E. Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan asli daerah PAD merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Halim, 2004:96.
Hal tersebut menuntut daerah untuk meningkatkan kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber-sumber penerimaan daerah khususnya yang
bersumber dari Pendapatan Asli Daerah. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD mutlak harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar mampu untuk
membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat
mandiri. Pendapatan asli daerah terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah. 1.
Macam Sumber PAD a.
Retribusi Daerah Retribusi daerah yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan instansi. Retribusi daerah dibagi dalam tiga bagian yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan
tertentu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Contoh: 1
Retribusi jasa umum antara lain pelayanan kesehatan, pengujian kendaraan bermotor, dll.
2 Retribusi jasa usaha antara lain pemakaian kekayaan daerah,
pasar grosir dan atau pertokoan, penjualan produksi usaha daerah, dll.
3 Retribusi perijinan tertentu antara lain izin mendirikan bangunan,
izin trayek, dll. b.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah
penerimaan yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari bagian laba
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, bagian laba lembaga keuangan bank, bagian laba keuangan non bank, bagian laba
perusahaan milik daerah lainnya serta bagian laba atas penyertaan modalinvestasi kepada pihak ketiga.
c. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah PAD yang Sah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah PAD yang sah terdiri dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa
giro, penerimaan bunga, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah TGR, komisi, potongan dan keuntungan selisih nilai tukar rupiah,
denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, denda pajak, denda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
retribusi, hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, dll.
Koswara 2000:50 menyatakan bahwa ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada
kemampuan keuangan daerah. Daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan
sendiri, mengelola,
dan menggunakannya
untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerahnya Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli
Daerah dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat
mendasar dalam sistem pemerintahan Negara. Menurut Mahi 2000:58-59 Pendapatan Asli Daerah masih belum
bisa diandalkan sebagai sumber pembiayaan dalam mengantisipasi desentralisasi dan proses otonomi, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa
hal yaitu: 1 relatif rendahnya basis pajakretribusi daerah, 2 peranannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah, 3 kemampuan
administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah, 4 kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah.
Ketidakmampuan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan
disebabkan karena selama ini pemerintah belum mampu untuk menggali dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan yang terdapat di
daerahnya. Hal tersebut terlihat banyaknya potensi penerimaan daerah yang belum digali dan dipungut sebagaimana mestinya. Selama ini daerah
dalam pemungutan sumber penerimaan daerah menggunakan sistem “target” yang hendak dicapai dalam pemungutan.
Target yang ditetapkan oleh daerah cenderung tidak berdasarkan pada potensi riil yang terdapat di daerah, melainkan berdasarkan pada
target tahun lalu ditambah dengan tunggakan tahun tersebut. Pemerintah daerah secara umum masih menghadapi permasalahan dalam pengelolaan
penerimaan daerah terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia
dalam mengelola penerimaan di daerah. 2.
Sumber-sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah DIY dari subsektor pariwisata sejak 2009 adalah sebagai berikut:
a. Pajak Pembangunan
Pajak pembangunan merupakan pajak yang diberikan dan telah ditetapkan besarnya oleh pemerintah daerah kepada setiap
warga negara terutama berhubungan dengan pariwisata. Contoh: pajak pembangunan hotel, pajak bumi dan bangunan PBB, pajak
pertambahan nilai PPN. b.
Pajak tontonanhiburan Pajak tontonanhiburan merupakan pajak yang diberikan dan
telah ditetapkan besarnya oleh pemerintah daerah kepada setiap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wisatawan atas pelayanan dan penayangan hiburan. Contoh: tontonan film, pagelaran kesenian, musik, tari, dan busana.
c. Retribusi Obyek Daya Tarik Wisata
Retribusi objek daya tarik wisata merupakan pungutan yang diberikan oleh pemerintah kepada wisatawan sebagai pembayaran
atas pelayanan objek wisata. Contoh: membayar tiket masuk objek wisata.
d. Retribusi Perijinan
Retribusi perijinan merupakan pungutan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang akan mendirikan bangunan di
sekitar objek wisata. Contoh: membayar perijinan buka usaha di daerah objek wisata.
e. Retribusi Penggunaan Aset Milik Pemda
Retribusi penggunaan aset milik pemda merupakan pungutan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang akan
menggunakan aset milik pemda. Contoh: sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna.
F. Kerangka Berpikir