pendidikan seseorang tinggi maka seseorang akan mudah untuk memahami suatu informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan
tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini tentang adanya pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor.
2. Komponen afektif dibentuk oleh perasaan terhadap objek. Komponen ini
berkaitan dengan aspek emosional dari masyarakat Surabaya tentang pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor. Misalnya, seperti perasaan suka
atau tidak suka terhadap pemberitaan tersebut. 3.
Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan masyarakat memberikan respon positif, netral, atau negative tentang pemberitaan Tabung Elpiji Rawan
Bocor. Pada aspek ini seseorang berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Jika pemberitan ini memberi dampak positif maka masyarakat akan
memanfaatkan pemberitaan tabung elpiji rawan bocor ini. Jika respon yang diterima positif maka masyarakat mendukung serta memanfaatkan
pemberitaan tersebut. Namun, bila masyarakat bersikap negatif maka kecenderungannya akan mengkritik adanya pemberitaan tersebut. Sedangkan
sikap netral akan muncul jika masyarakat benar-benar memanfaatkan adanya pemberitaan tersebut.
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pembaca surat kabar Jawa Pos pengguna elpiji 3 kilogram yang berumur 17 tahun – 40 tahun yang tinggal di Surabaya
memiliki kartu identitas atau menetap sementara di Surabaya . Adapun jumlah populasi dari jumlah pembaca Jawa Pos di Kota Surabaya berjumlah 350.000
sumber : bagian sirkulasi dan pemasaran Jawa Pos 2010. Alasan mengapa peneliti mengambil Surabaya sebagai lokasi dalam penelitian ini adalah karena pemberitaan
tersebut terjadi di Kota Surabaya. Dipilihnya pembaca Jawa Pos yang berusia 17 tahun – 40 tahun karena pada
usia ini seseorang telah memiliki kematangan kognitif, emosional dan sosial serta periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi, sudah dapat berhubungan
dengan peristiwa-peristiwa hipotesis dan abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret, dapat berfikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian
alternative yang ada.
3.3.2. Sampel
Untuk jumlah sampel sebanyak 100, mengacu pada penjelasan Burhan Bungin 2001, yang mengatakan bahwa agar sampel penelitian bisa mewakili populasi atau
dinilai representative maka besarnya sampel harus dapat dipertanggungjawabkan. Jumlah populasinya yang besar membuat peneliti menggunakan pendekatan populasi
untuk menentukan sampel dengan rumus Yamane. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pembaca surat kabar Jawa Pos
yang berusia 17 tahun – 40 tahun yang tinggal di Surabaya yang membaca
pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor dan pembaca yang telah menggunakan elpiji untuk keperluan sehari-hari. Untuk menentukan jumlah keseluruhan dari
penduduk Surabaya yang berusia 17 tahun – 40 tahun dan yang membaca media cetak Jawa Pos, maka untuk mencapai tingkat signifikan yang sama dilakukan perhitungan
proposisi dari populasi yang ada, dengan presisi ± 10 dengan tingkat kepercayaan 90 menurut rumus Yamane Rakhmat, 2007 : 82
Maka sampel dari penelitian dapat diketahui dengan rumus Yamane, yaitu :
n = N Nd² + 1
Keterangan : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi d = derajat ketelitian 0,1 ; tingkat kepercayaan 90 Rakhmat, 2007;82
Menurut bagian sirkulasi dan pemasaran data pembaca Jawa Pos sejumlah 350.000 orang. sumber : database Jawa Pos bulan Juli 2010 baik pelanggan maupun
pembeli eceran 90.558 Dalam penelitian ini digunakan presisi 10 dan tingkat kepercayaan 90, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah :
n
= N Nd²
+ 1
=
350.000
350.0000,1² +1
=
99.97 dibulatkan menjadi 100 responden
Karakteristik pengendali pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Pembaca harian surat kabar Jawa Pos
2. Konsumen Pertamina elpiji 3 kilogram 3. Berusia 17 tahun sampai 40 tahun
3.3.3. Teknik Penarikan Sampel