Perhitungan Rss Receiver Sensitivity Perhitungan Batas Switching Point

signal level RSL pada model propagasi COST-231 Hata lebih tinggi bila dibandingkan dengan model propagasi ECC-33. Hal ini disebabkan rugi-rugi propagasi COST-231 Hata yang lebih rendah daripada ECC-33. Semakin jauh jarak antara base station BS dengan subscriber station SS maka RSL juga semakin rendah. -118 -116 -114 -112 -110 -108 -106 -104 -102 -100 -98 -96 -94 -92 -90 -88 -86 -84 -82 -80 -78 -76 -74 -72 -70 -68 -66 -64 -62 -60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jarak BS dan SS km R e c e iv e S ig n a l L e v e l d B m COST-231 Hata ECC-33 Path Loss Gambar 4.3 Perbandingan Receive Signal Level Pada Model Propagasi COST 231- Hata dan ECC-33 Path Loss

4.3.1.5 Perhitungan Rss Receiver Sensitivity

Perhitungan Rss dilakukan dengan menggunakan Persamaan 3.23. Berdasarkan spesifikasi sensitivitas perangkat SS yang lebih besar 5dB dari standar WiMAX maka akan diberikan margin sesuai dengan spesifikasi tersebut. dB N loss N N Fs R SNR dBm Rss F imp FFT used RX 5 log 10 log 10 114 ] [ − + +     ⋅ + − + − = Universitas Sumatera Utara dimana : SNR RX = signal-to-noise ratio threshold penerima Tabel 4.1 R = 6 Fs = bandwidth × 7 8 N used = 841 N FFT = 1024 loss imp = 2 dB N F = 4 dB Sensitivitas SS akan dihitung untuk semua skema modulasi dan pengkodean adaptif. • Untuk modulasi BPSK dengan coding rate ½ dBm dB dBm Rss 06 , 108 5 4 2 1024 841 10 7 8 log 10 6 log 10 3 114 ] [ − = − + +       ⋅ × + − + − = • Untuk modulasi QPSK dengan coding rate ½ dBm dB dBm Rss 06 , 105 5 4 2 1024 841 10 7 8 log 10 6 log 10 6 114 ] [ − = − + +       ⋅ × + − + − = • Untuk modulasi QPSK dengan coding rate ¾ dBm dB dBm Rss 56 , 102 5 4 2 1024 841 10 7 8 log 10 6 log 10 5 , 8 114 ] [ − = − + +       ⋅ × + − + − = • Untuk modulasi 16-QAM dengan coding rate ½ dBm dB dBm Rss 56 , 99 5 4 2 1024 841 10 7 8 log 10 6 log 10 5 , 11 114 ] [ − = − + +       ⋅ × + − + − = • Untuk modulasi 16-QAM dengan coding rate ¾ Universitas Sumatera Utara dBm dB dBm Rss 06 , 96 5 4 2 1024 841 10 7 8 log 10 6 log 10 15 114 ] [ − = − + +       ⋅ × + − + − = • Untuk modulasi 64-QAM dengan coding rate 2 3 dBm dB dBm Rss 06 , 92 5 4 2 1024 841 10 7 8 log 10 6 log 10 19 114 ] [ − = − + +       ⋅ × + − + − = • Untuk modulasi 64-QAM dengan coding rate ¾ dBm dB dBm Rss 06 , 90 5 4 2 1024 841 10 7 8 log 10 6 log 10 21 114 ] [ − = − + +       ⋅ × + − + − = Hasil perhitungan receiver sensitivity Rss perangkat untuk sistem modulasi dan pengkodean adaptif ditunjukkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Receiver Sensitivity Perangkat Modulasi Coding Rate Receiver Sensitivity dBm BPSK ½ -108,06 QPSK ½ -105,06 ¾ -102,56 16-QAM ½ -99,56 ¾ -96,06 64-QAM 2 3 -92,06 ¾ -90,06

4.3.1.6 Perhitungan Batas Switching Point

RSL Receive Signal Level adalah level sinyal yang diterima di penerima dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima RSL ≥ Rss. Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa SS hanya dapat melakukan skema modulasi dan pengkodean tinggi 64-QAM ¾ jika sensitivitas minimum yang diterima sebesar -90,06 dBm. Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa untuk model COST-231 Hata, SS yang bisa menikmati Universitas Sumatera Utara modulasi dan pengkodean tinggi ini hanyalah yang berada pada jarak sejauh 0 km – 3 km dari BS. Sedangkan dengan model ECC-33 jarak maksimal hanya sejauh 2 km lebih. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat maka dilakukan perhitungan batas swiching point untuk menentukan batas jarak dimana SS dapat menggunakan skema modulasi dan pengkodean tertentu. Hal ini dilakukan dengan mensubstitusikan nilai pada Tabel 4.8 sebagai nilai RSL. Lpropagasi dBm dB dBi Lpropagasi dBm Lrx Grx Lpropagasi EIRP RSL − = − + − = − + − = 71 2 14 59 • Untuk Model Propagasi COST-231 Hata d dB L propagasi 10 log 38 , 36 49 , 143 ] [ + = Sensitivitas BPSK ½ adalah -108,06 dBm, maka : km d d d d dB Lpropagasi Lpropagasi 5 , 9 977735 , log 57 , 35 log 38 , 36 06 , 179 log 38 , 36 49 , 143 06 , 179 71 06 , 108 = = = = + = − = − Dengan perhitungan yang sama untuk skema modulasi dan pengkodean yang lain, maka didapat batas switching point seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Batas Switching Point Pada Model Propagasi COST-231 Hata Jarak BS dan SS d Skema Modulasi dan Pengkodean 0 km – 3,041 km 64-QAM ¾ 3,041 km – 3,451 km 64-QAM 2 3 3,451 km – 4,445 km 16-QAM ¾ 4,445 km – 5,547 km 16-QAM ½ 5,547 km – 6,707 km QPSK ¾ 6,707 km – 7,857 km QPSK ½ Universitas Sumatera Utara 7,857 km – 9,5 km BPSK ½ 9,5 km No Signal • Untuk Model Propagasi ECC-33 Path Loss 2 2 10 10 10 log 8 , 5 log 83 , 29 168 , 150 4 , 5 ] [log 8 , 5 958 , 13 log 83 , 9 53 , 27 log 20 28 , 103 ] [ d d d d d dB L propagasi + + = + + + + + + = Sensitivitas BPSK ½ adalah -108,06 dBm, maka : km d d ; maka d ke x kan Substitusi , - x , x a ac b b x x x x d d d d dB Lpropagasi Lpropagasi 813229 , 6 833353 , log log 976634 5 833353 6 , 11 2944 , 670 8289 , 889 82 , 29 2 4 892 , 28 83 , 29 8 , 5 892 , 28 8 , 5 83 , 29 d log x misal 892 , 28 log 8 , 5 log 83 , 29 06 , 179 log 8 , 5 log 83 , 29 168 , 150 06 , 179 71 06 , 108 1 2 1 2 2 , 1 2 2 2 2 = = = = + ± − = − ± − = = − + = + = = + = + + = − = − Dengan perhitungan yang sama untuk skema modulasi dan pengkodean yang lain, maka didapat batas switching point seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Batas Switching Point Pada Model Propagasi ECC-33 Path Loss Jarak BS dan SS d Skema Modulasi dan Pengkodean 0 km – 2,199 km 64-QAM ¾ 2,199 km – 2,517 km 64-QAM 2 3 2,517 km – 3,272 km 16-QAM ¾ 3,272 km – 4,083 km 16-QAM ½ Universitas Sumatera Utara 4,083 km – 4,912 km QPSK ¾ 4,912 km – 5,71 km QPSK ½ 5,71 km – 6,813 km BPSK ½ 6,813 km No Signal

4.3.2 Perhitungan Bit Rate