Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Konseptual

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

2. Batasan Masalah

Penulis membatasi pembahasan perlakuan akuntansi pada pembiayaan multijasa yang menggunakan akad Ijarah.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi perlakuan akuntansi atas pembiayaan multijasa pada PT BPR Syariah Puduarta Insani sesuai dengan PSAK No.59.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis mengenai pembiayaan multijasa dan dapat menambah pengalaman dan mempraktekkan ilmu dan teori yang penulis dapat di bangku kuliah khususnya menyangkut masalah perlakuan akuntansi. 2. Bagi PT BPR Syariah Puduarta Insani, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman maupun pelengkap terhadap berbagai pengetahuan di bidang perbankan syariah umumnya dan PT BPR Syariah Puduarta Insani khususnya. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. 3. Bagi pihak lain, melalui hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi dan bahan masukan bagi penelitian sejenis untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembiayaan Multijasa

Pengertian pembiayaan multijasa dapat dipahami dengan menelusuri Kodifikasi Produk Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh bank indonesia dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Indonesia.

1. Kodifikas Produk Perbankan Syariah

Menurut Kodifikasi Produk Perbankan Syariah 2007 : 67 pembiayaan multijasa adalah sebagai berikut:

a. Definisi

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihanpiutang yang dapat dipersamakan dengan itu berupa: 1. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan atau Musyarakah; 2. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik; 3. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam, dan Istishna; 4. Transaksi pinjam-meminjam dalam akad Qardh; 5. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang kewajibannya dan atau menyelesaikan investasi mudharabah dan atau musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai dengan akad.

b. Akad

1. Ijarah

Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas manfaat suatu barang dan atau jasa antara pemilik obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan berupa sewa atau upah bagi pemilik obyek sewa. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

2. Kafalah

Kafalah adalah jenis jasa jaminan yang diberikan oleh penanggung kafiil kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung makfuul’anhu, ashil.

c. Fitur dan Mekanisme

Pembiayaan Multijasa adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berupa transaksi multijasa dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang kewajibannya sesuai dengan akad.

d. Tujuan Manfaat

1 Bagi Bank Melalui produk multijasa bank syariah mendapatkan kemudahan dalam mengelola likuiditasnya, karena dapat menyalurkan pembiayaan dengan memenuhi kebutuhan nasabah terhadap jasa-jasa yang dibenarkan secara syariah. 2 Bagi Nasabah Sebagai sumber dana bagi nasabah untuk kebutuhan terhadap jasa-jasa tertentu seperti pendidikan dan kesehatan dan jasa lainnya yang dibenarkan secara syariah.

e. Analisis Dan Identifikasi Risiko

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Bank akan terekspos pada risiko pembiayaan credit risk yang terjadi jika debitur wanprestai atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat terjadi jika pembiayaan multijasa untuk transaksi komersial diberikan dalam valuta asing yang dapat berasal dari pergerakan nilai tukar.

2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 44 2006 : 328 pembiayaan multijasa memiliki ketentuan umum sebagai berikut: 1 Pembiayaan multijasa hukumnya boleh jaiz dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. 2 Dalam hal LKS menggunakan akad Ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa Ijarah. 3 Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam akad Kafalah. 4 Dalam kedua pembiayaan tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa ujrah atau fee. 5 Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan multijasa adalah salah satu bentuk jasa keuangan dalam bidang pendidikan, kesehatan, pariwisata dan jasa lainnya yang dibenarkan secara syariah dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang kewajibannya sesuai dengan akad. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

B. Pengertian Pembiayaan Ijarah

Mengingat bahwa pembiayaan multijasa menggunakan akad ijarah, maka perlu dipahami pengertian dari pembiayaan ijarah. Pengertian pembiayaan ijarah daat ditelusuri dari Kodifikasi Produk Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia serta Fatwa Dewan Syariah Nasional Indonesia.

1. Kodifikasi Produk Perbankan Syariah

Menurut Kodifikasi Produk Perbankan Syariah 2007 : 56 pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut:

a. Definisi

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihanpiutang yang dapat dipersamakan dengan itu berupa: 1. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan atau Musyarakah; 2. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik; 3. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam, dan Istishna; 4. Transaksi pinjam-meminjam dalam akad Qardh; 5. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang kewajibannya dan atau menyelesaikan investasi mudharabah dan atau musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai dengan akad.

b. Akad

1 Ijarah

Ijarah adalah akad sewa menyewa atas manfaat suatu barang dan atau jasa antara pemilik obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan berupa sewa atau upah bagi pemilik obyek sewa. 2 Ijarah Muntahiya Bittamlik Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah sewa menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakan dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa baik dengan jual beli atau pemberian hibah pada saat tertentu sesuai akad sewa.

c. Fitur dan Mekanisme

1 Pembiayaan Ijarah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berupa transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam akad Ijarah Muntahiya bit Tamlik berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutangkewajiban sewa sesuai akad. 2 Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang danatau jasa. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan tidak diharamkan. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah ketidaktahuan yang akan mengakibatkan sengketa. Spesifikasi manfaat dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. 3 Secara teknis kewajiban Bank sebagai pemberi manfaat barang atau jasa: a Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan b Menanggung biaya pemeliharaan barang Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. c Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan d Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat: e Membayar sewa atau upah dan bertanggungjawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak. f Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan tidak materiil. g Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian nasabah dalam menjaganya, maka nasabah tidak bertanggungjawab atas kerusakan tersebut.

d. Tujuan dan Manfaat

1 Bagi Bank Pembiayaan Ijarah merupakan salah satu bentuk pembiayaan atau diversifikasi portofolio aset bank serta sarana fee based income dimana Bank berpeluang untuk mendapatkan fee. 2 Bagi Nasabah Sebagai sumber pembiayaan dan layanan perbankan bagi nasabah baik untuk tujuan pembelian barang modal investasi maupun pengadaan rumah, kendaraan dan barang konsumsi lainnya.

e. Analisis Dan Identifikasi Risiko

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Risiko utama dari produk ini adalah risiko pembiayaan credit risk yang terjadi jika debitur wanprestasi atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat terjadi jika modal pengadaan aktiva Ijarah maupun sumber pembiayaan Ijarah adalah dalam valuta asing dimana risiko dapat berasal dari pergerakan nilai tukar.

2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.09 2006 : 59 pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut:

a. Rukun dan Syarat Ijarah:

1 Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain. 2 Pihak-pihak yang berakad; terdiri atas pemberi sewa pemberi jasa dan penyewa pengguna jasa. 3 Obyek akad Ijarah; yaitu: a manfaat barang dan sewa; atau b manfaat jasa dan upah.

b. Ketentuan Obyek Ijarah:

1 Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa. 2 Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. 3 Manfaat barang dan jasa harus yang bersifat dibolehkan tidak diharamkan. 4 Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah. 5 Manfaat barang atau jasa harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah ketidakjelasan yang akan mengakibatkan sengketa. 6 Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas , termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. 7 Sewa atau upah harus disepakati dalam akad dan wajib dibayar oleh penyewa pengguna jasa kepada pemberi sewa pemberi jasa LKS sebagai pembayaran manfaat atau jasa. Sesuatu yang dapat dijadikan harga tsaman dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam Ijarah. 8 Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa manfaat lain dari jenis yang sama dengan obyek kontrak. 9 Kelenturan flexibility dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

c. Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah:

1 Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa: a Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan. b Menanggung biaya pemeliharaan barang. c Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan. 2 Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa: Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. a Membayar sewa atau upah dan bertanggungjawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad kontrak. b Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan tidak materiil. c Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggungjawab atas kerusakan tersebut. d Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pembiayaan Ijarah adalah salah satu bentuk jasa keuangan berupa transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam akad Ijarah Muntahiya bit Tamlik berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutangkewajiban sewa sesuai akad, dan pemilik objek sewa memperoleh imbalan berupa sewa atau upah.

C. Akuntansi Pembiayaan Multijasa 1.

Gambaran Umum Akuntansi Syariah Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut. Sebagai bagian dari ilmu pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif, maka setiap penemuan metode baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkaya ilmu akuntansi tersebut. Bahkan pemikir akuntansi pada awal perkembangannya merupakan seorang ahli matematika seperti Luca Paciolli dan Musa Al- Khawarizmy. Akuntansi dalam Islam merupakan alat tool untuk melaksanakan perintah Allah SWT dalam QS Al-Baqarah [2]: 282 untuk melakukan pencatatan dalam melakukan transaksi usaha. Implikasi lebih jauh adalah keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban, pelaporan yang terpadu dan komprehensif. Islam memandang akuntansi tidak sekedar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam Islamic values sesuai ketentuan syariah. Secara normatif, masyarakat Muslim mempraktikkan akuntansi berdasarkan pada perintah Allah dalam QS Al-Baqarah [2]:282. Perintah ini sesungguhnya bersifat universal dalam arti bahwa praktik pencatatan harus dilakukan dengan benar atas transaksi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lainnya. Substansi dari perintah ini adalah : 1 praktik pencatatan yang harus dilakukan dengan 2 benar adil dan jujur. Substansi tersebut berlaku umum sepanjang masa, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Perintah normatif Alquran di atas perlu dioperasionalkan dalam bentuk aksiprakrik. Sehingga perintah Alquran dapat membumi dalam masyarakat. Selama ini masyarakat Muslim secara umum terperangkap pada aspek normatif dalam memahami perintah-perintah agama, dan sebaliknya melupakan praktiknya. Sehingga diperlukan sebuah ilmu sosial profetik, yaitu ilmu yang diturunkan dari Alquran dan Hadis Sunnah Nabi dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang nantinya digunakan untuk menjembatani antara perintah normatif dengan praktik. Dengan ilmu ini, perintah-perintah normatif menjadi lebih operasional dan dapat dipraktikkan dalam dunia nyata. Dalam hal ini, Akuntansi Syariah sebenarnya merupakan bagian dari upaya kita dalam membangun ilmu sosial profetik di bidang akuntansi. Perintah normatif telah ada dalam Alquran, berikutnya adalah menerjemahkan Alquran dalam bentuk teori Akuntansi Syariah yang pada gilirannya digunakan untuk memberikan arah guidance tentang praktik akuntansi yang sesuai dengan syariah. Teori Akuntansi Syariah dan praktik Akuntansi Syariah adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dan keduanya tidak boleh lepas dari bingkai keimanantauhid, maka teori Akuntansi Syariah memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Humanis 2. Emansipatoris 3. Transendental Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. 4. Teleologikal Humanis memberikan suatu pengertian bahwa teori Akuntansi Syariah bersifat manusiawi, sesuai dengan fitrah manusia, dan dapat dipraktikkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk yang selalu berinteraksi dengan orang lain dan alam secara dinamis dalam kehidupan sehari-hari, berarti dibangun berdasarkan budaya manusia itu sendiri. Emansipatoris mempunyai pengertian bahwa teori Akuntansi Syariah mampu melakukan perubahan-perubahan yang signifikan terhadap teori dan praktik akuntansi modern yang eksis saat ini. Perubahan-perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang membebaskan emansipasi. Dengan pembebasan ini diharapkan teori Akuntansi Syariah mampu melakukan perubahan pemikiran dan tindakan manusia yang menggunakannya, yaitu dari pemikiran yang sempit dan parsial menuju pemikiran yang luas, holistik, dan tercerahkan. Transendental mempunyai makna bahwa teori Akuntansi Syariah melintas batas disiplin ilmu akuntansi itu sendiri. Bahkan melintas batas dunia materi ekonomi. Dengan prinsip filosofis ini teori Akuntansi Syariah dapat memperkaya dirinya dengan mengadopsi disiplin ilmu lainnya selain ilmu ekonomi. Teleologikal memberikan suatu dasar pemikiran bahwa akuntansi tidak sekadar memberikan informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi, tetapi juga memiliki tujuan transendental sebagai bentuk pertanggungjawaban Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. manusia terhadap Tuhannya, kepada sesama manusia, dan kepada alam semesta. Teori Akuntansi Syariah, sebagaimana telah disinggung di atas, memberikan arah bagi penggunanya untuk melakukan aksi. Oleh karena itu ada konsep dasar yang diturunkan dari prinsip filosofis yang telah diuraikan di atas, yaitu: o Prinsip Filosofis Konsep Dasar Humanis Emansipatoris Transendental Teleologikal • Instrumental • Socio-economic • Critical • Justice • All-inclusive • Rational-intuitive • Ethical • Holistic Welfare Secara sederhana, dari prinsip filosofis humanis kita dapat menurunkan konsep dasar instrumental dan socio-economic. Konsep dasar instrumental diperoleh dengan dasar pemikiran bahwa Akuntansi Syariah merupakan instrumen yang dapat dipraktikkan di dalam dunia nyata. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Konsep dasar socio-economic mengindikasikan bahwa teori Akuntansi Syariah tidak membatasi wacana yang dimilikinya pada transaksi-transaksi ekonomi saja, tetapi juga mencakup transaksi-transaksi sosial. Transaksi sosial meliputi transaksi yang menyangkut aspek sosial, mental, dan spiritual dari sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis. Dari prinsip filosofis emansipatoris kita mendapatkan konsep dasar critical dan justice. Konsep dasar critical memberikan dasar pemikiran bahwa konstruksi teori Akuntansi Syariah tidak bersifat dogmatis dan eksklusif. Sikap kritis mengindikasikan bahwa kita dapat menilai secara rasional kelemahan dan kekuatan akuntansi modern, dan berdasarkan penilai kritis ini dapat dibangun teori akuntansi yang lebih baik dari sebelumnya.Konsep dasar justice memposisikan aspek material dan non-material pada posisi yang adil. Oleh karena itu dapat kita lihat bahwa konsep dasar justice memposisikan aspek-aspek penting dalam akuntansi secara adil. Kemudian dari prinsip filosofis transendental, kita mendapatkan konsep dasar all-inclusive dan rational-intuitive. Konsep dasar all-inclusive memberikan dasar pemikiran bahwa konstruksi teori Akuntansi Syariah bersifat terbuka. Artinya tidak menutup kemungkinan teori Akuntansi Syariah akan mengadopsi konsep-konsep dari akuntansi modern, sepanjang konsep tersebut selaras dengan nilai-nilai Islam. Konsep dasar rational-intuitive mengindikasikan bahwa konstruksi teori Akuntansi Syariah memadukan kekuatan rasional dan intuisi manusia. Konsep ini sangat berbeda dengan konsep teori-teori modern. Teori-teori modern Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. termasuk akuntansi mendudukkan rasio pada posisi sentral dan sebaliknya menyingkirkan intuisi dalam proses konstruksi teori. Intuisi, bagi proponen teori modern, berada di luar domain ilmu pengetahuan yang rasional. Oleh karena itu, intuisi manusia tidak dapat dilibatkan dalam konstruksi ilmu pengetahuan. Namun dalam kenyataannya, intuisi manusia memiliki kekuatan yang sangat besar dalam melakukan perubahan-perubahan signifikan dalam masyarakat. Intuisi inilah sebetulnya merupakan instrumen yang dapat melahirkan inovasi-inovasi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Oleh karena itu intuisi merupakan instrumen yang sangat penting dalam konstruksi teori Akuntansi Syariah. Selanjutnya dari prinsip filosofis teleologikal kita mendapatkan konsep dasar ethical dan holistic-welfare. Ethical merupakan konsep dasar yang dihasilkan dari konsekuensi logis keinginan kembali ke Tuhan dalam keadaan tenang dan suci. Untuk itu, maka seseorang harus mengikuti hukum- hukumNya Sunnatullah. Dengan kata lain Akuntansi Syariah dibangun berdasarkan nilai-nilai etika Islam. Konsekuensi dari penggunaan nilai-nilai etika Islam dalam konstruksi Akuntansi Syariah adalah diakuinya bahwa kesejahteraan yang menjadi salah satu aspek Akuntansi Syariah tidak terbatas pada kesejahteraan materi saja, tetapi juga kesejahteraan non-materi. Maka yang dimaksud kesejahteraan di sini adalah kesejahteraan yang utuh holistic welfare. Sedangkan teori akuntansi modern hanya berorientasi pada kesejahteraan materi. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

2. Laporan Keuangan PT BPR Syariah Puduarta Insani

a. Neraca

PT BPR Syariah Puduarta Insani menyajikan aset lancar terpisah dari asset tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang. Asset lancer disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut ukuran jatuh temponya. Bank juga harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap asset yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelun dan sesudah dua bels bulan dari tanggal neraca. Neraca disusun sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal mencakup pos-pos berikut: 1. kas dan setara kas 2. asset keuangan 3. piutang usaha dan piutang lainnya 4. persediaan 5. investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas 6. asset tetap 7. asset tidak berwujud 8. hutang usaha dan hutang lainnya 9. hutang pajak 10. dana syirkah temporer 11. hak minoritas Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. 12. modal saham dan pos ekuitas lainnya. Pos, judul, dan sub-jumlah lain disajikan dalam neraca apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan entitas syariah secara wajar.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi PT BPR Syariah Puduarta Insani disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut: 1. pendapatan usaha 2. bagi hasil untuk pemilik dana 3. beban usaha 4. laba atau rugi usaha 5. pendapatan dan beban non usaha 6. laba atau rugi dari aktivitas normal 7. beban pajak 8. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan entitas syariah secara wajar. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas adalah salah satu komponen laporan keuangan entitas syariah yang menunjukkan: 1. laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan 2. setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait diakui secara langsung dalam ekuitas 3. pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait 4. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik 5. saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahanya 6. rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan setiap perubahan secara terpisah. Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dalam laboran keuangan.laporan perubahan ekuitas menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan entitas syariah selama periode yang Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. bersangkutan, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen.

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas PT BPR Syariah Puduarta Insani disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait.

e. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib zakat muzakki untuk diserahkan Kepada penerima zakat mustahiq. Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteria wajib zakat. Dana zakat tidak diperkenankan untuk menutup penyisihan kerugian aset produktif. Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana zakat meliputi sumber dana, penggunaan dana selama satu jangka waktu, serta saldo dana zakat yang menunjukkan dana zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat adalah salah satu komponen laporan keuangan yang disajikan oleh entitas syariah, yang menunjukkan: 1. dana zakat yang berasal dari wajib zakat muzakki: a. zakat dari dalam entitas syariah b. zakat dari pihak luar entitas syariah 2. penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk: a. fakir Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. b. miskin c. riqab d. orang yang terlilit hutang gharim e. muallaf f. fiisabilillah g. orang yang dalam perjalanan ibnu sabil h. amil 3. kenaikan atau penurunan dana zakat 4. saldo awal dana zakat 5. saldo akhir dana zakat

f. Catatan atas Laporan Keuangan

Salah satu laporan keuangan yang disajikan oleh entitas syariah adalah catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana qard, harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: 1. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. 2. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana qard; 3. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan laporan penggunaan dana kebajikan, serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas laporan keuangan biasanya disajikan dengan urutan sebagai berikut: 1. pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan; 2. informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan; 3. pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Hal ini dilakukan dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas syariah lain.

g. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qard meliputi sumber dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana qard yang menunjukkan saldo dana qard yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. Bank menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana qard sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan: 1. sumber dana qard berasal dari penerimaan: a. infak b. sedekah c. hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku d. pengembalian dana kebajikan produktif e. denda f. pendapatan non halal 2. penggunaan dana qard untuk: a. dana qard produktif b. penggunaan lainnya untuk kepentingan umum 3. kenaikan atau penurunan sumber dana qard Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. 4. saldo awal dana penggunaan dana qard 5. saldo akhir dana penggunaan dana qard.

h. Daftar Komitmen dan Kontijensi

Daftar ini menggambarkan tagihan-tagihan maupun kewajiban- kewajiban dimana BPRS telah berkomitmen untuk merealisasikannya. Sedangkan tagihan kontijensi maupun kewajiban kontijensi adalah tagihan maupun kewajiban yang mungkin timbul bisa terjadi, bisa tidak di kemudian hari.

3. PSAK No. 59 Mengenai Ijarah

a. Ijarah

Dalam PSAK No.59 mengenai ijarah, perlakuan akuntansi yang dibahas adalah perlakuan akuntansi ijarah kebendaan, yaitu perlakuan akuntansi sewa- menyewa. Oleh karena itu perlakuan akuntansi ijarah kebendaan ini dibedakan berdasarkan kepemilikan objek sewa. 1 Asset dimiliki oleh Bank Bank sebagai pemilik objek sewa Dalam hal Bank sebagai pemilik objek sewa, perlakuan akuntansi atas pembiayaan ijarah telah diatur dalam PSAK 59 sebagai berikut: a Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan objek sewa dan disusutkan sesuai dengan • kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan transaksi ijarah; dan Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. • masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik b Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama masa akad secara proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian objek sewa pada setiap periode tersebut. c Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diukur sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. d Jika biaya akad menjadi beban pemilik objek sewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi pendapatan ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad. e Pengakuan biaya perbaikan objek sewa adalah sebagai berikut: • Biaya perbaikan tidak rutin objek sewa diakui pada saat terjadinya. • Jika penyewa malakukan perbaikan rutin objek sewa dengan persetujuan pemilik objek sewa maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik objek sewa dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya perbaikan tersebut. • Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan objek sewa yang dimaksud di atas Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. ditanggung pemilik objek sewa maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam objek sewa. f Dalam ijarah muntahiyah bittamlik perpindahan hak milik objek sewa melalui hibah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan objek sewa yang telah diserahkan kepada penyewa. Objek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik objek sewa. g Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli objek sewa. Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku bersih objek sewa. h Pengakuan pelepasan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut: • Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli objek sewa dari pemilik objek sewa; • Objek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik objek sewa; • Jika penyewa berjanji untuk membeli objek sewa tetapi kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya dan nilai wajar objek sewa ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. selisihnya diakui sebagai piutang pemilik objek sewa kepada penyewa; dan • Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli objek sewa dan memutuskan untuk tidak melakukannya, maka objek sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih rendah. Jika nilai wajar objek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku, maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. i Pengakuan pelepasan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan objek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut: • Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa; • Nilai buku bagian objek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik bagian objek sewa; • Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian objek sewa yang telah dijual; dan • Jika penyewa tidak melakukan pembelian atas objek sewa yang tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan perlakuan akuntansi atas pelepasan objek sewa melalui pembayaran sekadarnya. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. j Dalam ijarah muntahiyah bittamlik jika objek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya diakui sebagai kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai. 2 Bank sebagai penyewa Dalam hal Bank sebagai penyewa, perlakuan akuntansi atas pembiayaan Ijarah telah diatur dalam PSAK 59 sebagai berikut: a Beban Ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui secara proporsional selama masa akad. b Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad. c Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi objek sewa berdasarkan akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan objek sewa Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan kepemilikan sewa. d Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui hibah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan objek sewa telah diterima penyewa. Objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar nilai wajar pada saat terjadinya. Penerimaan objek sewa tersebut di sis lain akan menambah: • Saldo laba, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank; • Dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari simpanan pihak ketiga; atau • Saldo laba dan dana investasi tidak terikat secara proporsional, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank dan simpanan pihak ketiga. e Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembelian objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli objek sewa. Penyewa mengakui objek sewa yang diterima sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan. f Pengakuan penerimaan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut: Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. • Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli objek sewa dari pemilik objek sewa; dan • Objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan. g Pengakuan penerimaan objek sewa dalan ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembelian objek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut: • Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa; dan • Bagian objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar biaya perolehannya. h Objek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai dengan kebijakan penyusutan penyewa. i jika objek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat dari tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan sewa yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya diakui sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi beban ijarah muntahiyah bittamlik. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. j Jika nasabah menjual aktiva kepada bank dan menyewanya kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pemilik objek sewa diterapkan. k Jika bank menjual aktiva kepada nasabah dan menyewanya kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai penyewa diterapkan sebagai berikut: • Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank pada saat terjadinya transaksi penjualan jika penyewaan kembali dilakukan secara ijarah; dan • Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan sebagai penyesuaian terhadap beban ijarah selama masa akad jika penyewaan kembali dilakukan secara ijarah muntahiyah bittamlik. l Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang sebelumnya disewa oleh bank dari pihak ketiga, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pemilik objek sewa dan penyewa diterapkan. m Penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang yang timbul dari transaksi aktiva produktif dibentuk sebesar estimasi kerugian aktiva produktif dan piutang yang tidak dapat ditagih sesuai dengan denominasi mata uang aktiva produktif dan piutang yang diberikan. n Pendapatan aktiva produktif yang non-performing diakui pada saat pendapatan tersebut diterima. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. o Pada saat aktiva produktif diklasifikasikan sebagai non-performing, pendapatan yang telah diakui tetapi belum diterima harus dibatalkan.

b. Kafalah

Mengingat bahwa dalam pembiayaan multijasa Bank berperan memberikan jasa yaitu membayarkan sejumlah uang bukan sewa menyewa dan tidak terdapat objek sewa, maka perlakuan akuntansi yang relevan adalah akuntansi penerimaan jasa. Perlakuan akuntansi atas transaksi jasa dapat merujuk pada kafalah dan wakalah. Kafalah disebut juga dhaman jaminan, hamalah beban, dan za’amah tanggungan. Akad kafalah yaitu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung. Secara teknis akad kafalah berupa perjanjian bahwa seseorang memberikan penjaminan kepada seorang kreditor yang memerikan utang kepada seorang debitor, yaitu menjamin bahwa utang debitor akan dilunasi oleh penjamin apabila debitor tidak membayar utangnya. Contoh akad kafalah adalah garansi bank, stand by Letter of Credit, pembukaan LC impor, akseptasi, endorsement dan lain sebagainya. Kafalah bisa atas sesuatu yang bersifat segera misalnya utang yang harus segera dilunasi atau sesuatu dimasa depan. Kafalah dapat juga bersyarat, misalnya kalau kamu pinjamkan uang pada adikku maka aku akan jamin utangnya. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk saling tolong-menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang tidak memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Perlakuan akuntansi al-kafalah: a Bagi pihak penjamin • Pada saat menerima imbalan tunai tidak berkaitan dengan jangka waktu Db. Kas Kr. Pendapatan Kafalah • Pada saat membayar beban Db. Beban Kafalah Kr. Kas b Bagi pihak yang meminta jaminan • Pada saat membayar beban Db. Beban Kfalah Kr. Kas

c. Wakalah

Wakalah artinya penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal yang boleh diwakilkan. Contoh wakalah adalah Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. mewakilkan dalam pembelian barang, pengiriman uang, pembayaran utang, penagihan utang, realisasi letter of credit dan lain sebagainya. Wakalah dalam pendelegasian pembelian barang, terjadi dalam situasi dimana seseorang mengajukan calon atau menunjuk orang lain untuk mewakili dirinya membeli sesuatu. Orang yang meminta diwakilkan harus menyerahkan sejumlah uang secara penuh sebesar harga barang yang akan dibeli kepada agenpihak yang mewakili dalam suatu kontrak wadiah. Agen membayar pihak ketiga dengan menggunakan titipan orang yang minta diwakilkan untuk membeli barang. Agen boleh menerima komisi dan boleh tidak menerima komisi. Tetapi bila ada komisi atau upah maka akadnya seperti akad ijarahsewa-menyewa. Wakalah dengan imbalan disebut dengan wakalah bil ujrah, bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Perlakuan akuntansi al-wakalah: a Bagi pihak yang mewakilkanwakilpenerim kuasa • Pada saat menerima imbalan tunai tidak berkaitan dengan jangka waktu Db. Kas Kr. Pendapatan Wakalah • Pada saat membayar beban Db. Beban Wakalah Kr. Kas Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. • Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun dimuka Db. Kas Kr. Pendapatan Wakalah Diterima Dimuka • Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode Db. Pendapatan Wakalah Diterima Dimuka Kr. Pendapatan Wakalah b Bagi pihak yang meminta diwakilkan • Pada saat membayar ujrahkomisi Db. Beban Wakalah Kr. Kas

4. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia 2003

a. Bank Sebagai Pemilik Obyek Sewa

1 Aktiva yang dijadikan sebagai obyek ijarah diakui sebesar harga perolehan. 2 Obyek ijarah disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aktiva sejenis, sedangkan obyek ijarah dalam Ijarah muntahiyah bittamlik disusutkan sesuai masa sewa. 3 Biaya perbaikan obyek ijarah yang sifatnya tidak rutin diakui pada saat terjadinya. 4 Jika penyewa melakukan perbaikan rutin atas obyek ijarah dengan persetujuan pemilik obyek ijarah maka biaya tersebut dibebankan oleh Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. pemilik obyek ijarah dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya perbaikan tersebut. 5 Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melaui penjualan secara bertahap biaya perbaikan obyek ijarah ditanggung oleh pemilik obyek ijarah sebesar porsi kepemilikan atas obyek ijarah tersebut.

b. Perpindahan hak kepemilikan obyek ijarah

1 Melalui hibah diakui saat seluruh pembayaran selesai dan obyek ijarah telah diserahkan kepada penyewa serta dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek ijarah. 2 Melalui penjualan obyek ijarah sebesar sisa cicilan sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli obyek ijarah. Pemilik obyek ijarah mengakui keuntungan atas kerugian tersebut sebesar selisih harga jual dan nilai bukunya. 3 Melalui pembayaran sekadarnya: diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli obyek ijarah dari pemilik obyek ijarah. 4 Obyek ijarah dikeluarkan dari: a aktiva pemilik obyek ijarah pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek ijarah; b jika penyewa berjanji untuk membeli obyek ijarah dan memutuskan untuk tidak melakukannya, dan nilai wajar obyek Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. ijarah ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka selisihnya diakui sebagai piutang pemilik obyek ijarah kepada penyewa; dan c jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek ijarah dan memustuskan untuk tidak melakukannya, maka obyek ijarah dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih rendah. Jika nilai wajar obyek ijarah tersebut lebih rendah dari nilai buku, maka selisihnya diakui sebesar kerugian pada periode berjalan. 5 Melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap adalah sebagai berikut: a diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian obyek ijarah dari pemilik obyek ijarah; b nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik bagian obyek sewa. c Pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian obyek sewa yang telah dijual; dan d Jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa yang tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan butir c 3. dan c 4. di atas.

c. Bank Sebagai Penyewa

1 Pengakuan beban ijarah diakui secara proporsional selama masa akad. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. 2 Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad. 3 Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa berdasarkan akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek sewa. 4 Perpindahan hak kepemilikan obyek sewa dengan cara: a hibah diakui sebagai aktiva sebesar nilai wajar dari obyek sewa, dan di sisi lain diakui sebagai pendapatan operasi lainnya. b pembelian sebelum berakhirnya jangka waktu dengan harga sebesar sisa pembayaran sewa diakui sebesar kas yang dibayarkan. c pembelian sebelum berakhirnya jangka waktu dengan harga sekadarnya diakui sebesar kas yang dibayarkan. d pembelian secara bertahap diakui sebesar harga perolehan.

d. Penyajian

1 Obyek sewa yang dibeli bank untuk disewakan kembali disajikan dalam neraca pada pos aktiva ijarah. 2 Akumulasi penyusutan aktiva ijarah disajikan sebagai pos lawan contra account dari aktiva ijarah. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. 3 Tunggakan pendapatan sewa disajikan dalam pos piutang pendapatan ijarah. 4 Uang muka pembayaran sewa aktiva ijarah disajikan dalam pos aktiva lain-lain. 5 Beban perbaikan aktiva ijarah atas beban pemilik obyek sewa yang dibayarkan terlebih dahulu disajikan dalam pos aktiva lain-lain pada akun piutang kepada pemilik obyek sewa.

e. Jurnal

Untuk Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik: 1 Bank sebagai pemilik obyek sewa a Pada saat perolehan Db. Aktiva Ijarah Kr. KasRekening b Pada saat penyusutan Db. Biaya penyusutan Kr. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah c Pada saat penerimaan sewa dari lesse Db. KasRekening penyewa Kr. Pendapatan sewa catatan: untuk tujuan penghitungan dasar distribusi bagi hasil, pendapatan ijarah yang dibagikan adalah hasil sewa setelah dikurangi biaya depresiasi dan perbaikan Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. d Pada saat pembebanan beban perbaikan Db. Beban perbaikan aktiva ijarah Kr. KasRekening e Apabila dalam masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas obyek sewa yang bukan disebabkan tindakankelalaian penyewa yang mengakibatkan jumlah cicilan yang telah diterima lebih besar dari nilai sewa yang wajar. Db. Beban pengembalian kelebihan penerimaan sewa Kr. KasHutang kepada penyewaRekening penyewa catatan: beban pengembalian ini merupaka offsetting account dari pendapatan sewa f Pada saat pengalihan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik: • melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah diterima dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa Db. Akumulais penyusutan aktiva ijarah Kr. Aktiva Ijarah • melalui penjualan obyek sewa sebelum berakhirnya masa sewa dengan harga jual sebesar sisa cicilan sewa 1 jika harga jual lebih besar dari nilai buku Db. KasRekening penyewa Db. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah Kr. Aktiva ijarah Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Kr. Keuntungan penjualan aktiva ijarah 2 jika harga jual sama dengan nilai buku Db. KasRekening penyewa Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah Kr. Aktiva ijarah 3 jika harga jual lebih kecil dari nilai buku Db. KasRekening penyewa Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah Db. Kerugian penjualan aktiva ijarah Kr. Aktiva ijarah • melalui penjualan obyek sewa dengan harga sekadarnya setelah seluruh penerimaan sewa diterima dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa. Db. KasRekening penyewa Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah Kr. Keuntungan penjualan aktiva ijarah Kr. Aktiva ijarah g Jika penyewa berjanji untuk membeli tetapi kemudian membatalkan, dan nilai wajar obyek sewa lebih rendah dari nilai buku dan dibebankan kepada penyewa. Db. Piutang kepada penyewa Kr. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. catatan: jumlah yang dicatat sebesar porsi penurunan nilai aktiva ijarah h Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli dan kemudian memutuskan untuk tidak membeli, dan nilai wajar obyek sewa lebih rendah dari nilai buku maka penurunan nilai buku tersebut diakui sebagai kerugian: Db. Beban Penyusutan aktiva ijarah Kr. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah 2 Bank sebagai penyewa a Pada saat pembayaran sewa 1 jika dalam satu periode Db. Biaya sewa aktiva ijarah Kr. KasRekening pemilik obyek sewa 2 jika lebih dari satu periode Db. Sewa dibayar dimuka aktiva ijarah Kr. KasRekening pemilik obyek sewa b Pada saat amotisasi sewa dibayar dimuka Db. Biaya sewa aktiva ijarah Kr. Sewa dibayar dimuka aktiva ijarah c Pada saat perbaikan aktiva ijarah atas beban pemilik obyek sewa Db. Piutang kepada pemilik obyek sewa Kr. KasRekening Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. d Apabila dalam masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas obyek sewa yang bukan disebabkan tindakankelalaian bank sebagai penyewa yang mengakibatkan jumlah cicilan yang telah dibayar lebih besar dari nilai sewa yang wajar. Db. KasRekening piutang kepada pemilik obyek sewa Kr. Pendapatan kelebihan pembayaran sewa catatan: pendapatan kelebihan pembayaran sewa merupakan offsetting account dari beban sewa e pada saat penerimaan pengalihan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik: 1 melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah dibayar dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa • jika sumber pembayaran sewa aktiva ijarah berasal dari modal bank Db. Aktiva Kr. Keuntunganpendapatan operasi lainnya • jika sumber pembayaran sewa aktiva ijarah berasal dari dana investasi tidak terikat Db. Aktiva Kr. Keuntunganpendapatan operasi utama lainnya • jika sumber pembayaran sewa aktiva ijarah berasal dari dana investasi tidak terikat dan modal bank Db. Aktiva Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Kr. Keuntunganpendapatan operasi utama lainnya Kr. Keuntunganpendapatan operasi lainnya 2 melalui pembelian obyek sewa sebelum berakhirnya masa sewa dengan harga beli sebesar cicilan sewasekadarnya Db. Aktiva Kr. KasRekening pemilik obyek sewa f Jika penyewa berjanji untuk membeli tetapi kemudian membatalkan, dan nilai wajar obyek sewa lebih rendah dari nilai buku dan dibebankan kepada penyewa: Db. Beban pembatalan pembelian Kr. KasHutang kepada pemilik obyek sewa catatan: jumlah yang dicatat sebesar porsi penurunan nilai aktiva ijarah

f. Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 1 sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah; 2 jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir; 3 jumlah obyek sewa berdasarkan jenis transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, jenis aktiva dan akumulasi penyusutannya apabila bank syariah sebagai pemilik obyek sewa; Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. 4 jumlah hutang ijarah yang jatuh tempo hingga dua tahun yang akan datang apabila bank syariah sebagai penyewa; 5 komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah bittamlik yang berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya; dan 6 kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik.

D. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui bagan alur berikut : Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pembiayaan Ijarah Multijasa PT BPR Syariah Puduarta Insani SAK PSAK 59 Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa PT BPR Syariah Puduarta Insani Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. Dari skema diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Terdapat produk pembiayaan Multijasa di PT BPR Syariah Puduarta Insani, yang memerlukan adanya pedoman perlakuan akuntansi dalam bentuk SOP standar Operasi dan Prosedur. Penyusunan SOP ini sudah barang tentu akan merujuk kepada SAK dan PSAK 59. Dalam hal ini kerangka pemikiran skripsi ini adalah meneliti apakah SOP Akuntansi Pembiayaan Multijasa PT BPR Syariah Puduarta Insani telah sesuai dengan SAP maupun PSAK 59 dimaksud dan lebih jauh lagi apakah penerapan yang dilakukan oleh PT BPR Syariah Puduarta Insani sesuai dengan yang tercantum pada SOP dimaksud. Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009. BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian