28
Tabel 2.3 Perbedaan Produk Bank Konvensional dengan Produk
Murabahah Dasar Kegiatan
Usaha Bank Konvensional
Produk Murabahah
Keterangan
Pembiayaan kredit rumah
Suku bunga Bagi hasil
Sesuai dengan kesepakatan
Pembiayaan kredit bermotor
Suku bunga Bagi hasil
Sesuai dengan kesepakatan
Kredit modal kerja
Suku bunga Bagi hasil
Sesuai dengan kesepakatan
Pembiayaan investasi
Suku bunga Bagi hasil
Sesuai dengan kesepakatan
2.4.1.6 Penetapan Harga Jual Murabahah Yang Syar’i
Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai model pembiayaan yang utama. Praktik pada bank syariah di Indonesia, portofolio
pembiayaan murabahah mencapai 70-80. Kondisi demikian ini tidak hanya di Indonesia, namun juga terjadi pad bank-bank syariah, seperti di Malaysia,
Pakistan. Sejumlah alas an diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah
dalam operasi investasi perbankan syariah : i murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dibandingkan dengan sitem bagi hasil
musyarakah dan mudharabah, cukup memudahkan; ii mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank
dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank syariah untuk mencampuri
manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.
29 Berdasarkan kondisi dan alasan praktik murabahah di bank syariah, maka
ada semacam “kecaman” atau penilaian masyarakat terhadap praktik bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank konvensional bank bunga. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh BI menunjukkan bahwa 15 responden menilai bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional, “hanya beda bungkusnya.”
Kalangan awam juga menilai bahwa bank syariah dalam mengambil keuntungan lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional.
Kondisi inilah yang harus dicarikan solusinya. Karena selama ini kalangan awam menilai yang namanya lembaga syariah selalu indentik dengan harga
murah. Sehingga jika terjadi penjualan barang oleh bank syariah dengan harga lebih tinggi dibandingkan harga jual bank tidak syariah, maka bank syariah dinilai
lebih tidak islami. Padahal, suatu ketika memang bisa terjadi demikian adanya. Oleh karena itu, perlu kiranya dicarikan kemasan produk murabahah yang
memberikan keuntungan secara adil antara pihak bank syariah dengan nasabah peminjaman murabahah. Bagaimana kemasan murabahah dapat adil?
Bank syariah harus tidak hanya menjadikan tingkat suku bunga sebagai rujukan dalam penentuan harga jual pokok + margin produk murabahah. Cara
penetapan margin yang hanya memicu pada suku bunga merupakan langkah sesat sekaligus menyesatkan dan lebih berat lagi dapat merusak reputasi bank syariah.
Dalam praktiknya, barangkali tingginya margin yang diambil oleh pihak bank syariah adalah untuk mengantisipasi naiknya suku bunga di pasar atau inflasi.
Sehingga kalau terjadi kenaikan suku bunga yang besar, maka bank syariah tidak mengalami kerugoian secara rill, namun demikian apabila suku bunga di pasar
30 tetap stabil atau bahkan turun, maka margin murabahah akan lebih besar
dibandingkan dengan tingkat bunga pada bank konvensional. Dengan penetapan margin keuntungan murabahah yang tinggi ini, secara
tidak langsung bahkan akan dapat menyebabkan inflasi yang lebih besar daripada yang disebabkan oleh suku bunga. Oleh karena itu, perlu dicari format atau
formula yang tepat, agar nilai penjualan dengan murabahah tidak mengacu pada sikap mengantisipasi kenaikan suku bunga selama masa pembayaran cicilan.
Karena, mengaitkan margin keuntungan murabahah dengan bunga perbankan konvensional, baik di atasnya maupun di bawahnya, tetaplah bukan cara yang
baik. Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara
Rasullullah ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara transparan menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah dikeluarkan
untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan wajar yang diinginkan. Cara yang dilakukan oleh Rasullullah ini dapat dipakai sebagai salah satu metode bank
syariah dalam menentukan harga jual produk murabahah. Sesuai dengan pembahasan tentang nilai ekonomi waktu untuk teori
pertukaran, maka secara matematis harga jual barang oleh bank kepada calon nasabah pembiayaan murabahah yang syariah, dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut : Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + waktu x Cost Recovery + Keuntungan
Cost Recovery =
����� ���������� ���� ��������� �������� ������ ������ ����������
x Biaya Operasional 1 tahun
Keuntungan = keuntungan yang diinginkan x Nilai Pembiayaan yang diberikan
31 Persentase keuntungan diperoleh dari perbandingan total biaya operasional
dengan total asset perusahaan, dengan rumus :
Persentase =
����� ����� ����������� ����� ���� ����������
x
100
Biaya yang harus dikeluarkan dan dikembalikan cost recovery bisa didekati dengan membagi proyeksi biaya operasional bank, dengan target volume
pembiayaan murabahah di bank syariah. Angka-angka tersebut dapat diperoleh dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan RKAP. Angka yang diperoleh
kemudian ditambahkan dengan harga beli dari pemasok dan keuntungan yang diinginkan, sehingga didapatkan harga jual. Margin dalam konteks ini adalah cost
recovery ditambah dengan keuntungan bank. Apabila margin ingin dihitung persentasenya tinggal dibagi dengan harga beli barang dikalikan 100.
Setelah angka-angka tersebut didapat, barulah persentase margin ini dibandingkan dengan suku bunga. Jadi, suku bunga hanya dijadikan benchmark.
Agar pembiayaan murabahah kompetitif, margin murabahah tadi harus lebih kecil dari bunga pinjaman. Jika masih lebih besar, maka yang harus dimainkan adalah
dengan memperkecil cost recovery dan keuintungan yang diharapkan. Langkah pertama adalah menurunkan keuntungan. Jika keuntungan sudah
turun sampai batas minimalnya, dan ternyata marginnya masih lebih besar daripada bunga bank, maka tentu ada yang tidak besar dengan cost recovery.
Artinya, efisiensi bank tersebutt rendah. Efisiensi yang rendah itu dapat ditingkatkan dengan mengurangi biaya operasional pada target volume
pembiayaan yang sama. Efisiensi juga dapat dicapai dengan memperbesar target
32 volume pembiayaan pada biaya operasional yang sama. Hal ini dapat dicapai
dengan meningkatkan kualitas SDM bank syariah. Semakin berkualitas SDM dalam meyakinkan nasabah untuk mendepositokan dananya ke bank syariah,
sehingga semakin banyak pula dana yang dapat disalurkan untuk pembiayaan murabahah. Dengan demikian semakin besar peluang untuk meningkatkan
efisiensi. Lebih cantik lagi, bila pengurangan biaya operasional dilakukan
bersamaan dengan meningkatnya volume pembiayaan. Efisiensi tinggi akan segera diperoleh, cost recovery semakin kecil dan insya Allah keuntungan bank
akan meningkat walaupum dengan margin murabahah yang lebih kecil dari bunga pinjaman bank konvensional. Hal penting yang perlu diingat dan dicatat, hasil
perhitungan margin yang dicantumkan dalam kontrak murabahah dinyatakan dalam angka nominal, bukan bentuk persentasenya.
Efisiensi harga jual suatu bank syariah dengan bank syariah yang lain, dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
Margin dalam persentase =
���� ��������+���������� ����� ����� ������ ����
x
100
Contoh kasus : Tuan ali berkeinginan membeli sebuah mobil untuk kepentingan usaha antar
jenput anak sekolah. Harga beli mobil sebesar Rp. 150.000.000. Pada saat ini tuan Ali hanya memiliki dana Rp. 30.000.000, untuk mengatasi kekurangan dana
tersebut tuan Ali menghubungi bank syariah Rizqi Barokah Yogyakarta untuk mendapatkan pemecahan masalah akibat kekurangan dana tersebut bank syariah
menawarkan solusi dengan akad al-Murabahah. Bila bank syariah memperkirakan
33 Biaya operasional Rp. 200.000.000 dalam 1 tahun, perkiraan jumlah pembiayaan
Rp. 5 miliar dan markup yang ditentukan hanya sekali saja 10 dari pembiayaan al-Murabahah, lama pembiayaan 2 tahun. Bagaimana cara
penyelesaiaannya? Jawab Penyelesaian dengan Rumus Harga Jualn Efisien
Data pembiayaan Harga Pokok Mobil
= Rp. 150.000.000 Dibayar nasabah uang muka
= Rp. 30.000.000__ Kekurangan dibayar Bank
= Rp. 120.000.000 1. Hitunglah cost recovery:
Cost Recovery = Pembiayaan MurabahahEstimasi Total Pembiayaan X
Estimasi Biaya Operasi 1 tahun Cost Recovery
= Rp.120 jutaRp. 5 Miliar x Rp. 200 juta = Rp. 4.800.000
2. Hitung Margin Keuntungan = 10 x pembiayaan
Margin keuntungan = 10 x Rp 120 juta
= Rp. 12.000.000 3. Hitung Harga Jual Bank
Harga Jual Bank = Pembiayaan + waktu x cost recovery +
Margin = Rp. 120 juta + 2 x Rp. 4.800.000 + Rp
12 juta = Rp. 141.600.000
34 4. Hitung Angsuran Pembiayaan
Angsuran Pembiayaan = Rp. 141.600.00024 bulan
= Rp. 5.900.000 5. Hitung Margin dalam persentase
Hitung Margin dalam = Cost Recovery + Margin Harga beli barang
= [2 x Rp.4.800.000 + Rp. 12 juta Rp.150.000.000] x 100 = 14,4 = 0,6
2.5 Teori Perilaku Masyarakat sebagai Konsumen