17
1 Sikap Terhadap Perilaku Attitude Toward The Behavior
Individu akan bertindak atau berprilaku sesuai dengan sikap yang melekat dalam dirinya terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku yang
dianggap positif, nantinya akan dijadikan pilihan individu untuk membimbingnya dalam berperilaku di kehidupannya.
2 Norma Subyektif Subjective Norm
Persepsi individu tentang perilaku tertentu, yang dipengaruhi oleh penilaian orang lain yang signifikan.
3 Persepsi kontrol perilaku Perceived Behavioral Control
Kontrol perilaku mengacu pada persepsi – persepsi individu akan
kemampuannya untuk mewujudkan suatu perilaku tertentu.
2.1.3 Teori Perkembangan Moral
Arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Sedangkan yang membedakan hanya bahasa. Moralitas dari kata sifat Latin moralis memiliki arti yang pada dasarnya sama keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk. Salah satu teori perkembangan moral yang digunakan dalam penelitian etika adalah model Kohlberg. Kohlberg 1969
menyatakan bahwa moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan pre- conventional, tahapan conventional dan tahapan post-conventional. Welton et al.
1994 menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran moralnya.
18
Hasil dari beberapa studi yang dipaparkan dalam Liyanarachi 2009 menunjukkan bahwa level penalaran moral individu mereka akan mempengaruhi
perilaku etis mereka. Orang dengan level penalaran moral yang rendah berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki level penalaran moral yang
tinggi ketika menghadapi dilema etika. Semakin tinggi level penalaran moral seseorang, maka individu tersebut cenderung untuk tidak melakukan kecurangan
akuntansi, begitu pula sebaliknya jika semakin rendah level penalaran moral seseorang maka individu tersebut lebih cenderung untuk melakukan kecurangan.
Individu akan melakukan suatu tindakan karena takut terhadap hukum peraturan yang ada jika berada pada tahapan yang paling rendah pre-
conventional. Selain itu individu pada level moral ini juga akan memandang kepentingan pribainya sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan.
Pada tahap kedua conventional, individu akan mendasarkan tindakannya pada persetujuan teman dan keluarganya dan juga pada norma
– norma yang ada di masyarakat. Pada tahap tertinggi post-conventional, aturan dan institusi dari
masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir, tetapi diperlukan sebagai subjek. Individu mendasari tindakannya dengan memperhatikan kepentingan
orang lain dan berdasarkan tindakannya pada hukum – hukum universal
Krisdayanthi, 2015. 1
Orientasi control sosisal legalistic Ada semacam perjanjian anatara dirinya dan lingkungan sosial.
Perbuatan dinilai baik apabila sesuai dengan perundang – undangan
yang berlaku.
19
2 Orientasi kata hati
Kebenaran ditentukan oleh kata hati, sesuai dengan prinsip – prinsip
etika universal yang bersifat abstrak dan penghormatan terhadap martabat manusia.
Pada tahap konvensional individu mulai membentuk moralitas individunya dengan menaati peraturan seperti aturan akuntansi sebelumnya, maka akhirnya
terbentuk kematangan moral individu yang tertinggi pada tahap akhir, yaitu tahap post-conventional. Kematangan moral yang tinggi pada individu ada pada tahapan
post-conventional. Dalam merancang tanggapan dan sikap, kematangan moral merupakan dasar dan pertimbangannya. Pengetahuan moral menjadi dasar
pembuatan keputusan yang etis dengan tanggung jawab sosial. Adanya tanggung jawab sosial, individu dengan moralitas yang tinggi diharapkan dapat mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan staff perusahaan Fauwzi, 2011.
2.1.4 Pengendalian Internal