Multikolinier Heterokedastisitas Deskripsi Hasil Penelitian

2. Multikolinier

Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Dari dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dengan cara menghitung Variance Inflation Factor VIF. VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier. Adapun hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel yang dianalisis dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9 : Tes Multikolinier Variabel YX VIF X1 VIF X2 VIF X3 VIF X4 Ketentuan Keterangan Pendapatan Industri Kecil Surabaya 1,516 3,753 3,247 1,485 ≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier Pendapatan Industri Kecil Sidoarjo 1,969 8,464 1,018 2,346 ≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier Sumber : pada output Coefficients Maka hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari ketiga variabel dalam tiap variabel persektor di mana nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinier.

3. Heterokedastisitas

Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas X. Hal ini bisa diidentifikasikan dengan menghitung korelasi rank spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Pembuktian adanya heterokedastisitas dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 10. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Variabel YX Sig 2- taile d X1 Sig 2- taile d X2 Sig 2- taile d X3 Sig 2- taile d X4 Ketentu an Keterangan Pendapatan Industri Kecil Surabaya 0,89 9 0,78 1 0,19 1 0,85 ≥ 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas Pendapatan Industri Kecil Sidoarjo 0,72 3 0,59 4 0,58 5 0,61 2 ≥ 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas Sumber : pada output NonParametrik Berdasarkan tabel diatas, diperoleh tingkat signifikansi koefisien korelasi rank spearman untuk variabel terikat keseluruhan residualnya lebih besar dari 0,05 tidak signifikan sehingga tidak mempunyai korelasi yang berarti antara nilai residual dengan variabel yang menjelaskan. Jadi dapat disimpulkan persamaan tersebut tidak terjadi heterokedastisitas. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi pelanggaran asumsi klasik.

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

Dalam analisis ini digunakan analisis regresi linier berganda dan untuk mengolah data yang ada digunakan alat bantu komputer dengan program SPSS Statistic Program For Social Science versi 13.0. Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y 1 = -120963 + 0,074 X 1 + 0,625 X 2 + 1520,663 X 3 + -5,633 X 4 Y 2 = 101520,3 + -0,168 X 1 + 17,599 X 2 + -2957,947 X 3 + 144,221 X 4 Berdasarkan persamaan tersebut di atas, maka dapat dijelaskan melalui penjelasan sebagai berikut: Berdasarkan hasil persamaan regresi linier dapat diketahui bahwa nilai konstanta sebesar -120963 artinya bahwa terjadi penurunan terhadap Pendapatan Industri Kecil Di Kota Surabaya Y 1 sebesar Rp 120.963 dan diketahui bahwa nilai konstanta sebesar 101520,3 artinya bahwa terjadi kenaikan terhadap Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Sidoarjo Y 2 sebesar Rp 101.520.300 dengan asumsi seluruh variabel bebas X 1 , X 2 , X 3 dan X 4 konstan. Untuk variabel Jumlah Kredit usaha Kecil X 1 mempunyai nilai koefisien sebesar 0,074 pada Kota Surabaya ini menunjukan bahwa variabel Jumlah Kredit usaha Kecil berpengaruh positif, yang dapat diartikan apabila ada kenaikan Jumlah Kredit usaha Kecil X 1 satu juta rupiah maka Pendapatan Industri Kecil Di Kota Surabaya Y 1 akan naik sebesar Rp 74.000. sedangkan Kabupaten Sidoarjo mempunyai nilai koefisien sebesar -0,168 ini menunjukan bahwa variabel Jumlah Kredit usaha Kecil berpengaruh negatif, yang dapat diartikan apabila ada kenaikan Jumlah Kredit usaha Kecil X 1 satu juta rupiah maka Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Sidoarjo Y 2 akan turun sebesar Rp 168.000. Dengan asumsi variabel X 2 , X 3 dan X 4 konstan. Untuk variabel Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil X 2 mempunyai nilai koefisien sebesar 0,625 menunjukan bahwa variabel Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil berpengaruh positif, yang dapat diartikan apabila ada kenaikan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil X 2 satu jiwa maka Pendapatan Industri Kecil Di Kota Surabaya Y 1 akan naik sebesar Rp 625.000. Sedangkan Kabupaten Sidoarjo mempunyai nilai koefisien sebesar 17,599 menunjukan bahwa variabel Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil berpengaruh positif, yang dapat diartikan apabila ada kenaikan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil X 2 satu jiwa maka Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Sidoarjo Y 2 akan naik sebesar Rp 17.599.000 Dengan asumsi variabel X 1 , X 3 dan X 4 konstan. Untuk variabel Pertumbuhan Ekonomi X 3 mempunyai nilai koefisien sebesar 1520,663 menunjukan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif, yang dapat diartikan apabila ada kenaikan Pertumbuhan Ekonomi X 3 sebesar 1 persen maka Pendapatan Industri Kecil Di Kota Surabaya Y 1 akan naik sebesar Rp 1.520.663. Sedangkan Kabupaten Sidoarjo mempunyai nilai koefisien sebesar -2957,947 menunjukan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif, yang dapat diartikan apabila ada kenaikan Pertumbuhan Ekonomi X 3 sebesar 1 persen maka Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Sidoarjo Y 2 akan turun sebesar Rp 2.957.947 Dengan asumsi variabel X 1 , X 2 dan X 4 konstan. Untuk variabel Jumlah Industri Kecil X 4 mempunyai nilai koefisien sebesar -5,633 menunjukan bahwa variabel Jumlah Industri Kecil berpengaruh negatif, yang dapat diartikan apabila ada kenaikan Jumlah Industri Kecil X 3 satu unit maka Pendapatan Industri Kecil Di Kota Surabaya Y 1 akan turun sebesar Rp 5.633.000. Sedangkan Kabupaten Sidoarjo mempunyai nilai koefisien sebesar 144,221 menunjukan bahwa variabel Jumlah Industri Kecil berpengaruh positif, yang dapat diartikan apabila ada kenaikan Jumlah Industri Kecil X 3 satu unit maka Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Sidoarjo Y 2 akan naik sebesar Rp.144.221.000 Dengan asumsi variabel X 1 , X 2 dan X 3 konstan. Untuk mengetahui hasil analisis secara simultan antara variabel bebas terhadap Pendapatan Industri Kecil kota Surabaya dan Pendapatan Industri Kecil Kabupaten Sidoarjo sebagai variabel terikat digunakan uji F dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 11. Analisis Varian Anova Variabel terikat Tingkat Signifikan 0,05 Keterangan Pendapatan Industri Kecil Surabaya 0,000 Signifikan Pendapatan Industri Kecil Sidoarjo 0,045 Signifikan Sumber : pada output Anova Oleh karena F hitung F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel bebas yaitu Jumlah Kredit Usaha Kecil X 1 , Jumlah Tenaga Kerja X 2 , Pertumbuhan Ekonomi X 3 , dan Jumlah Industri Kecil X 4 berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo Y.

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas Jumlah Kredit Usaha Kecil X 1 , Jumlah Tenaga Kerja X 2 , Pertumbuhan Ekonomi X 3 , dan Jumlah Industri Kecil X 4 terhadap Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat dalam tabel analisis sebagai berikut : Tabel 12. Hasil Analisis Variabel Jumlah Kredit Usaha Kecil X 1 , Jumlah Tenaga Kerja X 2 , Pertumbuhan Ekonomi X 3 , dan Jumlah Industri Kecil X 4 terhadap Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Variabel YX Tingkat Signifikan X1 Keterangan α = 0,05 Tingkat Signifikan X2 Keterangan α = 0,05 Tingkat Signifikan X3 Keterangan α = 0,05 Tingkat Signifikan X4 Keterangan α = 0,05 Pendapatan Industri Kecil Surabaya 0,000 Signifikan 0,373 Tidak Signifikan 0,444 Tidak Signifikan 0,544 Tidak Signifikan Pendapatan Industri Kecil Sidoarjo 0,074 Tidak Signifikan 0,010 Signifikan 0,211 Tidak Signifikan 0,014 Signifikan Sumber : pada output Coefficient Tabel 13. Hasil Koefisien Variabel Independen Koefesien Variabel Independen Variabel Dependent β β x1 β x2 β x3 β x4 Pendapatan Industri Kecil Surabaya -120963 0,074 0,625 1520,663 -5,633 Pendapatan Industri Kecil Sidoarjo 101520,3 -0,168 17,599 -2957,947 144,221 Sumber : pada output Coefficient

4.3.3. Pembahasan

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan dari Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo tersebut bahwa : Jumlah Kredit Usaha Kecil berpengaruh secara nyata signifikan terhadap Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya. Hal ini disebabkan karena meningkatnya perluasan peran dan fungsi perbankan Kredit Usaha Kecil di Kota Surabaya dalam upaya untuk memudahkan memperoleh kredit dari lembaga perbankan yang juga diharapkan Kredit Usaha Rakyat dapat mempermudah UKM dalam mengakses permodalan perbankan, menggerakan sektor produktifitas maupun meningkatkan sektor produktifitas maupun meningkatkan Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya. Jumlah Kredit Usaha Kecil tidak berpengaruh secara nyata tidak signifikan terhadap Pendapatan Industri Kecil Kabupaten Sidoarjo. a. Hal ini disebabkan karena masih sangat tinggi jumlah dana yang diterima dari pihak external seperti bank, lembaga keuangan bukan bank dimana dalam proses meminjam yang masih ribet dan sulit maka penyaluran kredit akan tidak berjalan, meskipun jumlah kantor bank setiap tahunnya semakin banyak. disamping itu, akses kredit UMKM kelembaga perbankan juga masih terkendala dengan kewajiban pemenuhan berbagai persyaratan perizinan, retribusi dan kewajiban lainnya yang diantaranya diatur melalui berbagai peraturan pemerintah sehingga pada akhirnya membebani UMKM. b. jumlah kredit usaha kecil tidak berpengaruh secara nyata karena tingginya tingkat suku bunga kredit perbankan sehingga pengusaha kecil menggunakan modalnya sendiri ataupun kredit melalui perbankan luar negeri yang tingkat suku bunganya rendah. Disinilah peran pemerintah dalam membuat suatu kebijakan terhadap krisis baik dari sisi kinerja, pola penyesuaian maupun kepekaannya terhadap fluktuasi nilai tukar, suku bunga dan laju inflasi. Karena semakin rendah tingkat suku bunga kredit investasi maka semakin tinggi pula minat masyarakat untuk berinvestasi. Sehingga penyaluran kredit pun menjadi besar. Jumlah Tenaga Kerja tidak berpengaruh secara nyata tidak signifikan terhadap Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya Jumlah Tenaga Kerja bukan berarti Jumlah Tenaga Kerja akan bertambah karena untuk manjalankan atau merubah faktor produksi karena pada sekarang ini industri kecil sudah banyak yang menggunakan mesin sehingga mengurangi tenaga kerja agar proses produksi lebih cepat. masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah tidak terampilnya tenaga kerja dan mahalnya biaya tenaga kerja. Regenerasi pengrajin dan pekerja terampil relatif lambat. Akibatnya, di banyak sentra ekspor mengalami kelangkaan tenaga terampil untuk sektor tertentu. Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh secara nyata signifikan terhadap Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo. Hal ini disebabkan karena penggunaan tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi, dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tapi juga kualitas tenaga kerja yang perlu diperhatikan. Semakin banyak tenaga kerja yang berkualitas akan memberikan peranan atau kontribusi yang penting dalam mendorong kemajuan usaha dan meningkatkan pendapatan usaha. Maka untuk mencapai sasaran pembangunan industri tersebut pemerintah membuat suatu program yaitu : a. Program Peningkatan Keterampilan SDM Industri. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan ketrampilan, keahlian, dan kompetensi tenaga kerja industri sehingga mampu memanfaatkan potensi sumber daya lokal dan meningkatkan produktivitas industri agar mampu bersaing di pasar kerja global. Program ini diarahkan di Trenggalek, Ngawi, Jombang, Situbondo, Sumenep, Surabaya, Sidoarjo. Kegiatan Utama : 1. Pengembangan standar kompetensi kerja dan sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja industri; 2. Pelatihan tenaga kerja industri berbasis kompetensi; 3. Peningkatan profesionalisme tenaga kepelatihan dan instruktur pelatihan kerja. Kegiatan Penunjang : 1. Peningkatan sarana dan prasarana lembaga latihan tenaga kerja industri; 2. Penguatan kapasitas kelembagaan penyedia tenaga kerja industri. Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh nyata tidak signifikan terhadap Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat belum tentu akan menambah pendapatan Industri Kecil karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat hanya kenaikan pendapatan perkapita atau GDP tetapi tidak di barengi oleh pembangunan ekonomi yang merata di segala bidang maka masih banyak pembangunan yang terbengkalai saat ini. Pola pembangunan Indonesia memperlihatkan suatu urban bias, yaitu pembangunan yang berorientasi ke daerah perkotaan, dengan tekanan yang berat pada sektor industri yang terorganisir, yang merupakan sebab terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan yang lebih parah lagi di kemudian hari. Urban bias seringkali terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia di mana alokasi sumber-sumber daya lebih banyak diprioritaskan di daerah perkotaan daripada pertimbangan pemerataan atau efisiensi. Kembali kita perhatikan penjelasan teori ekonomi yang dualistik tentang terjadi kesenjangan pembagian pendapatan di negara-negara sedang berkembang, maka pertama-tama relavansinya terlihat dalam pola kesenjangan yang berbeda antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Keadaan ini kesenjangan di desa lebih tinggi dari pada di kota, sebagai hal yang unik. kesenjangan tersebut akan lebih lebar jika proses pembangunan pedesaan masih akan berlanjut. Ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antar berbagai daerah di Indonesia serta penyebaran sumber daya alam yang tidak merata menjadi penyebab tidak meratanya distribusi pendapatan sektor industri antar daerah di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, khususnya akan mengancam industri kecil yang akan berkembang. Jumlah Industri Kecil di Kota Surabaya tidak berpengaruh secara nyata tidak signifikan terhadap Pendapatan Industri Kecil di Kota Surabaya. Hal ini disebabkan karena banyak penduduk di Surabaya sudah berganti profesi dalam pekerjaan yang dulunya banyak di sektor industri tetapi saat ini sudah mulai berganti ke sektor perdagangan sehingga sektor perdagangan di Kota Surabaya yang paling dominan dalam peningkatan Pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu industri kecil harus dimasukkan dalam ranah RUU KEK. Pada prinsipnya, RUU KEK adalah memberikan kemudahan berupa subsidi atau insentif pada siapa saja yang berinvestasi sehingga industri kecil dapat berkembang. Diharapkan, melalui langkah tersebut produk- produk dalam negeri menjadi kompetitif dengan produk luar negeri. Jumlah Industri Kecil berpengaruh secara nyata signifikan terhadap Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo. Hal ini disebabkan karena banyak pembinaan terhadap para pelaku UKM usaha mikro dan kecil dan PMPN yang berupa pendampingan dan pembinaan manajemen usaha, banyaknya sarana promosi,jaringan pemasaran baik industri kecil dan menengah agar semakin banyak jumlah unit usaha yang didirikan sehingga akan menambah Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo. Sektor industri kecil diyakini akan tetap menggeliat dan dapat diandalkan sebagai penyerap tenaga kerja, karena memiliki daya tahan menghadapi krisis ekonomi. Sektor usaha tersebut juga cukup liat dan fleksibel, sehingga bisa menjadi pengaman terhadap dampak lebih buruk dari berlangsungnya krisis ekonomi global. Upaya yang ditawarkan dalam menggairahkan industri dalam negeri adalah memfokuskan terhadap penjualan ke pasar domestik. Tingkat konsumsi dalam negeri sangat besar, sehingga kalangan UKM perlu mempertahankan pasar domestik melalui pembuatan produk yang berdaya saing tinggi. Langkah demikian harus ditunjang oleh pemerintah berupa program kampanye cinta produk Indonesia. Variabel yang berpengaruh paling dominan empat variabel bebas terhadap Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo: Jumlah Kredit Usaha Kecil X 1 , Tenaga Kerja X 2 , Pertumbuhan Ekonomi X 3 , dan Jumlah Industri Kecil X 4 dapat diketahui dengan melihat koefisien determinasi parsial yang paling besar, dimana dalam perhitungan ditunjukkan oleh variabel Jumlah Kredit Usaha Kecil dengan koefisien determinasi parsial r 2 sebesar 0,919 atau sebesar 91,9 untuk Pendapatan Industri Kecil Kota Surabaya dan 0,707 atau sebesar 70,7 Jumlah Tenaga Kerja Industri kecil untuk Pendapatan Industri Kecil Kabupaten Sidoarjo.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN