Struktur dan Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE

secara riill, karena PDRB perkapita tersebut masih terkandung inflasi yang mempengaruhi daya beli masyarakat di wilayah yang bersangkutan. Tingkat daya beli dari masyarakat belum mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini tercermin dari peningkatan indikator paritas daya beli PPP di Kabupaten Garut pada dua tahun terakhir. Berdasarkan perhitungan, Paritas Daya Beli di Kabupaten Garut pada tahun 2005 hanya mencapai Rp 548.000 per kapita, atau hanya mengalami peningkatan 0,37 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 546.000,00.

c. Struktur dan Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE

Struktur perekonomian Kabupaten Garut pada tahun 2003, 2004 dan 2005 masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu masing- masing sebesar 51,60, 52,46 dan 52,16, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran masing-masing sebesar 25,00, 24,55 dan 24,68. Sedangkan sektor-sektor lainnya kontribusinya masih di bawah 10. Selain itu, kinerja fiskal selama tahun 2003 hingga 2005 belum memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi pertumbuhan perekonomian. Sebagai pelaksanaan dari konsolidasi fiskal, pendapatan asli daerah PAD tahun 2005 mencapai Rp. 50.318.526.514,00 atau 7,17 dari Pendapatan yang sebesar Rp. 701.732.953.600,00 atau mengalami pertumbuhan 24,10 dibanding realisasi tahun 2004 sebesar Rp. 40.545.879.655,67. Laju pertumbuhan ekonomi LPE semua sektor dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan positif meskipun dengan angka pertumbuhan yang kurang signifikan. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2001, 2002, 2003, 2004 dan tahun 2005 masing-masing adalah 3,26, 3,96, 2,70, 4,01 dan 4,16. Sejak tahun 2001 tersebut semua sektor mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif, kecuali sektor industri pengolahan yang terus meningkat. 67 bagian 4 Fakta Lapangan – Potensi Pertanian Garut Sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Garut, peran sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan masih merupakan sektor andalan. Hal ini tercermin dari mata pencaharian masyarakat Garut 65 bertumpu pada sektor pertanian serta dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB paling tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu 52,16 tahun 2005. Subsektor ini telah berperan besar dalam pem-bangunan Kabupaten Garut, baik peran langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto PDB, penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan pangan, maupun peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sub-sektor dan sektor lain. Namun demikian kinerja sektor pertanian cenderung menurun akibat kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Pembangunan di masa lalu kurang memperhatikan keunggulan komparatif yang dimiliki. Keunggulan komparatif yang dimiliki belum didayagunakan sehingga belum menjadi keunggulan kompetitif lokal. Gambaran Umum Desa Padaawas Desa Padaawas terletak di Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut. Secara geografis Desa Padaawas memiliki luas tanah sebesar 1250 Ha. Terdiri dari Hutan Lindung 350 Ha, Hutan Produksi 350 Ha, Pemukiman 46 Ha, dan tanah pertanian seluas 504 Ha. Secara geografis, di sebelah barat Desa Padaawas berbatasan dengan Kabupaten Bandung; sebelah Timur dengan Desa Pasirwangi; sebelah Utara: dengan Desa Barusari, dan sebelah Selatan dengan Desa Karyamekar. Dengan ketinggian 700 m di atas permukaan laut dan bertopografi dataran tinggi yang rendah. Desa Padaawas cukup 3 banyak mendapatkan curan hujan yaitu 1500 mm . 68 Kesejahteraan Petani, Siapa Peduli ? Orbitasi Desa Padaawas terhadap kota relatif dekat. Untuk jarak tempuh ke kota kecamatan dari Desa Padaawas sejauh 3 km. Jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten Garut 10 km dari pusat Desa Padaawas. Dari tingkat orbitasi desa yang relatif dekat ke pusat kota, penduduk Desa Padaawas relatif mobile artinya tingkat keluar masuk masyarakat untuk pergi ke pusat kota sering dilakukan oleh masyarakat Desa Padaawas. Jumlah penduduk Desa Padaawas tahun 2007 adalah sebanyak 6303 Orang. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, seperti dapat terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk Desa Padaawas Kabupaten Garut Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar 87 penduduk desa Padaawas mengandalkan penghasilannya dari bidang pertanian. Namun setengah dari petani hanya merupakan buruh tani saja. Ini menggambarkan rendahnya pemilikan tanah pertanian oleh penduduk setempat. Secara rinci peta kepemilikan lahan pertanian di desa dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 69 bagian 4 Fakta Lapangan – MATA PENCAHARIAN JUMLAH ORANG PERSENTASE Petani Buruh Tani Buruh Migran PNS Montir Pedagang keliling Jumlah 560 505 37 21 4 98 1225 45,71 41,22 3,02 1,71 3,27 8 100 Tabel 4.3 Pemilikan Tanah Kondisi Geografis Subang Kabupaten Subang terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat, dengan letak geografis antara 107” 31 - 107” 54 bujur timur dan 6” 1 - 6” 49 lintang selatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Subang, batas wilayah administratif Kabupaten Subang adalah sebelah utara dengan laut Jawa, sebelah selatan dengan Kabupaten Bandung, sebelah timur dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Indramayu, serta sebelah barat dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang. Luas wilayah Kabupaten Subang mencakup 205.176 ha atau 4,64 dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan topografinya, secara umum Kabupaten Subang terbagi atas 3 tiga zona morfologi, yaitu kawasan pegunungan, kawasan pedataran, dan kawasan pantai. Suhu rata-rata di Kabupaten Subang bervariasi. Di kawasan pegunungan suhu rata-rata berkisar O O O O antara 21 -27 C, dan di kawasan pantai berkisar antara 30 -33 C, dengan kelembaban antara 72 - 91. Adapun curah hujan rata-rata mencapai 1.600 mm - 3000 mmtahun, dengan rata-rata lama 70 LUAS TANAH Ha JUMLAH ORANG PERSENTASE Tidak Memiliki tanah Memiliki Tanah : 0,01 – 0,2 Memiliki Tanah : 0,21 – 0,3 Memiliki Tanah : 0,31 – 0,4 Memiliki Tanah : 0,41 – 0,5 Memiliki Tanah : 0,51 – 0,6 Memilki Tanah : 0,61 – 0,7 Memiliki Tanah : 0,71 – 0,8 Memiliki Tanah : 0,81 – 0,9 Jumlah 500 181 97 71 83 91 61 54 173 1271 39,33 14,24 7,63 5,59 6,5 7,16 4,8 1,1 13,6 100 Kesejahteraan Petani, Siapa Peduli ? kemarau 4 bulan. Berdasarkan faktor-faktor di atas, tata guna lahan di Kabupaten Subang terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.4. Komposisi Penggunaan Lahan di Kabupaten Subang Kondisi Demografis Subang Penduduk Kabupaten Subang menurut hasil Sensus Penduduk Tahun 2003 adalah 1,3 juta jiwa lebih. Tahun 2004 jumlah penduduk meningkat menjadi 1,34 juta jiwa lebih, dan tahun 2005 menjadi 1,35 juta jiwa lebih. Namun demikian, laju pertumbuhan penduduk per tahun cenderung menurun dari periode 1990-2000 sebesar 1,25 menjadi 0,98 pada periode 2000-2005. Penyebaran penduduk di tingkat kecamatan masih menunjukkan distribusi yang belum berimbang. Kecamatan Subang, Kalijati, Pagaden, Binong, Ciasem, dan Pamanukan merupakan wilayah yang termasuk padat penduduknya. Sejalan dengan perkembangan di atas, terjadi pula peningkatan usia kerja, angkatan kerja, dan partisipasi angkatan kerja yang memerlukan dukungan kualitas pendidikan. Masyarakat Kabupaten Subang terdiri atas beberapa suku dengan mayoritas suku Sunda. Umumnya, suku lain yang berdomisili 71 bagian 4 Fakta Lapangan – NO. PEMANFAATAN RUANG LUAS Ha 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Persawahan Perkebunan Hutan Rakyat Hutan Negara Kolam Tambak Tegalan Permukiman Lain-lain 84.691 20.955 8.096 33.637 574 6.428 25.477 24.734 584 41,28 10,21 3,94 16,39 0,27 3,13 12,42 12,05 0,28 JUMLAH 205.176 100,00 di Kabupaten Subang merupakan pendatang yang sebagian di antaranya sudah bermukim selama beberapa generasi. Khusus untuk daerah pedataran dan pantai, subkultur dari masyarakat merupakan akulturasi dari budaya Sunda dan Jawa. Hal ini dikarenakan arus mobilitas penduduk yang sudah berlangsung lama. Dalam hal ragam bahasapun, kawasan ini cenderung lebih banyak menggunakan ragam bahasa Cirebon. Tingkat pendidikan masyarakat saat ini menunjukkan kondisi yang semakin membaik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan angka partisipasi sekolah serta dukungan saranaprasarana mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Potensi Ekonomi Subang Kabupaten Subang selama beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata sekitar 4,37 pertahun, mendekati rata-rata Jawa Barat yang mencapai sekitar 4,6 pertahun. Tahun 2004, Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Subang mencapai 4,54. Demikian juga dengan perkembangan pendapatan per kapita. Tahun 2005, Pendapatan Per kapita Kabupaten Subang mencapai Rp. 3.409.828,00. Pada tahun 2006, Pendapatan Perkapita Kabupaten Subang meningkat menjadi Rp. 4.213.164,00. Dengan demikian, selama tiga tahun terakhir peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Subang mencapai 23,5. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Subang pada tahun 2004 mencapai Rp. 5.188.419.000.000,00, sedangkan pada tahun 2005 mencapai Rp. 3.518.248.000.000,00. Demikian pula dengan PDRB Perkapita yang menunjukkan perkembangan signifikan. Pada tahun 2004, PDRB Perkapita Kabupaten Subang mencapai Rp. 530.060,00, sedangkan tahun 2005 mencapai Rp 549.230,00. Sementara itu, perkembangan tingkat inflasi Kabupaten Subang dapat dikendalikan. Tahun 2003 angka inflasi mencapai 10,86, dan dapat ditekan hingga 9,67 pada tahun 2004. Tahun 2005, angka dan dapat ditekan hingga 9,67. Tahun 2006, angka inflasi ini 72 Kesejahteraan Petani, Siapa Peduli ? naik menjadi 10,11. Stabilnya angka inflasi ini mengindikasikan bahwa harga-harga barang konsumsi masih berada dalam tahap wajar. Perkembangan indikator angka inflasi ini disebabkan antara lain oleh lancarnya arus lalu lintas barang antar daerah, sehingga per- kembangan daerah tumbuh dan berkembang pesat tanpa menimbulkan gejolak sosial ekonomi yang berarti. Gambaran Umum Desa Cibalandong Jaya Desa Cibalandong Jaya terletak di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. Desa Cibalandong Jaya memiliki tanah seluas 967,164 Ha; merupakan hasil pemekaran dari Desa Cimenteng pada tahun 2006 yang terbagi menjadi Desa Cibalandong Jaya dan Desa Cimenteng. Batas-batas geografis Desa Cibalandong Jaya sesuai dengan data administratif hasil pemekaran di sebelah utara adalah Desa Sada Warna, di sebelah selatan Desa Cimenteng, di sebelah barat Wanareja, dan sebelah timur Desa SurianKabupaten Sumedang. Dengan ketinggian 900 m di atas permukaan laut dan bertopografi dataran tinggi yg rendah dengan cukup banyak mendapatkan curah hujan 3 sebanyak 2250 mm . Orbitasi Desa Cibalandong Jaya terhadap kota relatif jauh. Jarak tempuh ke kota kecamatan dari Desa Cibalandong Jaya sejauh 21 km. Jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten Subang 14 km dari pusat Desa Cibalandong Jaya. Akses jalan menuju ke desa hanya 1 dengan infrastruktur jalan yang buruk. Jarak yang jauh disertai dengan kondisi jalan buruk menyebabkan waktu tempuh dari desa ke luar desa menjadi bertambah lama. Jumlah penduduk Desa Cibalandong Jaya berdasarkan sensus penduduk 2006 tercatat sebanyak 1704 orang. Dari jumlah tersebut 48,9 nya atau 850 orang adalah perempuan. Dengan jumlah Kepala Keluarga 567 orang Desa Cibalandong Jaya memiliki rata-rata jumlah 73 bagian 4 Fakta Lapangan – keluarga 4 orang per-kepala keluarga. Seluruh penduduknya beragama Islam. Jumlah penduduk menurut lulusan pendidikan di Desa Cibalandong Jaya pada kategori Pendidikan Umum terbanyak pada lulusan SD yaitu orang atau dari seluruh penduduk desa Cibalandong Jaya. Selengkapnya adalah lulusan SD orang, lulusan SLTP orang, lulusan SLTA orang, lulusan Akademi D I – D3 orang dan lulusan S-1 sebanyak Orang. Pada kategori Lulusan Pendidikan Khusus, lulusan Pondok Pesantren sebanyak orang, lulusan Madrasah sebanyak orang, lulusan Pendidikan Keagamaan orang, lulusan SLB 2 orang, dan lulusan Kursus Keterampilan orang. Mata pencaharian terbanyak penduduknya adalah sebagai petani, baik petani pemilik maupun petani penggarap. Karyawan PNSTNIPOLRI orang dan Pegawai Swasta orang. Untuk kategori wiraswastadagang sebanyak orang, petani pemilik orang, petani penggarap buruh tani orang, Pengrajin orang, Peternak orang dan pensiunan orang. Secara administratif, Desa Cibalandong Jaya memiliki perangkat desa yang lengkap yaitu terdiri dari Sekertaris dan Kaur sebayak 6 orang, kadus 2 orang dan orang staf. Jumlah RW di Desa Cibalandong Jaya adalah 4 dengan jumlah RT sebanyak 15 RT. Petugas Pelayanan masyarakat yang ada di Desa Cibalandong Jaya sebanyak orang yang terdiri dari pelayanan kependudukan sebanyak orang dan pelayanan legalisi sebanyak orang. Jumlah pos kamling sebanyak buah dengan jumlah peronda kampung sebanyak orang. Penerimaan anggaran pembangunan Desa Cibalandong Jaya selama tahun sebesar Rp ,-. Penerimaan tersebut bersumber dari : tanah kas desa sebesar Rp ,-; pungutan desa sebesar Rp ,-; swadaya masyarakat sebesar Rp ,-; dan hasil gotong royong sebesar Rp ,-. 1 1 1 15 12 1 5 3 2 90 2002 15.040.000 100.000 2.100.000 10.000.000 2.840.000 1201 70, 48 1201 75 45 4 2 1 13 44 117 530 13 4 7 15 74 Kesejahteraan Petani, Siapa Peduli ? Sarana peribadatan desa Cibalandong Jaya memiliki buah mesjid, serta buah mushola. sarana pembangunan bidang kesehatan yang telah dibangun yaitu unit posyandu yang merupakan kepanjangan dari puskesmas pembantu Desa Cimenteng. Sarana pendidikan yang dimiliki Desa Cibalandong Jaya kurang baik. Jenjang sarana pendidikan paling tinggi yang ada di Desa Cibalandong Jaya adalah SD. Desa Cibalandong Jaya memiliki unit gedung SD dengan orang guru dan murid. Pembangunan prasarana perhubungan di Desa Cibalandong Jaya sampai dengan tahun adalah jalan dusun sepanjang km, jalan desa km, dan prasarana jembatan sebanyak buah. Desa Cibalandong Jaya memiliki saluran irigasi sebanyak buah dengan panjang m. Dari irigasi tersebut mampu mengairi lahan pertanian hampir lebih dari seluruh luas lahan pertanian. Dari hasil proyek irigasi tersebut, dari lahan pertanian padi seluas Ha mampu menghasilkan ton setiap kali panen. Sedangkan lahan pertanian jagung, dari luas Ha mampu menghasilkan ton setiap kali panen. Desa Cibalandong Jaya mampu menghasilkan produksi buah- buahan berupa salak ton per tahun dari lahan seluas Ha, pisang ton per tahun dari Ha lahan, pepaya ton pisang dari luas lahan Ha, dan Durian ton dari luas lahan Ha. Desa memiliki taman mencapai luas Ha yang terbagi menjadi jalur hijau seluas Ha dan taman seluas Ha. Desa Cibalandong Jaya memiliki hutan seluas Ha. Perikanan darat yg dimiliki Desa Cibalandong Jaya seluas 30 Ha. Di bidang kemasyarakatan, Desa Cibalandong Jaya memiliki kelompok-kelompok masyarakat yang secara formal terorganisir dengan baik. Majelis talim memiliki kelompok yang terdiri anggota dan remaja mesjid memiliki 4 kelomppok remaja mesjid. Desa Cibalandong Jaya memiliki tanah Desa seluas Ha, diantaranya berupa tanah bengkok Ha. Sertifikat Hak Guna Bangunan Ha, Sertifikat Hak Pakai Ha. 6 6 1 217 2002 4 2 4 2 500 90 70 600 53 300 2 1 20 5 1 0.5 0.5 0.4 13 5 8 5 4 150 285 0.21 1.125 0.21 2 10 75 bagian 4 Fakta Lapangan – Peruntukan lahan pertanahan di Desa Cibalandong Jaya terdiri dari : sekitar , peruntukan jalan sepanjang km, peruntukan sawah ladang seluas Ha. Dan selebihnya digunakan untuk bangunan umum seluas Ha, pemukiman seluas Ha, jalur hijau seluas Ha, dan pekuburan seluas 1 Ha. Penggunaan lahan pertanahan di Desa Cibalandong Jaya untuk perkantoran seluas 0, Ha, tanah wakaf seluas Ha. Penggunaan untuk tanah persawahan dapat diklasifikasikan menjadi: irigasi teknis seluas Ha, irigasi ½ teknis Ha. penggunaan tanah kering dapat golongkan menjadi pekarangan seluas Ha dan peladangan seluas Ha. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, peneliti melaku- kan pengujian validitas dan realibilitas instrumen penelitian. Adapun hasil uji validitas terhadap variabel-variabel konten kebijakan, konteks implementasi, struktur penguasaan dan pemilikan lahan serta kesejahteraan petani dapat dilihat dalam tabel 4.5 di bawah ini : Tabel 4.5 Hasil Analisis Validitas Item Variabel Konten Kebijakan X 1 13 6 123 0.01 16 50 1 0,25 70 27 8 30 76 ITEM PERTANYAAN NILAI CORRECTED ITEM-TOTAL CORRELATION NILAI r KRITIS KETERANGAN Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 0.316 0.678 0.530 0.416 0.490 0.478 0.571 0.527 0.571 0.403 0.491 0.569 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Kesejahteraan Petani, Siapa Peduli ? Sedangkan hasil uji validitas variabel Konteks Implementasi secara komprehensif dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut ini: Tabel 4.6. Hasil Analisis Validitas............... 77 bagian 4 Fakta Lapangan – ITEM PERTANYAAN NILAI CORRECTED ITEM-TOTAL CORRELATION NILAI r KRITIS KETERANGAN Item 13 Item 14 Item 15 Item 16 Item 17 Item 18 Item 19 Item 20 Item 21 Item 22 Item 23 Item 24 Item 25 Item 26 Item 27 Item 28 Item 29 Item 30 Item 31 Item 32 Item 33 Item 34 Item 35 0.423 0.456 0.681 0.563 0.732 0.394 0.427 0.575 0.454 0.432 0.490 0.644 0.368 0.557 0.573 0.385 0.641 0.577 0.605 0.449 0.412 0.415 0.411 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Tabel 4.6. Hasil Analisis Validitas Item Variabel Konteks Implementasi X 2 Hasil uji validitas variabel Struktur Penguasaan secara komprehensif dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.7. Hasil Analisis Validitas Item Variabel Struktur Penguasaan Y 78 ITEM PERTANYAAN NILAI CORRECTED ITEM-TOTAL CORRELATION NILAI r KRITIS KETERANGAN Item 36 Item 37 Item 38 Item 39 Item 40 Item 41 Item 42 Item 43 Item 44 Item 45 Item 46 Item 47 Item 48 0.711 0.687 0.748 0.301 0.367 0.696 0.472 0.683 0.594 0.347 0.730 0.733 0.481 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid ITEM PERTANYAAN NILAI CORRECTED ITEM-TOTAL CORRELATION NILAI r KRITIS KETERANGAN Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 0.404 0.401 0.744 0.630 0.365 0.313 0.565 0.651 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Kesejahteraan Petani, Siapa Peduli ? Hasil uji validitas variabel kesejahteraan petani secara komprehensif dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8. Hasil Analisis Validitas Item Variabel Kesejahteraan Petani Z Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan pada variabel Konten Kebijakan, Konteks Implementasi, Struktur Penguasaan dan pemilikan lahan serta Kesejahteraan Petani lebih besar dari 0.300 sehingga dapat dikatakan untuk item-item dalam variabel Konten Kebijakan, Konteks Implementasi, Struktur Penguasaan dan Kesejahteraan Petani cukup valid. Artinya bahwa instrumen penelitian tersebut sudah sesuai dengan masalah penelitian peneliti. Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap instrument penelitian. Adapun hasil uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.9 berikut ini: 79 bagian 4 Fakta Lapangan – ITEM PERTANYAAN NILAI CORRECTED ITEM-TOTAL CORRELATION NILAI r KRITIS KETERANGAN Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 0.655 0.526 0.498 0.543 0.630 0.388 0.525 0.667 0.429 0.615 0.581 0.711 0.688 0.548 0.670 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Baik Valid Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrument Variabel X , X ,Y dan Z 1 2 Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas di atas, maka seluruh variabel dinyatakan reliable. Hal ini didasarkan pada ketentuan dimana hasil hitung keempat variabel tersebut melebihi batas minimum 0.50. Sedangkan Menurut Sekaran 2000:329 instrument r yang 1 korelasinya 0.60–0.80 reliabilitasnya dinyatakan cukup, sedangkan di atas 0.80 reliabilitasnya dinyatakan baik. Pengaruh Impelementasi Kebijakan Pertanahan terhadap Struktur Penguasaan Tanah Serta Dampaknya terhadap Kesejahteraan Petani Untuk menguji hipotesis yang diajukan dilakukan analisis jalur untuk variabel-variabel penelitian. Analisis variabel-variabel tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel penelitian yang diajukan mempunyai pengaruh terhadap variabel lain dan mengukur seberapa besar pengaruhnya baik pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung. Setiap variabel yang disusun dalam struktur keterkaitan mempresentasikan hal-hal sebagai berikut : 1. X = Mempresentasikan Variabel Isi Kebijakan 1 2. X = Mempresentasikan Variabel Konteks Implementasi 2 Kebijakan 3. Y = Mempresentasikan Variabel Struktur Penguasaan Tanah 4. Z = Mempresentasikan Variabel Kesejahteraan Petani 80 VARIABEL NILAI CORRECTED ITEM-TOTAL CORRELATION NILAI KRITIS KETERANGAN Konten Kebijakan X 1 Konteks Impelementasi X 2 Struktur Penguasaan Tanah Y Kesejahteraan Petani Z 0.943 0.908 0.765 0.894 0.700 0.700 0.700 0.700 Reliable Reliable Reliable Reliable Kesejahteraan Petani, Siapa Peduli ? Dalam struktur yang telah didefinisikan besarnya nilai koefisien jalur adalah sebagai berikut : Gambar 4.2. Nilai Loading Model Struktural Gambar 4.3. Nilai t-value Model Struktural 81 bagian 4 Fakta Lapangan – X 11 X 12 X 13 X 14 Y 1 Y 2 Z 2 Z 3 Z 1 X 15 X 16 X 21 X 22 X 23 X 1 Y Z X 2 6.96 7.29 16.43 9.31 41.36 6.67 10.01 17.58 21.47 12.53 2.111 2 R = 0.606 17.03 8.86 6.99 3.466 29.71 3.57 2 R = 0.525 1 2 R = 0.170 2 3.882 X 11 X 12 X 13 X 14 Y 1 Y 2 Z 2 Z 3 Z 1 X 15 X 16 X 21 X 22 X 23 X 1 Y Z X 2 0.67 0.63 0.73 0.73 0.89 0.68 0.66 0.79 0.83 0.77 0.30 2 R = 0.606 0.475 0.830 0.90 0.78 0.69 0.46 0.93 0.57 V 1 V 2 2 R 1 = 0.525 2 R 2 = 0.170 0.41 Analisis Model Pengukuran Tahap awal sebelum melakukan analisis lebih jauh mengenai keterkaitan antara variabel penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan analisis pengukuran terhadap dimensi-dimensi yang dijadikan dasar untuk mengukur konstruk dalam penelitian ini. Analisis model pengukuran ini secara lebih spesifik adalah analisis untuk mengetahui apakah dimensi-dimensi ini mampu merefleksikan konstruk secara valid dan reliable. Analisis model pengukuran ini menggunakan konsep-konsep analisis faktor konfirmatori dimana suatu dimensi dinyatakan valid dan reliable dalam merefleksikan konstruknya jika memiliki nilai loading lebih besar dari 0.3 dan alpha Cronbachs juga lebih besar dari 0.3. Analisis untuk masing-masing konstruk atau variabel penelitian dijelaskan di bawah ini :

1. Analisis Pengukuran Variabel Isi Kebijakan X