Kerangka Teori Konsep dan Teori

14

1.4.2 Kerangka Teori

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995:1041, teori merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai sesuatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa, kejadian dan sebagainya. Teori bisa muncul dari analisis hubungan fakta yang satu dengan fakta lain pada sekumpulan fakta-fakta 7 Teori digunakan sebagai patokan untuk melakukan kerja penelitian. Tujuannya agar pembahasan tentang penelitain tersebut tidak melebar. Teori merupakan analisis kuat tentang suatu fakta. Hal ini dikarenakan adanya simpulan para ahli ataupun peneliti tentang kumpulan dari beberapa peristiwa. Suwardi 2006:107 mengatakan, teori harus dibangun secara terstruktur, sejalan dengan apasaja yang mungkin akan digunakan. . Pada tulisan ini, yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas adalah pola melodi pada chant. Teori yang tepat untuk menganalisis struktur musik pada chant adalah teori deskripsi musik description of musical compositions yang dikemukakan oleh Bruno Nettl 1964:1450-1550. Dalam teorinya terdapat hal yang perlu diperhatikan, diantaranya 1 tonalitas, 2 ritme, 3 bentuk, 4 tempo, dan 5 kontur melodi. Penulis juga menggunakan metode transkripsi untuk membantu proses analisa struktur melodi pada chant. Transkripsi adalah proses menotasikan bunyi yang terdengar ke dalam bentuk simbol. Chant tidak lepas dari teks. Untuk menganalisa makna-makna teks dalam chant, penulis menggunakan teori semiotik, yaitu sebuah teori yang berbicara tentang lambang yang dikomunikasikan. Dalam bahasa Yunani, istilah semiotik disebut dengan semeion. Ferdinand de Saussure perintis 7 wikipedia.com: Merriam-Webster Dictionary 15 semiotika dan ahli bahasa mengatakan, semiotik adalah the study of “the life of signs within society”. Semiotik juga disebut studi semiotik dan dalam tradisi Saussurean disebut semiologi adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda semiosis, indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi. Semiotika berkaitan erat dengan bidang linguistik, yang untuk sebagian, mempelajari struktur dan makna bahasa yang lebih spesifik. Namun, berbeda dari linguistik, semiotika juga mempelajari sistem-sistem tanda non-linguistik. Semiotika sering dibagi menjadi tiga cabang: a Semantik: hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat; denotata mereka, atau makna; b Sintaksis: hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal; dan c Pragmatik: hubungan antara tanda dan tanda-menggunakan agen. Semiotik sering dipandang memiliki dimensi antropologis penting; misalnya, Umberto Eco mengusulkan bahwa setiap fenomena budaya dapat dipelajari sebagai komunikasi. Namun, beberapa ahli semiotik fokus pada dimensi logis dari ilmu pengetahuan. Mereka juga menguji area untuk ilmu kehidupan— seperti bagaimana membuat prediksi tentang organisme, dan beradaptasi. Secara umum, teori-teori semiotik mengambil tanda-tanda atau sistem tanda sebagai objek studi mereka: komunikasi informasi dalam organisme hidup tercakup dalam biosemiotik termasuk zoosemiotik. Sintaksis adalah cabang dari semiotik yang berhubungan dengan sifat- sifat formal tanda dan simbol. Lebih tepatnya, sintaksis berkaitan dengan 16 aturan yang mengatur bagaimana kata-kata digabungkan untuk membentuk frasa dan kalimat. Charles Morris menambahkan bahwa semantik berkaitan dengan hubungan tanda-tanda untuk designata mereka dan benda-benda yang memungkinkan atau menunjukkan; dan, penawaran pragmatik dengan aspek biotik dari semiosis, yaitu dengan semua fenomena psikologis, biologis, dan sosiologis yang terjadi dalam fungsi tanda-tanda. Semiotik secara harfiah dapat diartikan dengan studi dari tanda-tanda kehidupan dalam masyarakat. Selain itu Halliday berteori pendekatan semiotik sosial social semiotics, menyatakan bahwa bahasa adalah sistem arti dan sistem lain yaitu sistem bentuk dan ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut. Berdasarkan hal ini, kedua teori tersebut akan mengarahkan penulis untuk menganalisis makna tersurat dan tersirat pada chant. Dalam ilmu bahasa, terjadi pengembangan teori semiotik, yang kemudian disebut dengan teori Linguistik Sistemik Fungsional disingkat LSF. Teori ini mencoba dua pendekatan utama dalam konteks memaknai perilaku manusia, terutama perilaku dalam berbahasa, yaitu struktural dan fungsional. Kemudian dalam perkembangan belakangan ini, dalam ilmu bahasa teori LSF ini banyak digunakan dalam mengkaji bahasa-bahasa di seluruh dunia, baik yang sifatnya partikular maupun universal. Teori Linguistik Sistemik Fungsional LSF dalam sejarah ilmu bahasa dikenalkan awal kalinya oleh Halliday. Menurut teori LSF ini, linguistik berperan di dalam menganalisis teks dengan tujuan untuk membedakan makna dalam konteks paradigma dan makna dalam mkonteks sistematika Halliday, 1985:xxviii. Konteks paradigma berfungsi sebagai 17 sistem, sementara konteks sistematika dikenal dengan struktur bahasa. Manusia dapat menginterpretasikan hubungan secara paradigma dengan sistem. Teori pendekatan semiotik sosial yang dikenalkan oleh Halliaday tahun 1985 memandang bahasa sebagai sistem arti dan sistem lain, yaitu sistem bentuk dan ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut. Sistem semiotik sosial adalah sistem makna yang direlaisasikan melalui sistem linguistik. Sementara sistem semiotik linguitik adalah semantik, yaitu sebagai suatu bentuk realisasi dari semiotik sosial Sinar, 2010:28. Selanjutnya menurut Sinar 2010:17 LSF juga menjelaskan bahasa terdiri dari tiga strata yaikni: strata fonologi yang membicarakan bunyi bahasa; leksikogramatika yang membicarakan konstruksi pembentukan klausa; dan semantik yang menyangkut penyatuan klausa menjadi wacana yang bermakna. LSF berpandangan bahwa bahasa adalah sistem semiotik sosial, yang keberhasilan menganalisis wacana dan teks tergantung kepada konteks sosial yang dihubungkan dengan konteks situasi, budaya, dan ideologi. Sistem semiotik sosial adalah sistem makna yang direalisasikan melalui sistem linguistik. Sistem semiotik linguistik adalah semantik, yaitu sebagai suatu bentuk realisasi dari semiotik sosial. Konsep semiotik sosial adalah bahwa hubungan setiap manusia dengan lingkungan manusia penuh dengan arti. Kemudian arti-arti tersebut dipelajari melalui interaksi seorang dengan orang lain yang melibatkan lingkungan arti tersebut Sinar, 2011:21. Maka setiap manusia atau indovidu selalu melakukan interaksi satu dengan yang lainnya, dan apa yang dihasilkan tersebut akan memberikan makna sendiri. 18 Bahasa adalah semiotik sosial dengan pengertian bahwa petanda dan penanda dalam bahasa ditentukan oleh masyarakat pemakai bahasa tersebut. Makna yang dibuat dalam suatu bahasa merupakan kesepakatan atau konvensi antar manusia sebagai anggota masyarakatnya. Demikian juga realisasi arti ke dalam penanda ditentukan oleh aturan masyarakat. Dengan kata lain petanda dan penanda dalam bahasa ditentukan oleh masyarakat pemakai bahasa melalui evolusi bahasa, budaya, dan peradaban manusia. Nilai atau hikmah dalam budaya manusia telah menyatu dalam bahasa. Hal ini menegaskan dan menguatkan bahwa bahasa adalah semiotik sosial. Pada prinsipnya masyarakat diatur oleh berbagai sistem, salah satunya semiotik sebagai teori tentang tanda. Maka dengan demikian masyarakat dapat dikatakan berdimensi semiotik. Masyarakat yang berwujud manusia dikelilingi oleh tanda, diatur oleh tanda, ditentukan oleh tanda, bahkan dipengaruhi oleh tanda, sehingga dengan demikian terdapat kelompok semiotik dalam masyarakat. Misalnya kelompok pedagang yang diatur oleh tanda-tanda tertentu yang berlaku dalam kelompok mereka sendiri dan secara bersama- sama dengan kelompok lain membentuk semiotik sosial. 19 Bagan 1: Representasi Skematis Bahasa sebagai Semiotik Sosial Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan masing-masing elemen sesuai dengan peran masing-masing sebagai berikut. Konsep teks adalah semua kegiatan yang sifatnya linguistik atau kebahasaan baik bentuk ujaran maupun tulisan, dalam konteks operasional dapat dibedakan berdasarkan konteks situasi seperti yang terdapat dalam kamus. Teks merupakan bagian paling penting dari proses semantik. Itu berarti dapat dikatakan bahwa teks dapat merupakan pilihan pada waktu yang bersamaan, dengan kata lain teks dapat didefinisikan sebagai perwujudan dari maksud atau arti apa yang kita maksud. Konteks sosial merupakan peran masyarakat dalam melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini akan dijelaskan keterkaitan 20 konteks sosial dengan konteks situasi. Di mana konsep teks yang disampaikan itu berupa teks lisan yang mana setiap kata atau kalimat yang disampaikan mengandung makna tersendiri. Dari konteks sosial maka akan muncul pemaknaan terhadap teks berdasarkan kepada konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi adalah lingkungan yang mana di dalamnya ada teks yang berperan terhadap hidup. Ini merupakan konsep yang telah ditetapkan dalam linguistik. Konteks situasi tidak hanya diinterpretasikan dalam istilah kongkrit sebagai sebuah laporan singkat tentang audiovisual melainkan lebih jauh lagi, sebuah representasi dari lingkungan tertentu memiliki hubungan yang relevan dengan teks. Konteks sosial merupakan salah satu jenis situasi situation type. Struktur semiotik yang merupakan sebuah jenis situasi mempunyau tiga dimensi, yaitu aktivitas sosial yang sedang berlangsung on going social activity, peran hubungan the role relationship involved, dan sarana simbolik atau retorik the symbolic yang merujuk pada medan field, sarana mode, dan pelibat tenor. Sementara Sinar 2010:24 mengatakan dalam konteks situasi terdapat tiga variabel sebagai penentu faktor siatuasi yakni: 1 medan, 2 sarana, dan 3 pelibat. Medan dapat diartikan sebagai membicarakan kegiatan berinteraksi yang mempunyai dua dimensi yakni apa yang dibicarakan dan untuk apa dibicarakan, pelibat merujuk kepada siapa yang dibicarakan atau siapa yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, dan sarana adalah bagaimana pembicaraan itu dilakukan. Dalam mengkaji proses pertunjukan chant, penulis menggunakan teori sosiologi dan semiotik sosial. Teori ini berpendapat bahwa emosi yang ada 21 dalam manusia bisa berpindah dikarenakan rasa kebersamaan. Sebagai contoh, ketikadalam konser para penonton ikut bernyanyi bersama dengan orang maupun kelompok orang yang sedang bernyanyi di atas panggung.

1.5 Metode Penelitian