Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh upah atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara kontiniu dalam seminggu. Termasuk dalam batas ini pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam satu usaha kegiatan ekonomi. Penganggur ialah orang yang tidak mempunyai pekerjaan. Lengkapnya, orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan. Penganggur inilah oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka.

2.2.1 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayar upah tertentu sebagai imbalannya. Pemberi kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat, atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. Persediaan tenaga kerja ialah jumlah orang yang tersedia, mampu dan bersedia untuk melakukan pekerjaan. Dalam pengertian inipun faktor upah tidak ikut dipertimbangkan. Sedangkan dalam penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan factor upah. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu, atau menawarkan tenaga kerjanya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupa setiap waktunya. Misalkan dengan menggunakan teknologi tertentu, seorang pengusaha mungkin membutuhkan 500 orang tenaga. Akan tetapi karena upah yang dituntut terlalu tinggi, mungkin ia hanya mampu mempekerjakan atau meminta 400 orang saja, sedangkan yang lainnya ditunda dahulu atau dibatalkan. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kerja merupakan permintaan potensial Suroto, 1992:21-22. Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja demand for labor dan penawaran tenaga kerja supply of labor, pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa, a lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja adanya excess supply of labor dan b lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja adanya excess demand for labor. Excess SL W SL W SL We W 2 E DL DL Ne N N 3 N 4 N i ii W SL W 2 Excess DL DL N 3 N 4 N iii Gambar 2.1 Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Keterangan: SL = Penawaran tenaga kerja supply of labor DL = Permintaan tenaga kerja W = Upah riil N = Jumlah tenaga kerja Penjelasan gambar: 1. Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Titik keseimbangan dengan demikian adalah titik E. Di sini tidak ada excess supply of labor maupun excess demand for labor. Pada tingkat upah keseimbangan We maka semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak ada orang yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We tersebut. 2. Pada gambar kedua terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah W 1 penawaran tenaga kerja SL lebih besar daripada permintaan tenaga kerja DL. Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya untuk bekerja adalah sebanyak N 2 sedangkan yang diminta hanya N 1. Dengan demikian ada orang yang menganggur pada tingkat upah W 1 ini sebanyak N 1 N 2. 3. Pada gambar ketiga terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat upah W 2 permintaan akan tenaga kerja DL lebih besar daripada penawaran tenaga kerja SL. Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja pada tingkat upah W 2 adalah sebanyak N 3 orang, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N 4. Subri, 2003 : 54-56 Terdapat beberapa teori yang membahas mengenai tenaga kerja, diantaranya :

a. Teori Adam Smith 1729 – 1790