Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Pensiun

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan signifikan antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah “Ingin mengetahui apakah ada hubungan signifikan antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan”.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan, terkait dengan studi mengenai adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi individu yang berada pada masa pensiun, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai hubungan antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan. b. Bagi pihak terkait yaitu praktisi perkembangan dan orang-orang di sekitar individu yang berada pada masa pensiun, penelitian ini dapat memberikan data deskriptif mengenai hubungan antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan. 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pensiun

1. Definisi Pensiun

Masa pensiun adalah masa dimana seseorang tidak lagi bekerja dan menerima uang tunjangan bulanan, sedangkan pensiunan adalah orang yang berada pada masa pensiun. Pensiun menghadirkan sebuah masa transisi di kehidupan orang dewasa, yaitu perubahan dari bekerja menjadi tidak bekerja. Usia pensiun yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1979 adalah 56 tahun untuk pegawai negeri sipil non edukatif dan 65 tahun untuk karyawan yang memangku jabatan ahli peneliti, guru besar, lektor kepala, serta jabatan-jabatan yang telah ditentukan oleh presiden Harita, 2006. Phyllis Moem dalam Harita, 2006 mengartikan pensiun sebagai periode ketika seorang dewasa diberhentikan dari tanggung jawab pekerjaan. Ini adalah masa-masa perbandingan dimana pensiunan menjadi tidak memiliki peran sama sekali dan memiliki resiko pengalaman sebagai individu yang terisolasi dari lingkungan sosial dan dengan kesehatan yang tidak sempurna. Pensiun dapat dipahami sebagai penghentian seseorang dari tanggung jawab pekerjaan dengan menerima uang tunjangan. Peristiwa pensiun tidak terjadi tanpa melibatkan perubahan-perubahan peran, kondisi kesehatan, status, serta usaha individu dalam menyesuaikan diri pada fase perubahan dari bekerja menjadi tidak bekerja. Parnes dan Nessel dalam Eliana, 2003 mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Batasan yang lebih jelas dan lengkap oleh Corsini dalam Eliana, 2003 mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seseorang digaji. Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan. Berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidup Schawrz dalam Eliana, 2003. Transisi ini meliputi perubahan peran dalam lingkungan sosial, perubahan minat, nilai dan perubahan dalam segenap aspek kehidupan seseorang. Jadi seseorang yang memasuki masa pensiun, bisa merubah arah hidupnya dengan mengerjakan aktivitas lain, tetapi bisa juga tidak mengerjakan aktivitas tertentu lagi. Menurut Eliana 2003, di Indonesia seseorang dapat dikatakan memasuki masa pensiun bila : a Sekurang-kurangnya mencapai usia 50 tahun. b Telah diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri c Memiliki masa kerja untuk pensiun ± 20 tahun. Pada umumnya usia pensiun di Indonesia dimulai pada usia 55 tahun, sedangkan di negara Barat usia pensiun dimulai pada usia 65 tahun. Menurut Eliana 2003 pada usia 65 tahun secara psikologi, perkembangan seseorang memasuki usia manula atau dewasa akhir late adulthood. Keadaan ini cukup berlainan dengan situasi di Indonesia dimana seseorang sudah termasuk pensiun pada tahapan dewasa menengah middle adulthood . Masa dewasa menengah ini masih dapat dikatakan cukup produktif. Meskipun kekuatan fisik maupun kekuatan mental seseorang pada masa ini mulai menurun, namun pada masa inilah seseorang mulai mencapai prestasi puncak baik itu karir, pendidikan dan hubungan interpersonal. Sebagai orang tua, pada umumnya mereka harus bertanggung jawab dalam membesarkan anak-anak yang mulai berangkat remaja, bahkan ada yang sudah berkeluarga. Dapat dipahami bahwa pada masa ini sebetulnya masa yang penuh tantangan khususnya untuk pensiunan di Indonesia. Terlebih jika pensiunan yang masih harus membiayai kuliah anak-anak mereka, padahal dengan status pensiun keadaan keuangan mulai menurun. Eliana 2003 menegaskan bahwa, jika kita meninjau siklus dunia pekerjaan dari sudut psikologi perkembangan maka kita harus peka dengan istilah turning points titik balik ataupun crisis point titik krisis. Masa ini ditandai dengan adanya suatu periode dimana ada saat untuk melakukan proses penyesuaian diri kembali dan juga melakukan proses sosialisasi kembali sejalan dengan tuntutan dari pekerjaan yang baru. Pensiun dapat dikatakan masa titik balik karena masa ini adalah masa peralihan dari seseorang memasuki dewasa akhir atau lansia. Pensiun juga merupakan titik krisis karena terjadi akibat ketidakmampuan seseorang untuk mencari pekerjaan atau merupakan langkah akhir dalam perjalanan karir seseorang. Dari berbagai pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang yang berada pada masa dewasa telah berhenti dari tanggung jawab pekerjaan yang biasa dilakukannya dan menerima uang tunjangan bulanan.

2. Fase-fase Pensiun

Seorang ahli gerontologi, Robert Atchley Santrock, 2002 menggambarkan tujuh fase pensiun yang dilalui oleh orang-orang dewasa, yaitu : a. Fase jauh the remote phase Pada fase jauh, masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa yang jauh. Biasanya fase ini dimulai pada saat seseorang pertama kali mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir ketika orang tersebut mulai mendekati masa pensiun. Hanya sedikit sekali pekerja yang memikirkan atau melakukan sesuatu untuk mempersiapkan fase pensiun. Seiring dengan pertambahan usia mereka yang memungkinkan pensiun, mereka mungkin menyangkal bahwa fase pensiun akan terjadi. b. Fase mendekat the near phase Pada fase mendekat, biasanya seseorang mulai sadar bahwa mereka akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang mulai memberikan program persiapan masa pensiun. Para pekerja pun mulai berpartisipasi didalam program pra-pensiun tersebut. Program ini membantu pekerja memutuskan kapan dan bagaimana mereka seharusnya pensiun, dengan mengakrabkan mereka dengan keuntungan- keuntungan dan dana pensiun yang diharapkan akan dapat mereka terima, atau melibatkan mereka dalam diskusi mengenai isu-isu yang lebih komprehensif, seperti kesehatan fisik dan mental. c. Fase bulan madu the honeymoon phase Fase bulan madu merupakan fase terawal dari fase pensiun. Fase ini biasanya terjadi tidak lama setelah seseorang memasuki masa pensiun. Sesuai dengan istilah honeymoon bulan madu, maka perasaan yang muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan gembira karena bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Mereka dapat melakukan aktivitas yang tidak pernah dilakukan sebelumnya sewaktu masih bekerja dulu, dan dapat menikmati aktivitas-aktivitas waktu luang mereka. Biasanya mereka mulai mencari kegiatan pengganti, seperti mengembangkan hobi. Kegiatan ini pun tergantung pada kesehatan, keuangan, gaya hidup dan situasi keluarga. Lamanya fase ini tergantung pada kemampuan seseorang. Mereka yang selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan gaya hidupnya tidak bertumpu pada pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan kegiatan lain yang juga menyenangkan. Akan tetapi, mereka yang di-PHK, atau pensiun karena mereka marah terhadap pekerjaannya, atau karena sakit, mungkin tidak mengalami aspek-aspek positif dari fase bulan madu ini. d. Fase kekecewaan the disenchantment phase Pada fase ini seseorang mulai menyadari bahwa bayangan mereka saat pra-pensiun tentang fase pensiun ternyata tidak realistik. Setelah melewati fase bulan madu, seseorang seringkali jatuh dalam rutinitas. Jika rutinitas itu menyenangkan, penyesuaian terhadap fase pensiun biasanya sukses. Mereka yang gaya hidupnya tidak berkutat diseputar pekerjaannya sebelum pensiun, lebih mungkin menyesuaikan diri dengan fase pensiun dan dapat mengembangkan rutinitas yang menyenangkan daripada mereka yang tidak mengembangkan aktivitas-aktivitas di waktu luangnya selama tahun-tahun kerjanya. e. Fase re-orientasi reorientation phase Para pensiunan mencatat apa yang masih dimiliki, mengumpulkannya bersama-sama, dan mengembangkan alternatif- alternatif kehidupan yang lebih realistik. Pada fase ini seseorang mulai menjelajahi dan mengevaluasi jenis-jenis gaya hidup yang memungkinkan mereka menikmati kepuasan hidup. f. Fase stabil the stability phase Pada fase ini, seseorang telah memutuskan berdasarkan suatu kriteria tertentu untuk mengevaluasi pilihan-pilihan pada fase pensiun dan bagaimana mereka akan menjalani salah satu pilihan yang telah dibuat. Bagi beberapa orang, fase ini mengikuti fase bulan madu, tetapi bagi lainnya, perubahannya lambat dan lebih sulit. g. Fase akhir the termination phase Pada fase ini, peranan fase pensiun digantikan oleh peran sebagai pesakitan atau peran tergantung, karena seseorang tidak dapat berfungsi secara mandiri lagi dan mencukupi kebutuhannya sendiri. Biasanya pada fase pensiun ini individu mengalami penurunan fungsi kesehatan. Jadi fase-fase pensiun yang akan dialami oleh setiap orang meliputi fase pra-pensiun preretirement phase yang terdiri dari fase jauh the remote phase dan fase mendekat the near phase. Selanjutnya adalah fase pensiun retirement phase yang terdiri dari fase bulanmadu the honeymoon phase , fase kekecewaan the disenchantment phase, fase re-orientasi reorientation phase , fase stabil the stability phase. Fase pasca masa pensiun End of Retirement Role adalah yang terakhir, yang terdiri atas fase akhir the termination phase.

3. Penyebab Pensiun

Menurut Tarigan 2009, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang mengalami pensiun, antara lain: a. Sudah mencapai usia pensiun Tipe pensiun seperti ini dapat dijumpai pada pegawai pemerintah seperti PNS dan TNI, sesuai Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian Republik Indonesia. Seorang pegawai akan pensiun bila umurnya sudah mencapai usia 56 tahun. Secara umum, semua pegawai pemerintah akan pensiun pada umur 56 tahun. Pensiun pegawai pemerintah yang menduduki jabatan esselon dua dan esselon satu dapat diperpanjang sampai usia 60 tahun. Di Departemen Pendidikan, serta Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, masa pensiun pegawai juga bisa mencapai umur 60 tahun, bahkan ada pula yang pensiun pada umur 70 tahun. Di perusahaan swasta, para pegawainya umumnya pensiun pada usia 55 tahun dan ada pula yang mencapai usia 60 tahun sesuai kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. b. Diberhentikan dengan tidak hormat Seseorang juga dapat pensiun dari pekerjaannya karena dipecat atau diberhentikan dengan tidak hormat. Pada umumnya, seseorang akan diberhentikan dengan tidak hormat apabila ia melanggar sumpah jabatan atau peraturan pada tempat ia bekerja, seperti korupsi, membocorkan rahasia, dan tindakan kriminal. Seseorang juga dapat dipecat atau diberhentikan dengan tidak hormat, apabila ia sudah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan. Orang-orang yang ikut terlibat dalam kegiatan penyelewengan ideologi negara atau yang menentang negara dan pemerintah juga dapat dipecat dari pekerjaannya. Orang-orang yang dipecat atau diberhentikan dengan tidak hormat dari pekerjaannya tidak mendapat hak pensiunan. Tentu saja, hal tersebut bisa terjadi pada setiap pegawai dan tidak tergantung umur. c. Pemutusan hubungan kerja PHK Pemutusan hubungan kerja PHK biasanya terjadi dikarenakan sebuah perusahaan sedang jatuh pailit. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mem-PHK pegawainya agar perusahaan tersebut dapat berjalan kembali. Para pekerja yang mendapat PHK akan diberi kompensasi sesuai aturan yang berlaku. d. Pensiun dini Beberapa perusahaan, seperti perusahaan swasta, BUMN, dan BUMD kadang-kadang memberlakukan pensiun dini bagi karyawannya. Mereka diberi pilihan untuk pensiun dini dan diberi kompensasi atau bonus sejumlah uang. Mereka yang pensiun dini pada umumnya belum mencapai usia pensiun. e. Sakit yang berkepanjangan Pegawai atau pekerja yang menderita sakit dalam waktu yang cukup lama tentu tidak dapat ditolerir oleh institusi tempatnya bekerja karena sudah tidak produktif dan dapat merugikan institusi tersebut, atau bahakan dapat memperburuk kondisi kesehatannya sendiri. Ia bisa dipensiunkan kalau ada surat keterangan dokter yang secara resmi menyatakan bahwa penyakitnya tidak bisa sembuh seperti semula, misalnya stroke yang disertai dengan kelumpuhan, gagal ginjal dan harus cuci darah secara rutin, serta penyakit lain yang kronis. f. Permintaan sendiri Pegawai yang pensiun atas permintaan sendiri juga dapat terjadi, walaupun sangat jarang terjadi, terlebih jika pegawai yang bersangkutan mempunyai jabatan yang tinggi. Seorang pegawai dengan jabatan tinggi pada umumnya tidak menginginkan pensiun atas permintaan sendiri. Biasanya, orang tersebut akan mempertahankan jabatannya agar tetap dapat menjabat sampai mencapai umur pensiun, bahkan jika memungkinkan, jabatannya diperpanjang. Pegawai yang pensiun dengan permintaan sendiri akan diberhentikan dengan hormat dan tetap mendapatkan hak sebagaimana mestinya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. g. Penyederhanaan organisasi Apabila terjadi penyederhanaan organisasi yang selanjutnya berdampak pada kelebihan pegawai, maka kelebihan pegawai tersebut akan dipensiunkan dan diberi haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai yang bersangkutan juga akan diberhentikan dengan hormat. h. Tidak cakap secara jasmani atau rohani Pegawai yang tidak cakap secara jasmani atau rohani berdasarkan keterangan dari majelis penguji kesehatan atau dokter penguji tersendiri akan dipensiunkan dengan hormat dan mendapat hak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. i. Sesuai dengan masa jabatan yang diemban Bagi pejabat negara, seperti presiden, wakil presiden, ketua MPR dan anggota, ketua DPR dan anggota, menteri kabinet, gubernur, bupati, walikota, atau ketua DPRD dan anggota akan pensiun berdasarkan masa jabatan yang diembannya, biasanya setiap 5 tahun. Jika pada pemilihan selanjutnya mereka tidak terpilih maka orang yang bersangkutan akan pensiun dari jabatannya tersebut. Dalam hal ini, pejabat negara tidak ada batas umur pensiun seperti PNS.

4. Perubahan-perubahan Akibat Pensiun

Menurut Turner dan Helms dalam Eliana, 2003 ada beberapa hal yang mengalami perubahan dan menuntut penyesuaian diri yang baik ketika menghadapi masa pensiun: a. Masalah Keuangan Pendapat keluarga akan menurun drastis, hal ini akan mempengaruhi kegiatan rumah tangga. Masa ini akan lebih sulit jika masih ada anak-anak yang harus dibiayai. Hal ini menimbulkan stress tersendiri bagi seorang suami karena merasa bahwa perannya sebagai kepala keluarga tertantang Walsh dalam Eliana, 2003. b. Berkurangnya harga diri Self Esteem Bengston dalam Eliana, 2003 mengemukakan bahwa harga diri seorang pria biasanya dipengaruhi oleh pensiunnya mereka dari pekerjaan. Untuk mempertahankan harga dirinya, harus ada aktivitas pengganti untuk meraih kembali keberadaan dirinya. Dalam hal ini berkurangnya harga diri dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti feeling of belonging perasaan memiliki, feeling of competence perasaan mampu, dan feelling of worthwhile perasaan berharga. Ketiga hal yang disebutkan di atas sangat mempengaruhi harga diri seseorang dalam lingkungan pekerjaan. c. Berkurangnya kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan. Kontak dengan orang lain membuat pekerjaan semakin menarik. Bahkan pekerjaan itu sendiri bisa menjadi reward sosial bagi beberapa pekerja misalnya seorang sales, resepsionis, customer services yang meraih kepuasan ketika berbicara dengan pelanggan. Selain dari kontak sosial, orang juga membutuhkan dukungan dari orang lain berupa perasaan ingin dinilai, dihargai, dan merasa penting. Sumber dukungan ini dapat diperoleh dari teman sekerja, atasan, bawahan dan sebagainya. Tentunya ketika memasuki masa pensiun, waktu untuk bertemu dengan rekan seprofesi menjadi berkurang. d. Hilangnya makna suatu tugas. Pekerjaan yang dikerjakan seseorang mungkin sangat berarti bagi dirinya. Dan hal ini tidak bisa dikerjakan saat seeorang itu mulai memasuki masa pensiun. e. Hilangnya kelompok referensi yang bisa mempengaruhi self image. Biasanya seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok bisnis tertentu ketika dia masih aktif bekerja. Tetapi ketika dia menjadi pensiun, secara langsung keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini akan mempengaruhi seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi. f. Hilangnya rutinitas Pada waktu bekerja, seseorang bekerja hampir 8 jam kerja. Tidak semua orang menikmati jam kerja yang panjang seperti ini, tapi tanpa disadari kegiatan panjang selama ini memberikan sense of purpose, memberikan rasa aman, dan pengertian bahwa kita ternyata berguna. Ketika menghadapi masa pensiun, waktu ini hilang, orang mulai merasakan diri tidak produktif lagi. Longhurst dalam Eliana, 2003. Eliana 2003 menegaskan bahwa individu yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, perubahan yang terjadi pada fase ini akan menimbulkan gangguan psikologis dan juga gangguan fisiologis. Kondisi gangguan fisiologis bisa menyebabkan kematian yang lebih cepat atau premature death . Istilah lain dikemukakan para ahli adalah retirement shock atau retirement syndrome. Sedangkan gangguan psikologis yang diakibatkan oleh masa pensiun biasanya stress, frustasi, depresi.

B. Lansia 1. Definisi Lansia