5 % yaitu “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,686 › 0, 374), maka pada taraf signifikansi 5% hipotesa nol ditolak, sedangkan hipotesa alternatif diterima.


(2)

 57

B. Saran

1. Hendaknya guru bidang studi Fiqih dapat merespon dan berinteraksi dengan siswa tentang keinginan-keinginan siswa dalam belajar yang lebih kondusif.

2. Hendaknya pimpinan yayasan, kepala dan dewan guru MTs Al-Ahliyah Cikampek, selalu mendukung terhadap kegiatan-kegiatan siswa yang positif. Karena dengan adanya dukungan dari semua pihak, siswa akan termotivasi untuk belajar, giat melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan hal-hal yang positif sesuai dengan ajaran Islam.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin dan Zurinal, “Fiqh Ibadah”, (Jakarta: Lembaga Penellitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)

Arikunto, Suharsimi “ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet. Ke-11

Ash Shiddieqy, Hasbi “Pedoman Shalat”, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997), Cet. Ke-11

--- ”Mutiara Hadits”, (Jakarta Bulan Bintang, 1980), Jilid VII, h.435 

Departemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahnya”, (Semarang:CV.Toha Putra, 1989)  

Depag RI Dirjen Kelembagaan Agama Islam, kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah

Depdiknas, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003)

Darajat, Zakiyah, “Pendidikan Islam dalam keluarga dan Sekolah”, (Jakarta:CV. Ruhama, 1994), Cet. Ke-1

Habsyi, al Muhammad Bagir, “Fiqh Praktis” (Bandung: Mizan, 1999)

Hadi, Sutrisno, “Metodologi Research”, (Yogyakarta: Andi Offest, 1989), Jilid 2

Jaziri, al-Abdurrahman, “Fiqh Empat Madzhab” (Cairo, Darul Ulum Press, 2002), Cet. Ke-3 Purwanto, M. Ngalim “Psikologi Pendidikan”, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), Cet ke-5 Rasyid, Sulaiman, “Fiqh Islam”, (Bandung: PT.Sinar Baru Algensindo, 1994), Cet. Ke-27

Slameto, ”Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). Cet ke-4

Soemanto, Wasty, ”Psikologi Pendidikan”; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. Ke-3


(4)

--- “Pengantar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008)

Sulthani, El Mawardi Laba, “Zikir dan Do’a mendirikan shalat yang khusu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar”, (Jakarta: Al-Mawardi Prima. 2002). Cet. Ke-11

Syafei, Rachmat “Ilmu Ushul Fiqh” (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-3 --- “Fiqih Muamalah” (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), Cet. Ke-1

Syah, Muhibbin “Psikologi Belajar”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-3

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10. 

 

UURI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Cemerlang. 2003


(5)

Angket Penelitian

“Hubungan Hasil Belajar Fiqh terhadap Konsistensi Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Siswa MTs Al-Ahliyah Cikampek”

Nama :

Kelas :

Jenis Kelamin : Petunjuk Pengisian:

Bacalah pernyataan-pernyataan dibawah ini dan berilah tanda cek list (√) pada kolom

jawaban sesuai dengan pendapat kamu.

Keterangan: SL (selalu), SR (sering), KD (kadang-kadang), TP (tidak pernah)

Ibadah Shalat Lima Waktu

NO PERNYATAAN SL SR KD TP

1. Saya merasa berdosa jika meninggalkan shalat

lima waktu

2. Saya shalat berjama’ah

3 Saya shalat tepat awal waktu

4 Saya pernah shalat pada saat bepergian

5. Saya pernah mengulur-ulur waktu dalam

melaksanakan shalat

6. Saya pernah shalat pada saat waktu shalat sudah

habis

7. Sepulang sekolah saya langsung melaksanakan

ibadah shalat

8. Saya merasa tenang jika shalat di awal waktu

9. Saya tetap melaksanakan shalat dalam keadaan

sakit

10. Saya pernah meninggalkan shalat

11. Saya tetap melaksanakan shalat ketika sedang


(6)

13 Saya bersemangat apabila guru menjelaskan pelajaran (khususnya masalah shalat)

14 Saya membaca buku-buku yang berhubungan

dengan masalah shalat

15 Saya mengerjakan shalat lima waktu atas

kemauan sendiri

16 Saya pernah mengerjakan shalat karena orang

lain

17 Saya mengerjakan shalat karena dimarahi orang

tua