Representasi Perempuan Tinjauan Pustaka

12 3. Media merupakan lokasi atau norma yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa–peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. 4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, akan tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma–norma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai–nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

3. Representasi Perempuan

Representasi merupakan suatu proses dimana konsep - konsep ideologi absrtak, yang terdapat dalam pola pikir seseorang, terungkapkan dan tercermin lewat perilaku seseorang tersebut dalam dunia nyata realitas. Konsep - konsep ideologi abstrak tersebut menggambarkan atau mencerminkan sesuatu hal, baik keadaan, kegiatan, maupun perbuatan. Jadi pandangan hidup dan pola pikir seseorang tentang perempuan, laki - laki, atau anak - anak, bisa terlihat dari cara seseorang tersebut memberi hadiah ulang tahun kepada teman - teman seseorang tersebut yang berkelamin perempuan, laki - laki, dan anak - anak. Representasi merupakan konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan tanda 13 melalui sistem penandaan yang tersedia. Sistem penandaan tersebut dapat berupa film, foto video, foto, tulisan, dan sebagainya. Seperti yang diungkapkan oleh Juliastuti dalam Kunci no.4, 2000 bahwa representasi merupakan proses sosial dari representing. Ia produk sosial representing - proses mempersembahkan lagi kembali yang merupakan perwakilan atau cerminan dari objek-. Representasi mengarah pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Proses pemaknaan tanda ini merupakan praktik proses pemaknaan yang menjelaskan dan menguraikan objek dikaji dan dipelajari lewat studi representasi. Dalam studi representasi, mempelajari bahwa terdapat dua proses representasi, seperti yang diungkapkan oleh Hall dalam Juliastuti, 2004 pertama representasi mental yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada dikepala kita masing - masing peta konseptual. Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak; kedua bahasa, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Jadi konsep yang ada dalam pola pikir seseorang diterjemahkan dalam “bahasa” yang lazim digunakan, supaya seseorang tersebut dapat menghubungkan konsep - konsep dan ide seseorang itu tentang sesuatu dengan tanda dan simbol - simbol tertentu. Dalam proses pertama ini, memungkinkan seseorang untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai yang saling berhubungan antara sesuatu dengan sistem peta “konseptual” seseorang tersebut. Selanjutnya dalam proses kedua, dimana seseorang mengkonstruksi seperangkat rantai hubungan antara peta konseptual dengan bahasa atau simbol yang berfungsi merepresentasikan konsep - konsep seseorang 14 tentang sesuatu. Dan hubungan antara sesuatu dengan peta konseptual dengan bahasa atau simbol adalah jantung dari produksi makna. Dan dari proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama yang dinamakan proses representasi. Proses representasi ini terus berlangsung dari konteks individu- dalam diri seseorang-berlanjut dan masuk dalam konteks sosial dan kebudayaan. Sejalan dengan pemikiran yang diungkapkan oleh Barker 2005:413 “Dan representasi membangun kebudayaan, makna, dan pengetahuan”. Jadi representasi adalah salah satu proses penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat Seomardjan dan Soemardi, 2007. Dan segala bentuk hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat yang disebut kebudayaan itu, ada dalam konteks kehidupan sosial manusia. Sejalan dengan pemikiran ini, Barker 2005:9 mengemukakan bahwa representasi dan makna budaya memiliki materialitas tertentu, mereka melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan program televisi. Jadi makna sebagai hasil proses representasi, tidak dapat terlepas dalam sesuatu di dunia ini, makna selalu dikonstruksikan, diproduksi, lewat proses representasi. Dan makna merupakan hasil dari praktek penandaan. Makna diproduksi, ditampilkan, digunakan dan dipahami dalam konteks sosial tertentu, konteks sosial disini dipahami merupakan “ruang tempat” dimana hasil proses penandaan makna yang dikonstruksi 15 dalam proses representasi dapat dilihat dan dirasakan melalui panca indera manusia. Konteks sosial, memiliki beberapa aspek atau sisi. Berbicara perempuan tidak terlepas dari penampilan fisiknya. Segala bentuk interpretasi dari tubuh wanita merupakan perbincangan yang tak pernah bertepi. Sebuah representasi lebih mudah diterima dalam masyarakat apabila telah ada sistem pemaknaannya. Pemaknaan mengenai citra perempuan, didalam struktur sosial masyarakat berkembang melalui tataran nilai-nilai budaya yang telah dianut lama. Pandangan manusia tentang identitas gender sudah menjadi ideologi, sudah menghegemoni. Oleh karena itu, ,masih banyak orang percaya termasuk perempuan sendiri bahwa perempuan sudah sewajarnya hidup di lingkungan rumah tangga ; memasak, dan memberikan perhatian kepada keluarganya agar rumah tangganya tentram dan sejahtera. Dari sinilah muncul paham feminis yang menuntut persamaan hak antara kaum laki- laki dengan kaum perempuan di segala aspek kehidupan tanpa menyalahi kodrat perempuan itu sendiri. Perempuan adalah manusia yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai manusia ia lahir dengan naluri untuk sukses dan terus maju dalam kehidupan yang ditempuhnya. Posisi perempuan selama ini menjadi nomor dua akan mengebiri dan menindas perempuan Naqiyah, 2005:56. 16

4. Feminisme